NovelToon NovelToon
Pertemuan Dua Hati Yang Terluka

Pertemuan Dua Hati Yang Terluka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Kantor / Romansa
Popularitas:51.1k
Nilai: 5
Nama Author: Favreaa

Kisah CEO dingin dan galak, memiliki sekretaris yang sedikit barbar, berani dan ceplas-ceplos. Mereka sering terlibat perdebatan. Tapi sama-sama pernah dikecewakan oleh pasangan masing-masing di masa lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Favreaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25

Semakin dekat suara langkah kaki ke dapur, Alvaro semakin mempererat pelukannya di pinggang Elena. jangan tanyakan bagaimana jantung gadis itu. Serasa naik roller coaster! Belum lagi hembusan napas Alvaro yang terasa panas di pipi dan telinganya. Ingin rasanya Elena kabur untuk mengamankan jantungnya.

Nyaris Alvaro mendaratkan bibirnya di pipi Elena, tapi...

Ehem, ehemmm

Suara deheman menjauhkannya kembali.

Lalu keduanya mengangkat kepala dan menoleh ke arah orang-orang yang baru datang.

Jantung Elena gedebak-gedebuk tak karuan. Apalagi 3 pasang mata langsung menghujam tajam ke arahnya, seakan dia seorang tertuduh yang sedang diadili.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" Suara dingin Neysa mampu menghentikan aliran darah ke otak elena, sehingga dia tak mampu menjawab pertanyaan semudah itu.

Dia yang terbiasa ceplas-ceplos, tak mungkin juga kan bilang "Kami sedang berakting!" yang ada dia akan kena pinalti.

Lain halnya dengan Alvaro, lelaki itu nampak santai. Tangannya masih melingkar di pinggang Elena. Dan dengan berani, Alvaro malah benar-benar mengecup pipinya sekarang.

"Mom bisa lihat sendiri, kami sedang apa?"

Tapi Elena yang marah dengan jawaban dan perlakuan Alvaro, langsung menyikutnya keras. Meski kesakitan, Alvaro tetap cuek dan tak mau melepaskan pelukannya.

"Kalian hanya berduaan di apartemen ini. Elena, kamu sebagai perempuan, harusnya bisa menjaga diri!" Sinis dan tajam, Elena sampai speechless.

"Astaga, memangnya apa yang sedang kami lakukan? Elena ini calon istri yang saya pilih, tentu saya akan menjaga kehormatannya sebagai perempuan baik-baik!" tegas Alvaro. Jawabannya itu membuat Neysa tenang. Tapi tidak begitu dengan Alesha. Dia merasa cemburu dan merasa dipermainkan oleh ayahnya Alvaro yang katanya akan menjodohkan dirinya dengan putranya.

Sementara Carline tak menampakkan raut apapun. Wajahnya tenang dan datar. Tapi tak ada yang tahu, apa sebenarnya yang ada di dalam hati wanita itu.

"Mom ingin bicara dengan kalian. Ayo kita ke ruang tamu!"

Neysa langsung mendahului melangkah, diikuti Carline dan Alesha. Elena kembali menyiku Alvaro. Kali ini lebih keras dan menohok pinggang lelaki itu.

Alvaro pun akhirnya melepaskan pelukannya, tapi dia tak melepaskan lengan Elena. Tangannya menggenggam telapak tangan Elena dan menarik lembut, mengikuti langkah mereka. Saat mengambil tempat duduk pun dia tak membiarkan Elena duduk jauh darinya. Alvaro memilih tempat duduk yang bisa diisi berdua.

"Saya mau mengambilkan minuman dulu." Bisik Elena.

"Iya, jangan lama-lama, sayang!"

Alvaro mengangguk dan sedikit mengeraskan suara saat menyebut kata 'sayang'.

Elena kembali ke dapur, setelah pamit pada Neysa, dengan hati mendongkol. Bisa-bisanya dia mati kutu dikerjain Alvaro di depan ketiga wanita itu. padahal dalam situasi apapun, biasanya dia akan selalu bisa menguasai keadaan.

