NovelToon NovelToon
Alena: My Beloved Vampire

Alena: My Beloved Vampire

Status: tamat
Genre:Tamat / Romansa Fantasi / Vampir / Romansa
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Syafar JJY

Alena: My Beloved Vampire

Sejak seratus tahun yang lalu, dunia percaya bahwa vampir telah punah. Sejarah dan kejayaan mereka terkubur bersama legenda kelam tentang perang besar yang melibatkan manusia, vampir, dan Lycan yang terjadi 200 tahun yang lalu.

Di sebuah gua di dalam hutan, Alberd tak sengaja membuka segel yang membangunkan Alena, vampir murni terakhir yang telah tertidur selama satu abad. Alena yang membawa kenangan masa lalu kelam akan kehancuran seluruh keluarganya meyakini bahwa Alberd adalah seseorang yang akan merubah takdir, lalu perlahan menumbuhkan perasaan cinta diantara mereka.
Namun, bayang-bayang bahaya mulai mendekat. Sisa-sisa organisasi pemburu vampir yang dulu berjaya kini kembali menunjukan dirinya, mengincar Alena sebagai simbol terakhir dari ras yang mereka ingin musnahkan.
Dapatkah mereka bertahan melawan kegelapan dan bahaya yang mengancam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syafar JJY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21: Mengikat Janji

Chapter 46: Bertemu Kenalan Lama

Di Rumah Keluarga Reinhard,

Malam itu, ruang tamu dipenuhi kehangatan. Alberd dan Alena duduk berdampingan di sofa, mata mereka berbinar penuh antusias saat menatap layar ponsel. Mereka sedang memilih gaun pernikahan dan desain dekorasi panggung untuk hari besar mereka yang akan berlangsung seminggu lagi.

Tak jauh dari mereka, Nina asyik menonton TV sambil menikmati camilan di tangannya. Sementara itu, Grinfol tampak sibuk berbicara dengan rekan bisnisnya melalui telepon, sesekali menyeruput kopi yang ada di meja kecil di sampingnya.

Pintu kamar terbuka, dan Stefani keluar dengan tampilan anggun. Pakaian yang dikenakannya memancarkan kesan seorang wanita paruh baya yang penuh wibawa namun tetap elegan.

“Alena, kita berangkat sekarang,” ucap Stefani dengan senyum lembut.

Alena segera menghentikan obrolannya dengan Alberd dan menoleh.

“Iya, Ibu,” balasnya sambil meletakkan ponsel.

Alberd menatap ibunya dengan sedikit harapan.

“Ibu, aku benar-benar tidak boleh ikut?” tanyanya, nada suaranya mengandung sedikit nada memohon.

Stefani tertawa kecil.

“Tentu tidak. Ibu ingin mengenalkan Alena pada seorang teman, dan ini obrolan antar wanita. Kamu bisa menunggu di rumah.”

Alberd menghela napas, sedikit kecewa, tapi tak bisa membantah.

“Baiklah… Tapi kalian hati-hati di jalan, ya.”

Grinfol, yang sudah menyelesaikan teleponnya, menaruh cangkir kopi di meja dan menatap istrinya.

“Apa kau yakin tidak perlu diantar? Bagaimana kalau terjadi sesuatu di jalan?”

Stefani tersenyum kecil, tatapan matanya penuh percaya diri.

“Tidak perlu. Aku akan menyetir sendiri. Dan jangan khawatir, ingat siapa calon menantu kita ini.” Dia melirik Alena dengan penuh arti.

“Selama ada dia, aku rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”

Nina, yang semula sibuk dengan TV, melirik ke arah ibu dan kakak iparnya yang bersiap pergi. Dengan cepat, dia menaruh camilannya dan berlari menghampiri Alena.

“Kakak, hati-hati di jalan, ya,” ucap Nina sambil merangkul Alena dengan manja.

Alena tersenyum hangat dan mengelus kepala gadis itu dengan lembut.

“Iya, sayang.”

Stefani mengangkat alis, pura-pura cemburu.

“Apa Nina tidak mau memeluk Ibu juga?”

Nina terkikik sebelum akhirnya memeluk ibunya.

“Ibu juga… hati-hati.”

