Gagal menikah!One night stand dengan pria asing yang tak dikenalnya.
Anggun terancam dijodohkan oleh keluarganya, jika dia gagal membawa calon suami dalam acara keluarga besarnya yang akan segera berlangsung.
Tapi secara tak sengaja berpapasan dengan pria asing yang pernah bermalam dengannya itu pun langsung mengajak si pria menikah secara sipil.Yang bernama lengkap Sandikala Mahendra.Yang rupanya Anggun tidak tahu siapa sosok pria itu sebenarnya.
Bukan itu saja kini dia lega karena bisa menunjukkan pada keluarga besarnya jika dia bisa mendapatkan suami tanpa dijodohkan dengan Darma Sanjaya.
Seorang pemuda playboy yang sangat dia benci.Karena pria itu telah menghamili sahabat baik Anggun tapi tidak mau bertanggung jawab.Pernikahan asal yang dilakukan Anggun pun membuat dunia wanita itu dan sekaligus keluarga besarnya menjadi berubah drastis dalam sekejap.
Akankah pernikahan Anggun berakhir bahagia?Setelah mengetahui siapa sosok pria itu sebenarnya?Atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mitha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Sejak kepergian Kala ke Malang, rumah mereka terasa lebih hening dari biasanya. Meski sering kali Anggun mengeluh tentang betapa menyebalkannya pria itu, kenyataannya, tanpa kehadiran Kala, ada sesuatu yang terasa kurang.
Namun, ia berusaha mengabaikan perasaan itu dan kembali fokus pada jadwalnya yang padat. Hari itu, ia harus menghadiri acara sosial bersama komunitas istri pengusaha, yang jujur saja, bukanlah sesuatu yang ia nantikan dengan antusias.
Saat sampai di venue acara—sebuah ballroom hotel mewah di pusat kota—Anggun langsung disambut oleh beberapa istri pengusaha lain. Mereka tersenyum ramah, tapi Anggun sudah tahu bagaimana cara kerja lingkungan ini. Percakapan mereka selalu terdengar manis di permukaan, tapi penuh dengan kompetisi terselubung.
"Anggun, akhirnya kau datang!" seru salah satu wanita, Nina, yang juga seorang sosialita terkenal.
Anggun tersenyum tipis. "Tentu saja. Bukankah aku sudah terikat dalam lingkaran ini?"
Nina tertawa kecil, lalu menggamit lengannya. "Ayo, kita duduk bersama. Kau harus mendengar gosip terbaru!"
Anggun mengikuti Nina ke meja yang telah disiapkan untuk mereka. Tidak butuh waktu lama sebelum obrolan di meja itu berubah menjadi ajang pamer dan gosip.
"Aku baru saja kembali dari liburan ke Swiss minggu lalu," kata seorang wanita, bangga. "Hotel tempat kami menginap benar-benar luar biasa, dan belanja di sana sungguh memanjakan!"
"Aku juga sedang merencanakan perjalanan ke Paris untuk fashion week," sahut yang lain. "Kebetulan suamiku memberiku hadiah perhiasan dari koleksi terbaru Cartier."
Anggun hanya diam, menyesap tehnya perlahan. Ia tidak tertarik membandingkan dirinya dengan mereka, tapi tetap saja, ia merasa sedikit terasing.
"Bagaimana denganmu, Anggun?" tanya seorang wanita, tersenyum penuh arti. "Apa suamimu tidak memberimu sesuatu yang spesial belakangan ini?"
Sebelum Anggun sempat menjawab, Nina tiba-tiba berkata dengan nada menggoda, "Oh, jangan salah. Suami Anggun itu pria yang sangat romantis. Kalian tidak tahu? Beberapa hari lalu, Kala memberikan perhiasan khusus dan tiket liburan ke Maladewa untuknya di tengah acara, dan itu dilakukan dengan begitu elegan!"
Mata para wanita itu membesar, ekspresi mereka penuh kejutan sekaligus sedikit iri.
"Serius?"
"Aku tidak menyangka Kala bisa se-romantis itu!"
"Benar-benar pria yang tahu bagaimana memperlakukan istrinya!"
