NovelToon NovelToon
Kehidupan Kedua

Kehidupan Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Sena, gadis tujuh belas tahun yang di abaikan oleh keluarganya dan di kucilkan oleh semua orang. Dia bunuh diri karena sudah tidak tahan dengan bullying yang setiap hari merampas kewarasannya.

Alih-alih mati menjadi arwah gentayangan, jiwa Sena malah tersesat dalam raga wanita dewasa yang sudah menikah, Siena Ariana Calliope, istri Tiran bisnis di kotanya.

Suami yang tidak pernah menginginkan keberadaannya membuat Sena yang sudah menempati tubuhSiena bertekad untuk melepaskan pria itu, dengan begitu dia juga akan bebas dan bisa menikmati hidup keduanya.

Akankah perceraian menjadi akhir yang membahagiakan seperti yang selama ini Siena bayangkan atau justru Tiran bisnis itu tidak akan mau melepaskan nya?

*

Ig: aca0325

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Setelah selesai makan, Erlan bersiap-siap untuk pergi ke kantor, dan demi menjalankan rencananya, Siena mengikuti pria itu ke kamar.

"Erl, aku mau ke kantormu, apa boleh?" Tanya Siena mengekori Erlan dari belakang.

Lalu secara tiba-tiba Siena berjalan lebih cepat, berdiri tepat di depan Erlan yang menjulang tinggi. Ia mendongak, berusaha untuk menatap manik tajam Erlan. Suaminya benar-benar memiliki wajah tampan yang terpahat sempurna, sayangnya jika saja dia memiliki sifat yang baik dan tahu menghargai perempuan Siena mungkin akan jatuh cinta.

Jatuh cinta? Ah, Siena jadi ingin tahu seperti apa sosok Alvaro yang mampu membuat seorang keturunan Calliope menjadi tak bergairah hidup setelah kehilangan nya.

Sementara itu, Erlan mengangkat sebelah alisnya, kembali bingung dengan Siena yang mendadak diam sembari menatapnya.

"Minggir! Jangan menghalangi jalanku." Erlan mendorong kening Siena menggunakan jari telunjuk nya, sontak membuat perempuan itu memekik kaget.

"Tega sekali kau Erl," Siena meringis mengusap dahinya yang haru saja di dorong Erlan tanpa perasaan. Apa kejadian baru saja bisa di laporkan ke pihak berwajib atas dugaan KDRT?

Siena tersadar dari pikiran absurd nya kala menyadari Erlan sudah pergi ke ruang ganti.

Tidak butuh waktu lama Erlan keluar dengan setelan formal yang lengkap.

"Aku ikut, ya," pinta Siena dengan wajah memelas.

"Terserah," sahut Erlan datar, mengambil tas kerjanya lalu keluar kamar dengan langkah lebar.

Sabar, sie. Senyum, dan ambil hati Erlan. Ucap Siena dalam hati memantrai diri sendiri supaya tidak emosi dengan sosok Erlan yang menyebalkan, karena sedikit saja salah langkah maka kematian kedua akan menyambut Siena.

Siena ikut masuk ke dalam mobil Erlan dan duduk tenang di sampingnya. Ia mengabaikan tatapan aneh yang dilayangkan sang empunya.

Dalam perjalanan menuju kantor Erlan keheningan mendominasi, beberapa kali Siena mencoba mengajak Erlan mengobrol tetapi hanya di tanggapi seadanya oleh pria itu. Pada akhirnya Siena lelah sendiri, memilih diam dan mengamati pagi hari di jalanan kota Limerick yang tak terlalu ramai.

...°°°...

Di kantor, seperti biasa Erlan sibuk bekerja. Saat ini hanya ada Siena di ruangan Erlan, sementara suaminya itu sedang ada meeting di ruangan lain. Bosan hanya duduk saja, Siena berinisiatif untuk melihat-lihat meja Erlan yang terdapat beberapa berkas.