Elena membuat 4 cangkir teh manis. Lalu berpikir sejenak, 'hukuman' apa yang harus dia berikan pada lelaki yang sudah membuatnya jengkel itu. dia sudah meminta untuk tidak bersikap mesra yang lebay pada dirinya. Tapi Alvaro malah dengan sengaja mencium pipinya dan itu sangat membuatnya merasa dilecehkan.

Akhirnya dia mendapat ide brilian.

"Satu cangkir teh spesial, untuk tuan Kenzie yang terhormat." Gumamnya. Dia terkekeh membayangkan Alvaro meminum tehnya.

Dengan langkah pelan tapi pasti, Elena kembali ke ruang tamu dan menghidangkan cangkir-cangkir teh itu di meja, termasuk cangkir khusus untuk Alvaro. Setelah itu dia kembali duduk di samping Alvaro.

"Silahkan diminum!" katanya ramah.

Semua mencicipi teh yang dihidangkan Elena. Tak terkecuali Alvaro. Elena merasa deg-degan, menunggu reaksi Alvaro setelah meminum tehnya. Tapi Elena heran, Alvaro tak menunjukkan reaksi apa-apa. Dia malah tersenyum manis ke arahnya.

"Teh buatanmu enak, sayang." Katanya sambil merangkul bahu Elena dan meremasnya lembut.

"Mom ingin bertanya pada kalian, terutama pada kamu Alvaro. Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan? Padahal kan kamu dan Cassandra berpisah belum genap 3 bulan. Benarkah secepat itu kamu bisa move on?" Tanya Neysa dengan menatap lekat wajah putranya.

Alvaro tersenyum miring mendapat pertanyaan seperti itu, lalu menghembuskan napasnya pelan.

"Untuk move on dari wanita seperti dia, sangat mudah buat saya. Apalagi saya langsung dipertemukan dengan Elena yang baik hati dan bisa paham tentang saya. Elena adalah wanita yang paling tepat untuk saya."

Tentu saja jawaban Alvaro membuat Elena merasa tersindir. Bahkan Elena tahu kalau Alvaro selalu meradang jika sudah berdebat dengan dirinya. Apalagi sekarang, jika dia sudah mencicipi teh buatannya. Apa yang akan Alvaro lakukan padanya?

"Dan kamu Elena, apa yang kamu cari dari Alvaro? Apa karena dia memiliki uang yang banyak?"

Langsung ditodong seperti itu membuat Elena gelagapan. Alvaro yang menyadari kegugupan Elena, meraih tangan gadis itu, meremasnya lembut dan mencoba menyalurkan kehangatan untuk mengatasi keresahannya.

"Mas Alvaro orang yang sangat baik dan perhatian. Saya merasa nyaman bila ada didekatnya." Elena mengangkat wajahnya dan menatap mesra lelaki di sisinya. "Kalau masalah uang, tidak dipungkiri semua orang pasti menyukainya. Tapi saya percaya, masalah itu sudah ada yang mengatur, yaitu Yang Maha Kuasa!" Entah darimana terlintas kalimat diplomatis itu. Hingga dengan lancar dia menyampaikannya pada Neysa. Membuat wanita itu terkesan, tapi mencoba menyembunyikannya.

"Oh iya, saya mau tanya, apa benar kamu merasa lebih cantik dari Alesha dan langsung yakin kalau Alvaro akan lebih memilih kamu?"

Elena mengerutkan keningnya.

Darimana Neysa mempunyai pikiran seperti itu.

"Saya tidak mengerti, kenapa anda mempunyai pikiran seperti itu. Tidak pernah tercetus dari mulut saya perkataan seperti itu. Anda bisa menanyakannya pada mas Alvaro. Baru hari ini saya bertemu dengan mbak Alesha." Jawab Elena tegas dan diangguki oleh Alvaro.

"Elena benar. Dari tadi dia sama saya, gak pernah ada omongan seperti itu. Darimana mom punya pikiran seperti itu?"

