PESONA PENGAWAL TERKUAT

Di Perusahaan Lenolieum.

Karena tenaga Raditia kuat, dia mengangkat dua koper itu dengan mudah.

Kemudia dia mendekati Siska, Lalu mencubit dagunya dengan tangan satunya lagi,"Terimakasih! Wanita liar seksi! Lain kali, kita akan bertemu di tempat yang lebih seru!"

"Namu Siska!" tegas Siska sambil menatap galak Raditia,"Tolong ingat namaku dengan benar!"

"Ya,Ya, akan ku ingat, Siska!" seru Raditia sambil melepaskan cubitan di dagu Siska, lalu pindah mencubit hidungnya."Kamu sangat cantik ketika marah!"

Setelah puas menggoda Siska, Raditia pergi meninggalkan kantor Bram.

Siska, yang mendapatkan perlakuan seperti ini dari Raditia, dia tidak bisa melawan atau menghindar. dia hanya bisa menundukkan kepalanya dengan karena malu.

Namun, tiba-tiba dia marah, berbalik dan menghancurkan semua benda yang ada di kantor Bram.

"N-Nona tolong jangan mengamuk disini! Sabar! Mohon untuk bersabar!" ujar Bram sangat ketakutan, bahkan tubuhnya sudah gemetaran.

Setelah Siska puas mengamuk, dia mengeluarkan ponselnya dan memberi perintah suara kepada orang-orangnya,"Kirim beberapa orang ke Baru Parahyangan, ada beberapa sampah yang harus di bersihkan di kantor perusahaan Lenolieum!"

Setelah berbicara, Siska berbalik dan pergi

...

Pada saat ini, Raditia sudah meninggalkan kantor Bram.

Di dalam Honda Jazz merah, dua wanita cantik Claudia dan Amelia, saling memandang mata dengan cemas.

"Aduh! Bagaimana ini?" tanya Amelia sangat cemas, dia merain tangan Claudia kuat-kuat.

"Bajingan itu telah masuk selama sembilan menit! Apa dia baik-baik saja? Apa kita perlu membantunya?" ujarnya.

"Aku tidak tahu!" seru Claudia, mengeleng-geleng. "Jika dia dihajar oleh orang-orang di sana, dua menit saja sudah cukup, Namun sekarang sudah sembilan menit, berapa banyak luka yang akan dia dapat!"

"Claudia!!!" betak Amelia sambil melihat Claudia dengan marah,"Aku butuh saran kamu, Tapi kamu malah bicara omong kosong! Atau bagaimana jika kita meminta bantuan Maya?"

"Ya,Ya, jangan marah!" Claudia cemberut, lalu dia berkata,"Jika kita berdua masuk kesana, apa bedanya dengan memberikan domba gemuk pada kelompok serigala? Jadi lebih baik meminta bantuan Maya saja! Setidaknya kelompok Bajingan itu tidak akan berani macam-macam pada kita jika ada Maya!"

"Ngomong-ngomong, Amel, bukankah kamu sangat membenci Raditia? Tapi kenapa kamu sangat cemas sekarang? Jangan bilang kamu telah jatuh cinta padanya?!" tanya Claudia sambil menatap Amelia dengan penasaran.

"K-kamu, apa yang kamu bicarakan! Mana mungkin aku jatuh cinta pada Bajingan semacam itu!" ucap Amelia Tergagap.

"Meskipun Raditia selalu nakal padaku, tetapi dia pria yang jujur. Aku hanya cemas jika dia terluka parah karena rencana kita, tahu?!" tegasnya sambil mengeluarkan ponselnya dan bersiap untuk menghubungi Maya.

"Kamu memiliki hati yang sangat baik," ucap Claudia sambil menggelengkan kepalanya,"Berbahagialah karena kamu akan memiliki banyak anak bersama Raditia di masa depan."

Berbicara tentang ini, Claudia segera melamun dan membayangkan Amelia akan melahirkan banyak anak untuk Raditia.

Hanya saja senyum cabul Raditia selalu terbayang di benaknya.

"Sial!" Claudia mengelengkan kepalanya dengan kuat dan berpikir semakin keras.

"Kenapa Amel tampak sangat bahagia hidup bersama Raditia? Bahkan mereka memiliki 6 orang ank," gumamnya pelan.

"Claudia?!" seru Amelia sambil menatap Claudia degan marah.

Amelia terheran-heran, kenapa Claudia bisa memiliki pemikiran gila semacam ini.

