Hilya Nadhira, ia tidak pernah menyangka bahwa kebaikannya menolong seorang pria berakhir menjadi sebuah hubungan pernikahan.
Pria yang jelas tidak diketahui asal usulnya bahkan kehilangan ingatannya itu, kini hidup satu atap dengannya dengan status suami.
" Gimana kalau dia udah inget dan pergi meninggalkanmu, bukannya kamu akan jadi janda nduk?"
" Ndak apa Bu'e, bukankah itu hanya sekedar status. Hilya ndak pernah berpikir jauh. Jika memang Mas udah inget dan mau pergi itu hak dia."
Siapa sebenarnya pria yang jadi suami Hilya ini?
Mengapa dia bisa hilang ingatan? Dan apakah benar dia akan meninggalkan Hilya jika ingatannya sudah kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
STOK 24: Dejavu
Pasangan pengantin baru yang sebenarnya tidak baru itu benar-benar menikmati harinya. Udara dingin yang membuat Tara seperi berada di negeri 4 musim itu membuatnya ingin terus menggenggam tangan Hilya. Ya sepanjang berjalan menikmati tempat wisata ia tidak melepaskan tangan sang istri.
" Kalau lagi weekday gini nggak terlalu rame ya Hil?"
" Iya Mas, aah kecuali kalau lagi study tour gitu atau rombongan pelancong lah, nah itu lumayan rame juga. Tapi kalau lagi ndak ya gini, berasa milik pribadi."
Hari itu mereka menghabiskan hari mengunjungi semua tempat wisata yang ada. Tapi ada satu tempat yang tidak bisa didatangi. Sebenarnya bisa tapi jika datang tidak pada waktu yang tepat maka tidak akan melihat hal yang diharapakan.
Bukit Sikunir, yang menyajikan pemandangan Golden Sunrise yakni matahari terbit harus dilihat pada saat pagi hari. Mereka harus datang setidaknya setelah subuh agar bisa menikmatinya.
" Lalu, apa Mas juga mau lihat. Kalau iya besok pagi sekali abis sholat subuh kita ke situ?"
" Apa boleh, bagaimana kalau kita nginep aja? Kita nyari penginapan apa hotel disini kan banyak."
Hilya terdiam sejenak, sebenarnya itu bukan ide yang buruk. Meskipun sebenarnya jarak dari tempat tersebut tidaklah jauh karena rumah Hilya berada di lingkar dua setelah tempat wisata yang berada di lingkar satu. Namun tidak ada salahnya benar-benar menghabiskan waktu dengan suaminya.
" Anggap aja ini honeymoon, tapi aku janji Hilya, setelah semua ini selesai aku akan membawamu honeymoon yang sesungguhnya."
" Oke Mas, ayo nginep."
Tara tersenyum cerah. Dia sungguh senang bisa menghabiskan waktu berdua bersama istrinya. Sebenarnya dia ingin membawa Hilya ke Jogja atau ke Magelang, mungkin rencana liburan itu bisa ia lakukan nanti dengan mengajak seluruh anggota keluarga Hilya.
Tara mendapat sebuah hotel di daerah itu, ia memeriksanya segala hal di dalamnya termasuk adakah water heater. Karena saat musin panas begini, suhu di tempat itu bisa sangat dingin. Meskipun saat ini sekitar 7 derajat, tapi tetap saja tidak seperti Jakarta yang memang lebih panas.
Tidak banyak yang dilakukan Hilya dan Tara saat berada di dalam kamar. Ia meminta sang istri untuk tidur terlebih dulu.
Drtzzz
ponsel Tara berbunyi, sebuah pesan dari Nayaka membuatnya beranjak dari atas ranjang. Ia lalu berjalan ke luar kamar dengan perlahan agara tidak membangunkan Hilya yang sudah terlelap.
" Ada apa Ka, apa udah ketemu?"
" Bener Bang, udah. Aku kirim videonya ke Abang ya. Semoga Abang inget setelah lihat secara keseluruhan."