Stefani tersenyum dan membalas pelukan putrinya. Sementara itu, Grinfol hanya menggelengkan kepala, tersenyum melihat tingkah laku anak perempuannya yang manja.

Setelah berpamitan, Stefani dan Alena pun meninggalkan rumah dengan mobil.

Perjalanan terasa singkat. Dalam waktu 30 menit, mereka tiba di sebuah restoran dengan konsep ruang terbuka. Lampu-lampu kecil berkelap-kelip menghiasi area makan di luar ruangan, menciptakan suasana yang hangat dan romantis di bawah cahaya bulan. Beberapa pengunjung tampak bercengkrama sambil menikmati makanan mereka.

Stefani dan Alena duduk di salah satu meja, menunggu seseorang. Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya datang, menggandeng seorang gadis kecil berusia sekitar lima tahun.

Stefani segera berdiri dan menyambut wanita itu dengan pelukan ringan. “Clara! Senang sekali melihatmu.”

Wanita bernama Clara tersenyum.

“Maaf jika sedikit lama, Fani,” ujarnya, lalu matanya tanpa sadar melirik Alena, ekspresinya menunjukkan seolah ia merasa familiar dengan gadis itu.

Stefani tersenyum melihat gadis kecil di samping temannya.

“Kamu datang bersama putrimu?” tanyanya lembut.

Clara mengangguk.

“Iya. Ini Sherry, dia baru lima tahun.”

Stefani membungkuk sedikit dan tersenyum ke arah bocah itu.

“Halo, cantik. Senang bertemu denganmu.”

Sherry bersembunyi di balik ibunya, malu-malu, namun tetap mengintip dengan rasa penasaran.

Setelah berkenalan, mereka pun duduk kembali.

Stefani melambaikan tangan, memanggil pelayan.

“Pesan apa, Nyonya?” tanya pelayan dengan sopan.

Stefani menoleh ke Alena. “Kamu mau pesan apa, sayang?”

Alena tersenyum. “Sama seperti Ibu saja.”

Stefani mengangguk. “Dua steak dan dua jus jeruk.”

Clara ikut memesan hal yang sama, lalu pelayan pergi untuk menyiapkan pesanan mereka.

Saat itu, Alena memperhatikan Clara dengan saksama. Perasaan aneh menyelinap dalam benaknya seolah dia pernah bertemu dengan wanita ini sebelumnya.

Di sisi lain, Clara juga tampak memandangi Alena dengan kening berkerut, seperti tengah berusaha mengingat sesuatu.

Hingga akhirnya, mata wanita itu membelalak kecil.

“Tunggu… Bukankah kamu nona Alena?” tanyanya dengan nada penuh kejutan.

Alena terdiam sejenak, pikirannya berputar, berusaha menggali ingatan lamanya. Hingga akhirnya, sebuah nama muncul dalam benaknya.

“Nyonya… Clara?” ucapnya ragu.

Clara langsung berdiri dan mengulurkan tangannya.

“Ya! Aku Clara! Kita bertemu sekitar tiga bulan yang lalu.”

Alena menerima jabatan tangannya dan tersenyum.

“Benar… Aku mengingatnya sekarang.”

Stefani yang sedari tadi menyimak percakapan mereka, menatap keduanya dengan penuh keheranan.

“Kalian sudah saling kenal? Wah, kebetulan yang luar biasa.”

Clara tertawa kecil.

“Ya. Aku bertemu Alena dalam perjalanan ke kota. Waktu itu dia pingsan di tepi jalan, dan aku yang menemukannya.”

Stefani menoleh ke Alena, matanya sedikit melebar. “Benarkah?”

Alena tersenyum lembut.

“Iya… Waktu itu, Nyonya Clara menolongku.”

Clara menggelengkan kepala.

“Bukan hal besar, hanya kebetulan saja.” Ia menatap Alena dengan sorot mata hangat.

“Mungkin ini takdir bahwa kita dipertemukan lagi.”

Stefani tersenyum, lalu menatap Clara. “Jadi… calon menantu yang ingin aku kenalkan kepadamu, adalah Alena.”

