Mistis dan hal ghoib bagi Nayla hanyalah mitos sebelum dia mengalami kejadian yang membuatnya terpaksa mempercayai hal-hal yang berbau suprantural itu setelah mengalaminya sendiri.
Meninggal akibat konspirasi suami dan kakak angkatnya, Nayla hidup kembali ditubuh seorang gadis dengan nama yang sama dengannya yang memang telah disiapkan untuknya.
Siapakah orang yang sengaja membangkitkan jiwa Nayla?
Mampukah Nayla membalaskan dendam dan menguak teka-teki kehidupannya?
Penasaran...
Ikuti kisah Nayla dalam membalas dendam yang sarat akan hal mistis dan ghoib, yang tentunya sangat menegangkan dan membuat jantung kita berdegub kencang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TUGAS YANG HARUS DIEMBAN
Cahaya mentari pagi yang hangat masuk melalui jendela kaca yang sengaja dibuka lebar agar udara didalamnya berganti.
Sinar lembut itu jatuh mengenai sosok pemuda yang terbaring diatas ranjang dengan wajah pucat dan selang infus menancap di tangannya.
Sudah hampir dua tahun, Azzam, pemuda energik dan ceria tersebut jatuh tak sadarkan diri, ditemani cairan infus yang menopang kebutuhan nutrisinya selama ini.
Tubuhnya yang dulu tegap berisi kini sudah seperti mayat hidup, kurus kerontang.
Disampingnya, seorang wanita yang wajah cantiknya sangat kuyu, dengan telaten membasuh wajah dan tubuhnya dengan handuk bersih yang dicelupkan kedalam air hangat.
Kegiatan yang selalu dia lakukan setiap hari dengan sepenuh hati, berharap suatu saat kedua mata yang tertutup rapat selama dua tahun itu akan terbuka.
Kriettt...
Begitu pintu kamar dibuka dari luar, wanita itu menoleh sejenak, dan segera menyelesaikan pekerjaannya yang tinggal sedikit lagi ketika melihat sang suami menatapnya.
"Mami jadi ikut? ", tanya Winata kembali memastikan.
"Iya pi. Mami sudah selesai kok mendandani Azzam", jawabnya cepat.
Setelah memberikan kecupan dikening sang putra, Friska pun mengikuti langkah sang suami keluar dari kamar anaknya.
Jika tak penasaran dengan gadis yang akan datang untuk mengangkat kutukan dari tubuh Azzam, mungkin Friska tak akan pergi kemana-mana karena waktu libur seperti ini cukup langkah baginya yang setiap hari disibukan dengan berbagai macam berkas.
Meski hanya sesekali pergi ke perusahaan sejak Azzam sakit, tapi Friska tetap melakukan tanggung jawabnya sebagai pimpinan dan menjadikan rumah sebagai kantor keduanya.
Sementara itu, di rumah sakit, Nayla sedang menikmati sarapan paginya sambil mendengarkan cerita dari sahabat barunya, Kunti.
Meski mereka melakukan percakapan dalam hati, tapi melihat berbagai ekspresi yang Nayla tunjukkan, orang yang melihat pasti merasa jika dia tidak sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.
Marah, kecewa, sedih bercampur jadi satu ketika dia kembali mengingat ketika sang suami dengan sengaja mengambil jantungnya dalam kondisi dia yang masih setengah sadar untuk diberikan kepada Gisel, dendam dalan hatinya semakin kuat.
"Aku hanya membuka jalan bagimu, selanjutnya semua keputusan ada padamu", ujar Kunti.
Dalam percakapan kali ini, Kunti juga mulai menjelaskan kenapa jiwa Nayla bisa masuk kedalam raga seorang gadis yang memiliki nama depan sama dengannya, yaitu Nayla.
Seorang gadis yang memang disiapkan untuk menjadi pengangkat kutukan seorang pemuda oleh seseorang yang disebut Kunti sebagai nenek buyut.
Namun, semua hal yang mereka lakukan ternyata tak berjalan mulus.
Ada pihak-pihak yang tak menginginkan pemuda itu sembuh sehingga berulangkali mencoba melukai gadis tersebut.
"Jadi, ini sudah kesekian kalinya gadis ini hampir terbunuh?", tanya Nayla penasaran.
"Benar. Namun, sayangnya nasib buruk kembali menimpa gadis itu. Sehari sebelum masuk ke kediaman keluarga Winata, gadis itu di dorong dari tangga oleh seseorang ketika sedang berbelanja di mall. Akibat insiden itu, kondisinya kritis dan dia koma selama hampir dua bulan", ucapnya menjelaskan.
"Lalu, dimana jiwanya sekarang? Katamu, aku sengaja ditarik untuk menggantikan jiwa ini. Bagaimana bisa? ", tanya Nayla kepo.
"Jadi, begini ceritanya..."
Kunti pun menceritakan semua hal yang dia ketahui kepada Nayla agar nanti dia tak terkejut dan bisa mengemban tugasnya dengan baik.
Meski cukup terkejut dengan fakta yang ada, tapi Nayla cukup senang karena ternyata dia masih memiliki seorang kerabat, meski nenek buyutnya itu berprofesi sebagai dukun atau biasa disebut sebagai orang pintar, mengetahui kenyataan itu membuatnya senang.