"Sepertinya tidak terlalu penting,"gumam Siena membolak-balik berkas-berkas tersebut dengan malas, ia beberapa kali menguap dan dengan mata kian berat ia meletakkan kepalanya diatas meja.

"Apa itu?" Siena mengamati salah satu map yang berbeda dengan penuh minat. Siena mengambilnya dan menekan keinginannya untuk tidur.

"Laporan lengkap tentang Fernando Sagara Caesa," Siena nampak berpikir, nama itu terdengar tidak asing. Ketika hendak membuka map tersebut, tiba-tiba pintu terbuka.

"Siena!" Kaget Cindy yang baru saja datang, seperti biasa dia memakai dress ketat yang mencetak lekuk tubuhnya. Wanita itu berjalan dengan dagu terangkat tinggi, angkuh.

"Ngapain rubah licik itu datang kesini,"decak Siena sebal. Ia meletakkan kembali map yang dipegang, lalu menatap Cindy tajam. Tak akan ia biarkan rubah licik ini memang. Tidak lagi.

"Mana Erlan?" Tanya Cindy sinis.

"Untuk apa kau mencari suamiku? Dasar pelakor."umpat Siena, tak lupa menekankan kata 'suami'.

Cindy melotot, tangannya mengepal lantas dengan penuh emosi mendekat, "apa aku bilang? Pelakor? Asal kau tahu, disini itu kau pelakornya."

Suasana dalam ruangan itu semakin memanas saat dua orang yang pernah menjadi teman dekat itu saling melotot, melemparkan kebencian lewat netra yang mungkin tidak akan bisa di pahami oleh orang lain.

" Jangan berlagak seolah kau mencintai Erlan, Cindy! Aku tahu seperti apa dirimu. Kau ada disini hanya demi memuluskan rencana mu bersama Nando." Geram Siena sembari tersenyum sinis.

"Rencana katamu?" Cindy menatap nyalang, sudut bibirnya berkedut, ia mengibaskan rambut panjangnya ke belakang layaknya model dalam iklan shampoo yang sering Siena lihat di televisi. Hampir saja tawa ejekan lolos dari bibir Siena, jika saja ia tidak membekap mulutnya.

"Bercerailah dari Erlan dan semuanya selesai." Ujar Cindy datar dan tanpa emosi.

"Tidak akan pernah."balas Siena penuh penekanan.

"Kau!"Cindy memekik marah, tangannya terulur untuk menjambak rambut Siena dan tentu saja Siena tidak tinggal diam, ia balas menjambak rambut Cindy.

Terjadilah aksi Jambak menjambak dalam ruangan kerja Erlan yang saat ini tidak bisa lagi disebut sebagai ruang kerja yang nyaman. Tempat itu lebih mirip kapal pecah dengan benda-benda yang berserakan di sana-sini.

"Ceraikan Erlan!" Desis Cindy semakin memperkuat jambakan di kepala Siena, dan beberapa anak rambut perempuan itu ikut tercabut.

"Cindy sialan! Sakittt..."Siena tidak boleh kalah, kakinya yang terbalut heels tinggi di dorong ke depan untuk menendang perut data Cindy. "Erlan suamiku dan tidak kami tidak akan pernah bercerai."

Cindy semakin marah, kembali maju dan menjambak Siena lebih kuat.

Kriettt!

Pintu terbuka, keduanya menoleh dan disana ada Erlan bersama dua sahabatnya yang juga rekan kerjanya.

" APA YANG KALIAN LAKUKAN?!" Itu bukan teriakan marah dari Erlan, karena pria dingin itu tak mungkin mengeluarkan teriakan yang menggelegar seperti itu. Suara itu milik Arthur Jefferson, si toa yang entah bagaimana bisa berteman dekat dengan Erlan dan Richard Norman, dua orang yang sangat anti dengan makhluk berisik.

"Berhenti!" Erlan melangkah mendekat, aura mencekam menguar dari sosok tinggi itu membuat Siena bergidik ngeri.