Clara menatap Alena dengan takjub. “Luar biasa. Jadi ini benar-benar takdir.” Dia tersenyum lebar, lalu berkata pada Stefani, “Kau beruntung sekali memiliki calon menantu secantik dan sebaik dia.”

Alena tersipu, pipinya merona samar. Stefani tertawa kecil, bangga akan pujian itu.

“Pernikahan Alena dan Alberd akan berlangsung seminggu lagi. Dan karena aku tahu kau seorang wedding organizer yang hebat, aku ingin meminta bantuanmu untuk mengurus persiapannya,” ujar Stefani.

Clara tersenyum penuh semangat. “Tentu saja! Aku akan memastikan acaranya menjadi pernikahan yang indah dan berkesan.”

Stefani mengangguk puas.

“Aku juga ingin mengundangmu bersama suami dan putrimu ke acara pernikahan nanti.”

Clara mengangguk mantap.

“Kami pasti datang.”

Tak lama kemudian, pelayan datang membawa pesanan mereka. Aroma steak yang menggoda memenuhi udara, dan mereka pun mulai menikmati makan malam sambil terus berbincang dengan suasana yang semakin akrab.

*Info karakter:

Clara Stevia Lunav (32 tahun), dia merupakan orang pertama yang ditemui Alena setelah terbebas dari segel (Bab 1).

Sherry Lunav (5 tahun), anak pertama Clara.

Chapter 47: Pernikahan Alberd dan Alena

12 Juli 2025,

Hari yang dinanti akhirnya tiba.

Bertepatan dengan tanggal ulang tahun Alena.

Di dalam ballroom megah bergaya klasik, suasana dipenuhi cahaya hangat dari lampu gantung kristal yang berkilauan di langit-langit berhias lukisan indah. Pilar-pilar tinggi menjulang kokoh, sementara tirai sutra merah tua menjuntai dengan anggun di dinding. Karpet merah terbentang lurus menuju altar, di mana seorang pria berdiri menanti dengan debaran hati yang tak terkendali.

Alberd Reinhard.

Dalam setelan jas hitam elegan dengan dasi merah tua, warna yang mereka pilih sebagai simbol cinta.

Alberd berdiri di depan altar, jemarinya saling menggenggam erat, berusaha meredam kegugupan. Namun, ekspresi wajahnya tak bisa berbohong. Di balik debaran itu, ada kebahagiaan yang membuncah. Hari ini, dia akan menikahi wanita yang paling ia cintai.

Dari kursi keluarga, Grinfol dan Stefani menatap putra mereka dengan bangga. Di sisi lain, Nina melambai penuh semangat.

“Semangat, Kakak!” serunya ceria.

Alberd terkekeh kecil, mengangkat tangannya membalas lambaian itu. Namun, saat pintu aula perlahan terbuka, dunianya seolah berhenti berputar.

Dan di sanalah dia, Alena Shevani.

Gaun putih berlengan panjang yang dihiasi bordiran emas membalut tubuhnya dengan anggun, setiap langkahnya memancarkan kelembutan yang hampir tidak nyata. Jubah tipisnya berkibar lembut seiring gerakannya, menciptakan siluet seorang ratu yang berjalan menuju takdirnya. Musik orkestra mengalun lembut, mempertegas kesakralan momen itu.

Para tamu serempak berdiri. Tatapan mereka terpaku pada wanita yang melangkah di atas karpet merah, bagai dewi yang turun ke bumi.

Saat Alena tiba di altar, Alberd nyaris lupa bernapas.

Dia menyodorkan tangannya.

“Alena… kamu luar biasa cantik.” Suaranya terdengar sedikit bergetar, bukan karena gugup, melainkan karena kekaguman yang begitu dalam.

Alena tersenyum, jemarinya yang halus menyentuh tangannya.

“Dan kamu sangat tampan, Alberd. Aku tak pernah sebahagia ini.”

Pendeta memulai prosesi pernikahan. Setelah doa dan wejangan, tibalah saatnya bagi mereka untuk bertukar janji.

Alena menatap mata Alberd dalam-dalam, cahaya lilin yang berpendar lembut di sekitarnya membuat iris merahnya bersinar bagai rubi yang berkilauan. Bibirnya merekah dalam bisikan penuh ketulusan,

“Aku memilihmu, bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk selamanya.”