Anggun merasakan tatapan mereka tertuju padanya, menunggu reaksinya. Ia berusaha menjaga ekspresinya tetap datar, tapi jauh di dalam hatinya, ada sedikit perasaan aneh yang menghangatkan dadanya.
Kala memang bisa sangat menyebalkan, tapi… pria itu selalu tahu bagaimana mengejutkannya.
---
Malam harinya, setelah kembali dari acara sosial yang melelahkan, Anggun duduk di ruang tamu, memijat pelipisnya yang mulai berdenyut.
Ia melirik ponselnya, ada pesan dari Kala.
"Bagaimana harimu? Apa acara sosialnya membosankan seperti yang kau kira?"
Anggun tersenyum kecil sebelum membalas.
"Lebih dari sekadar membosankan. Aku nyaris tertidur."
Tak butuh waktu lama sebelum balasan datang.
"Setidaknya, kau punya sesuatu untuk dipamerkan. Kau sekarang istri yang punya suami romantis."
Anggun mendengus. "Itu karena Nina terlalu banyak bicara."
Kala membalas dengan emoji tertawa.
"Jadi, kapan kau mau memakai perhiasan itu? Dan bagaimana dengan liburannya?"
Anggun menggigit bibirnya. "Aku belum memutuskan."
"Baiklah, kalau begitu aku yang akan memutuskan untukmu."
Anggun mengernyit. "Maksudmu?"
Kala membalas singkat. "Tunggu saja."
Anggun menghela napas panjang. Pria itu selalu punya rencana yang sulit ditebak.
---
Dua hari kemudian, setelah melalui berbagai acara sosial yang melelahkan, Anggun akhirnya mendapat sedikit waktu untuk beristirahat di rumah. Ia masih sibuk dengan pekerjaannya ketika sebuah paket tiba.
"Madam, ada kiriman untuk Anda," ujar salah satu asisten rumah tangga.
Anggun menatap kotak besar yang ditaruh di meja. Dengan rasa penasaran, ia membuka paket itu dan menemukan sesuatu yang membuat matanya membesar.
Di dalamnya ada gaun malam yang sangat indah, berwarna biru keperakan dengan detail halus. Gaun itu tampak dibuat dengan tangan, begitu mewah dan elegan.
Dan di atasnya ada sebuah catatan kecil.
"Aku tahu kau terlalu sibuk untuk memilih gaun sendiri. Jadi, biarkan aku memilihkan untukmu. Pakailah ini saat pesta ulang tahun istri gubernur. Kau pasti akan terlihat luar biasa."
Anggun menggigit bibirnya, tak bisa menahan senyum kecil yang muncul di wajahnya.
Kala memang menyebalkan, tapi kadang, ia juga benar-benar perhatian.
Namun, belum selesai keterkejutannya, teleponnya berdering. Nama Kala muncul di layar.
Ia mengangkatnya. "Halo?"
"Suka dengan hadiahnya?" suara Kala terdengar santai.
Anggun berusaha tetap tenang. "Kau tidak perlu repot-repot membelikan ini untukku."
"Tentu saja perlu," sahut Kala. "Aku ingin istriku tampil paling memukau di acara itu."
Anggun menggeleng kecil. "Apa yang sebenarnya kau inginkan?"
Kala terkekeh. "Aku hanya ingin memastikan kau tetap mengingatku meskipun aku sedang jauh."
Anggun terdiam sejenak, sebelum akhirnya berkata, "Tentu saja aku mengingatmu. Kau bahkan mengganggu pikiranku setiap hari."
Kala tertawa kecil. "Bagus. Kalau begitu, aku berhasil."
Anggun menghela napas, tapi senyumnya tetap ada. "Kapan kau pulang?"
"Hari Minggu," jawab Kala. "Dan ketika aku pulang, aku ingin melihatmu mengenakan perhiasan itu."
Anggun menggeleng, meskipun pria itu tidak bisa melihatnya. "Kau benar-benar sulit ditebak."
"Dan kau masih bertahan denganku," sahut Kala santai. "Jadi, kau pasti menyukaiku lebih dari yang kau sadari."
Anggun tertawa pelan, lalu menutup telepon.
Ia menatap gaun di depannya, lalu menghela napas panjang.
Mungkin, ia memang mulai terbiasa dengan keberadaan pria itu dalam hidupnya.