Untuk memutuskan apakah dia bisa menerima nenek buyutnya itu atau tidak, itu akan dipikirkannya nanti.
Yang jelas, di dunia ini dia tak sendiri.
Saat ini yang perlu dipertanyakan adalah mengenai keberadaannya didalam raga gadis ini dan tugas yang diembannya.
Nayla yang cukup kritis pun menanyakan banyak hal kepada Kunti, hingga membuatnya kualahan untuk menjawab.
"Nanti, biar nenek buyut atau tuan Winata saja yang akan menjelaskan padamu", ujarnya.
Bukan sengaja tak mau menjelaskan kepada Nayla, Kunti hanya takut salah dan berimbas pada dirinya.
Nayla yang masih belum menyerah pun kembali mengajukan pertanyaan, "Jika aku mangkir dari tugas ini bagaimana? Apakah aku akan kembali mati?".
"Bisa jadi seperti itu. Aku tak tahu pasti, yang jelas, semua memiliki konsekuensi tersendiri. Mbah buyut menyiapkan tubuh ini dan menarik jiwamu untuk menempatinya bukanlah perkara mudah. Ada berbagai macam ritual khusus yang harus dilakukan ".
Melihat Nayla terdiam cukup lama, Kunti pun kembali bersuara, " Ini kesempatan baik untukmu. Bulatkan tekadmu, balaskan dendammu dan raih kebahagiaanmu sendiri".
Ucapan Kunti menyadarkan Nayla. "Ya, benar kata Kunti, kesempatan baik ini telah datang. Meski caranya harus seperti ini, aku tak bisa mundur! ",batinnya bertekad.
Obrolan keduanya terhenti begitu pintu ruang rawat dibuka dari luar dan sosok pria berjas putih dan bersneli masuk bersama dua orang perawat yang menemaninya.
"Bagaimana kabar anda nona Nayla? ",sapa dokter Bima ramah.
"Sudah lebih baik dok",jawab Nayla sambil tersenyum tipis.
Belum juga dokter Bima selesai memeriksa, ada ketukan dipintu dan tak lama kemudian muncul sepasang suami istri, berjalan masuk kedalam ruang rawat Nayla dan menyapa sang dokter dengan ramah.
"Bagaimana kondisi Nayla dok? Hari ini bisa keluar kan? ",tanya Winata.
Dokter Bima tersenyum ramah, "Kondisi nona Nayla sudah lebih baik. Setelah semua administrasi dibereskan, nona Nayla sudah bisa pulang".
Penjelasan dokter Bima membuat semua orang didalam ruangan menjadi lega, terutama Nayla yang memang tak menyukai bau rumah sakit yang terus mengingatkannya akan kematian tragis yang dialaminya dimeja operasi, membuatnya terpaksa harus meninggalkan raganya dan menempati raga baru ini.
Setelah dokter Bima selesai memeriksa dan perawat yang mendampinginya melepas infus, ketiganya pun segera pergi untuk melakukan visit ke pasiennya yang lain.
Begitu dokter dan timnya pergi, Winata dan istrinya berjalan mendekati ranjang Nayla.
"Saya bantu bersiap ya", ucap Friska ramah.
"Saya tidak memiliki barang apapun nyonya, jadi tidak ada yang perlu dibawa pulang. Hanya satu kresek ini saja yang akan saya bawa", ujar Nayla datar.
Melihat sikap tenang Nayla, Friska semakin yakin jika jiwa Nayla Putri Darmawan ada dalam raga gadis itu.
Seorang wanita muda yang dia kagumi karena kejelian dan kepiawaiannya dalam menjalankan bisnis keluarganya, membuat bisnis yang dimiliki keluarga Darmawan yang sebelumnya tak terlalu diperhitungkan mulai dilirik banyak orang, terutama para kompetitornya yang mulai panik seiring semakin besarnya nama perusahaan tersebut.
Bahkan Friska sempat ingin menjodohkan dengan Azzam seandainya putra semata wayangnya itu bisa sembuh.
Dan sekarang, melihat Nayla akan tinggal bersama dengannya dengn status sebagai keponakannya, tentu saja itu membuat Friska merasa senang.
Karena mereka akan membawa Nayla pulang maka Winata pun mulai memperkenalkan dirinya.
"Halo Nayla, perkenalkan, aku Winata dan ini Friska, istriku. Mulai sekarang, kami adalah walimu dan kamu juga akan tinggal bersama kami ", ucap Winata.
Nayla mengangguk paham dan sebelum Winata kembali bersuara, dia lebih dulu berbicara, "Untuk hal-hal lainnya, sebaiknya kita bicarakan dirumah".
Melihat respon Nayla yang tenang, Winata pun merasa lega.
"Baiklah, aku akan menjelaskan semuanya begitu kita tiba di rumah",ujarnya.
Begitu asisten Winata muncul sambil membawa satu kresek obat, ketiganya pun berjalan pergi meninggalkan rumah sakit menuju rumah yang akan menjadi tujuan Nayla, menyelesaikan tugasnya dan merencanakan hidupnya yang baru.