Tepat ketika Amelia hendak menelpon Maya, dia melihat Raditia berjalan keluar dari bangunan dengan dua koper di tangannya, bahkan dia tersenyum ceria seolah tidak terjadi apa-apa.

"Claudia, Apa kamu bisa melihatnya juga?" tanya Amelia, buru-buru menarik Claudia.

"Astaga! Bajingan besar itu bisa keluar hidup-hidup? Bagaimana mungkin!" seru Claudia, menurunkan kaca jendela mobil dan menatap heran Raditia.

Melihat dua wanita cantik menatapnya, Raditia berlari cepat, membuka pintu dan masuk ke mobil.

"Apa kamu baik-baik saja? Apa tangan atau kakimu ada yang patah?" tanya Amelia, matanya menatap tubuh Raditia serius.

"Kamu tidak menderita luka dalam, kan?" Claudia juga melihat tubuh Raditia dengan sangat serius.

Meskipun ini semua rencana Amelia dan Claudia, tetapi mereka masih khawatir dengan kondisi Raditia.

Hal ini benar-benar membuat hati Raditia terasa hangat.

"Aduh, dua wanita kesayangku, apa kalian pikir mereka bisa melukaiku?" tanya Raditia, segera membuka satu koper di depan Amelia,"Sayang, ini 100 juta yang di kembalikan oleh Bram padamu, hhhe." serunya sambil tersenyum.

Setelah selesai berbicara, Raditia langsung mengarahkan jarinya ke bibirnya,"Sekarang giliranmu untuk memenuhi janjimu, aku akan menutup mata agar kamu tidak malu!"

"Apa?! Ini beneran uang asli?" seru Claudia, mengambil koper itu dan melihat isinya,"Astaga! Bagaimana kamu bisa mendapatkannya?"

Jangan khawatir tentang itu. Intinya aku sudah mendapatkan uangnya kembali!" ujar Raditia, wajahnya tampak bangga, kemudian membuka koper satunya lagi."Bram juga membayar denda karena telat bayar, ini ada seratus juta lagi."

"Baiklah, Amel. cepat cium aku...."

Mengatakan ini Raditia sedikit mendekatkan wajahnya ke depan wajah Amelia.

"Itu benar, Amel. Kamu berani taruhan dan sekarang kamu kalah, jadi cepat cium." ujar Claudia, menoleh untuk melihat Claudia.

Amelia sudah tersipu malu saat ini.

Dia merasa sudah membuat kesalahan dengan melakukan taruhan ini, berpikir bahwa Raditia berada di kelompok yang sama dengan Bram, bahkan mungkin teman karib atau semacamnya.

Jadi begitu Raditia pergi, Bram akan langsung membayar kembali hutangnya.

"Jika aku tahu ini sebelumnya, aku tidak akan bertaruh melawannya, meskipun aku pernah berciuman dengannya, tapi ini masih saja memalukan." batin Amelia menjerit.

Amelia ingin menyangkalnya dengan sengaja, tetapi Claudia malah menantikannya.

Mau tak mau Amelia sedikit terdiam dan berpikir di dalam hatinya,"Sialan, Claudia! Aku menemukan cara ini untuk membantumu balas dendam, sekarang kamu malah membantu Raditia untuk mendapat keuntungan dariku! Astaga! Kenapa kamu begitu bodoh!"

Benar benar mati langkah.

Sambil menggelengkan kepalanya, Amelia tersipu dan segera mencium sedikit bibir Raditia.

Siapa sangka, ketika Amelia membungkuk, Claudia mendorong tubuhnya secara tiba-tiba.

Disisi lain, bibir Raditia segera menyambut bibir merah merona Amelia.

Tiba-tiba, ciuman Amelia menjadi semakin kuat, bahkan bibirnya hampir menutupi bibir Raditia.

Meskipun Amelia tidak menciumnya dengan benar, tapi itu benar-benar ciuman yang panas.

"Ah, Claudia! Kamu..." Amelia menarik bibirnya dari bibir Amelia, berbalik untuk melihat Claudia,"Dasar bodoh! Kenapa kamu mendorongku?"

Claudia melihat ekspresi marah di wajah Amelia, lalu dia berdalih dengan wajah polos,"Ups, ada nyamuk di tubuhmu, jadi aku tidak sengaja mendorongmu, hehehe,"

Setelah selesai berbicara, Claudia melihat Raditia dan berkata dengan main-main,"Bajingan! Kamu sudah merasakan manisnya bibir Amel, Mulai sekarang kamu harus bertanggung jawab, jadi cepat nikahi dia!"

"Arghh!" geram Amelia, bahkan dia hampir pingsan.

BERSAMBUNG...