Neysa tak menjawab tapi matanya terarah pada Alesha.

"Kamu dengar sendiri kan?" Tanyanya pada gadis itu. Alesha hanya mendengus. Kini dia marah karena merasa dipermainkan.

"Aku ingin segera pergi dari sini. Jika tante masih ingin di sini silahkan, saya duluan."

Alesha berdiri dengan wajah marah, dia melangkah ke arah pintu keluar. Membuat semua orang merasa heran dibuatnya.

"Tolong maafkan dia, Neysa!" ujar Carline. Dia merasa tidak enak, tapi memang seperti itulah sikap Alesha dari kecil. Carline sudah mencoba mendidik Alesha kecil dengan baik, meski dia bukan putri kandungnya. Tapi perlakuan Bryan yang sekarang menjadi suaminya, terlalu memanjakan gadis itu. Hingga membuat pribadi Alesha keras kepala, manja dan egois.

"Sudahlah, mungkin suasana hati Alesha sedang tidak baik. Lebih baik kita susul dia. Al, Elena, kami pulang dulu." Kedua wanita itu berdiri. Alvaro dan Elena pun ikut berdiri. Mereka mengantarkan kedua wanita itu sampai di ambang pintu. Setelah pintu tertutup

"Jelaskan sama saya, apa maksud kamu?"

Alvaro langsung menarik tangan Elena dan memerangkapnya diantara pintu dan tubuh menjulang lelaki itu.

"Awww! anda apa-apaan sih?" Elena memekik tertahan dan berusaha mendorong tubuh Alvaro. Namun bagai menyingkirkan bongkahan batu besar, tubuh itu tak tergoyahkan sedikitpun.

"Katakan! Kenapa kamu mau meracuni saya?"

"Tidak usah lebay! Siapa juga yang mau meracuni anda? Saya hanya memberi garam dan sedikit bubuk cabe di teh anda." Jawab Elena sesantai mungkin untuk menutupi rasa bersalahnya.

"Kalau begitu, kamu harus meminum teh itu sampai habis!"

"Tidak mau!"

"ΚΕΝΑΡΑ??"

Suara Alvaro menggema keras dan membuat Elena merinding. Tapi dia tidak ingin Alvaro sampai tau kalau dia ketakutan.

Tangan Alvaro meraup dan mencengkeram rahang Elena dan menengadahkan wajahnya.

"Berani sekali melakukan ini? Mau saya pecat, hah?"

"Saya kesal sama anda! Saya bukan perempuan murahan seperti mantan pacarmu itu! Tapi anda memperlakukan saya seolah-olah saya sama seperti dia! Sekarang minggir, saya mau pulang!"

Elena memberontak sekuat tenaga, hingga dia bisa terlepas dari kungkungan Alvaro. Setelah itu dia membuka pintu. Tapi sebelum pergi, Elena kembali menengok ke belakang.

"Tidak perlu anda pecat, saya yang akan resign!"

Blammm

Pintu dibanting dengan keras oleh Elena.

1
Rani Setiawati
Koreksi nama tokoh
Baper kusut
semoga kisah elena gk kaya ibu nya ya, carline.. karena keegoisan org tua gk perduli anaknya depresi
Siti Sa'adah
jatuh cinta jg boleh kok,, alvaro malh suka pakai bgt
Wiwin niasari
lanjuut thor...
Wiwin niasari
ok
Sri Endang
cuss
Karlina Darsih
sip
Sri Endang
lanjutt
Arbaati
mantap elena...
Arbaati
menarik dan makin seru
Ulfah Fafi
lanjut please...
Azwan Ramhan
lanjut
Meryrostiti Titi
pasti mamax elena
Pa Muhsid
nah kan nah kan😄😄😄 kira kira siapa yang akan jilat ludah sendiri duluan ya😏😏😏
Yong Chel
up lg..
Yong Chel
up lg..
echa purin
/Good/
inna
mantap
Azwan Ramhan
lanjut
A F I S ❀
lanjutt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!