Satu pesan lagi masuk ke ponselnya setelah ia mematikan penggilan. Rupanya Nayaka sudah menggabungkan potongan-potongan dari rekaman kamera pengawas menjadi satu file utuh, sehingga Tara bisa melihat keseluruhan apa yang ia lakukan di kapal itu.
Tara melihat secara seksama, awal dia masuk lalu bersalaman dengan seroang wanita. Sepintas, Tara merasa familiar dengan wanita tersebut. Tapi ia masih belum bisa mengingat apapun. Setelah itu dirinya duduk, lalu tidak lama kemudian seorang pelayan datang dan menyuguhkan beberapa makanan dan juga minuman. Ia makan dan minum seperti biasa. Ini adalah hal yang paling krusial, seusai makan dirinya bangun dari tempat duduk lalu terlihat terburu-buru pergi ke kamar mandi. Dan setelah dari kamar mandi ia sama sekali tidak keluar lagi.
" Apa mungkin aku dieksekusi pas di kamar mandi ya. Nggak ada yang tahu karena kamar mandi jelas nggak ada kamera pengawasnya."
Tara masih menunggu hingga beberapa saat. Dan ia menemukan sesuatu. Ada seroang cleaning servis keluar membawa sebuah tempat sampah besar dari dalam kamar mandi.
" Ya, ini komplotan. Berarti wanita ini juga ikut dalam rencana mencelakai ku. Tapi kok aku nggak bisa inget ya siapa wanita itu?"
Tara mengusap tengkuknya dan menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Lehernya terasa kaku saat ini dan kepala nya berdenyut karena berusaha mengingat apa yang terjadi di kapal itu. Tapi sama sekali tidak bisa ia ingat.
" Yaka, siapa wanita itu?"
" Helena, Helena Romario. Dia putri kedua Romario orang yang Abang simpan lukisannya."
" Aaah oke, selidiki dia. Dan laporkan semuanya."
Diseberang sana Nayaka saat ini sedang mengerutkan alisnya. Sudah jelas sepertinya peristiwa yang ada dalam rekaman kamera pengawas tapi Tara sama sekali tidak bisa mengingat. Ini membuatnya merasa janggal.
" Bang, apa Abang nggak ngerasa aneh. Hanya kejadian selama di kapal yang Abang nggak inget."
" Nah ini, ini aku udah ngerasa aneh sat pertama kali ingatanku balik."
Tara terdiam sejenak, ia mencoba mengingat sesuatu yang agaknya mirip dengan peristiwa ini. Sepertinya dia merasa dejavu perihal ingatan sepotong yang hilang.
" Ayah."
" Eh Bang, kok Paman? emangnya apa hubungannya."
" Nggak ada, ya udah aku tutup dulu. Kamu terus selidiki wanita itu Ka."
Tuuuut
Tara menutup sambungan teleponnya dengan nayaka. Pertama dia mencari dulu nama Helena di media sosial instagram. Dan itu ternyata mudah karena dia langung mendapat aku milik wanita itu. Tara melihat satu persatu foto Helena dan ia yakin bahwa ia mengenalnya.
Lalu hal kedua yang ia lakukan adalah mengingat peristiwa ayah dan bundanya di masa lalu. Dimana ayahnya sempat melupakan peristiwa penting dalam hidup sehingga ayahnya tidak tahu bahwa ia memliki seroang putra.
" Aunty Brisia, Aaah aku ingat. Mungkin Helena memberiku obat yang dulu Aunty Bri berikan ke ayah sehingga memori beberapa saat yang lalu sebelum minum terhapus. Pantesan aku nggak inget apapun. Berarti untuk ngembaliin semuanya aku harus minta penawarnya dari Aunty Bri. Ini kayaknya kudu mulai face o face, jadi sayang kita harus ke Jakarta secepatnya."
Tara tersenyum lebar. Ternyata kepulangannya ke Jakarta lebih cepat dari yang ia perkiraan. Dan ia akan membawa Hilya ikut serta. Jika sudah ada di sana ia tidak perlu khawatir perihal keselamatan Hilya atau apapun, karena bunda nya pasti akan menjaga menantunya itu dengan baik.
" Hahahah, bayangin aja dulu aku diomelin bunda habis-habisan. Baiklah, ayo pulang."
TBC