Lakukan sesuatu! Siena harus melakukan sesuatu yang bisa menarik simpati Erlan.

"Erlan, sayanggg..."Cindy melepaskan tangannya dari kepala Siena lantas memperbaiki penampilannya yang berantakan. Ia harus tetap cantik di depan Erlan agar terus bisa mempertahankan pewaris Harrison itu dalam genggamannya.

Richard yang melihat itu entah kenapa merasa jijik. Ia sudah lama tidak menyukai Cindy, baginya wanita polos itu tidaklah benar-benar polos, buktinya dia bisa berkelahi dengan benar saat tidak ada Erlan di dekatnya.

Bruk!

Baru saja Cindy hendak memeluk Erlan, namun pria itu menepis lembut tangannya dan secepat kilat menyambut tubuh Siena yang pingsan dan hampir jatuh ke lantai.

"Siena," Erlan menepuk-nepuk pelan pipi Siena dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya memeluk pinggang Siena agar tak terjatuh.

Tidak ada sahutan. Erlan merapikan rambut Siena yang berantakan, ia menatap wajah istrinya itu khawatir.

"Aku juga terluka, sayang." Rengek Cindy yang tidak terima dengan apa yang dilakukan Erlan.

"Matthew! Cepat siapkan mobil!" Perintah Erlan.

"ASTAGA! DIA BENERAN PINGSAN?!" Arthur kembali berteriak, kali ini lebih heboh, ia menoel pipi Siena. Namun tiba-tiba saja Arthur merinding, seperti sedang di tatap tajam oleh...

"Eh, hehehe...dia memang pingsan." Arthur cengengesan kala menyadari tatapan tajam itu berasal dari Erlan.

"CK! Kau pikir dia pura-pura pingsan? Begitu?" Decak Richard.

"Ya, siapa tahu, Rich." Arthur mengedikkan bahunya, ia menoleh kearah Cindy dengan mata penuh binar bahagia, "hai sweetie, kau tambah cantik saja." Godanya mengedipkan sebelah mata.

" Sayang, kenapa kau jadi peduli sama dia?" Tanya Cindy sepenuhnya mengabaikan Arthur.

" Dia pingsan Cindy. Aku tidak mau orang tuaku marah," jawab Erlan seadanya.

"Mobilnya sudah siap, tuan." Kata Matthew dari pintu.

Erlan menggendong Siena ala bridal style, membawanya keluar dan diikuti oleh dua orang sahabatnya dan satu kekasihnya. Arthur berjalan bersama Cindy sambil melontarkan beberapa gombalan receh. Sang Cassanova Limerick, begitulah julukan Arthur selama ini.

Tidak peduli jika wanita yang Arthur inginkan sudah memiliki pacar, jika Arthur mau dengan mudah ia akan mendapatkannya.

Sementara Richard, sosok penuh wibawa yang lebih cocok menjadi pendengar, kalem dan tidak banyak bicara. Di umurnya yang lebih tua dua tahun dari Erlan, Richard masih betah melajang.

Erlan masuk ke dalam mobilnya lalu menutupnya cepat sebelum ada yang menyusul masuk, terlebih lagi jika itu Arthur. Telinga Erlan berdengung, setiap kali Arthur berbicara.

"Rumah sakit terdekat!" Perintah Erlan pada sang supir.

"ERLAN!"

Mobil melaju kencang meninggalkan area kantor di sertai dengan teriakan Cindy. Erlan menghela nafas panjang, ia tahu tidak seharusnya mengabaikan Cindy tetapi ia sempat mendengar perdebatan Siena dan Cindy. Mungkin hanya sekedar kata-kata ungkapan kemarahan seorang istri saat suaminya berselingkuh, tetapi kenyataan bahwa Cindy juga mengenal Nando membuat Erlan tidak bisa berpikir jernih saat ini.

...***...

Jangan lupa like, komen dan vote...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!