Alberd merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Dia mengangkat jemari Alena dan mengecupnya lembut sebelum menjawab,

“Aku akan mencintaimu hingga akhir waktu.”

Tepuk tangan bergema di seluruh ruangan saat cincin disematkan di jari masing-masing. Cincin berlian dengan ukiran khas keluarga Reinhard melingkar di jari Alena, sementara Alberd menerima cincin emas bertuliskan nama mereka dalam aksara vampir kuno, sebuah janji yang terpatri dalam abadi.

Dan ketika pendeta mengucapkan,

"Kini, kalian resmi menjadi suami istri," Alberd melingkarkan tangannya di pinggang Alena dan menuntunnya ke dalam kecupan pertama mereka sebagai pasangan suami istri.

Sorak-sorai memenuhi ruangan, namun bagi mereka, dunia seakan menyempit hanya menjadi ruang di antara bibir yang saling bertaut.

Setelah meminta doa dan restu keluarga, acara berlanjut ke pesta dansa.

Lantai marmer putih berkilauan di bawah cahaya lampu kristal, sementara nada klasik mengalun lembut. Alberd dan Alena melangkah ke tengah, jemari mereka saling bertaut. Dengan gerakan anggun, Alberd menarik Alena lebih dekat, tangan kirinya menopang pinggang ramping istrinya, sementara tangan kanan mereka bertaut dalam genggaman yang erat.

Mereka berdansa dengan gerakan yang selaras, mata saling mengunci dalam tatapan yang penuh makna. Di sekitar mereka, tamu-tamu berdiri terpukau, menyaksikan sepasang pengantin yang seolah tercipta untuk satu sama lain.

Saat musik mencapai klimaks, Alberd memutar Alena dengan elegan. Gaun putihnya berputar seiring gerakannya, menciptakan pemandangan yang memikat. Lalu, dengan satu tarikan lembut, Alberd membawanya kembali ke dalam dekapan hangatnya.

Tawa kecil lolos dari bibir Alena.

“Aku merasa seperti putri dalam dongeng.”

Alberd menunduk sedikit, suaranya terdengar rendah dan sarat dengan kasih sayang.

“Dan aku adalah pria yang beruntung karena bisa menikahi sang putri itu.”

Malam semakin larut, dan setelah pesta selesai, Alberd menggenggam tangan Alena, menuntunnya ke balkon besar yang menghadap kota. Lampu-lampu kota berkelap-kelip bagai bintang di bawah langit malam.

Alberd menarik istrinya ke dalam pelukan, bibirnya membisikkan sesuatu di telinganya,

“Kini, kau adalah ratuku, dan aku akan selalu melindungimu.”

Alena menutup matanya, membiarkan kata-kata itu meresap ke dalam jiwanya. Dia bersandar di dada Alberd, mendengar detak jantung pria itu yang stabil dan menenangkan.

Namun, malam masih panjang.

Ketika Alberd menuntun Alena memasuki kamar pengantin mereka, suasana berubah menjadi lebih intim. Ruangan itu didekorasi dengan warna putih dan merah yang elegan, cahaya lilin berpendar lembut di setiap sudutnya.

Alberd baru saja hendak mengatakan sesuatu, tapi sebelum sempat bersuara, tubuhnya terdorong ke atas ranjang.

"Alena..?"

Alena melompat, mengunci pergerakannya dengan tubuh mungilnya yang kuat. Tanpa peringatan, dia menekan bibirnya ke bibir Alberd, mencuri napasnya dalam ciuman yang penuh gairah.

Alberd terkejut, tetapi hanya untuk sesaat. Dalam hitungan detik, dia tenggelam dalam rasa manis yang menghangatkan tubuhnya.

Saat mereka menarik diri, Alena menyentuh bibirnya dengan jemarinya sendiri, tersenyum menggoda.

“Kita sudah resmi menikah, bukan?”

Alberd tertawa kecil, tangannya naik ke belakang kepala Alena, membelai lembut helai-helai rambutnya.

“Jadi… ini caramu merayakannya?”

Alih-alih menjawab, Alena hanya mengangkat satu jarinya. Seketika, cahaya lilin di ruangan padam, menyisakan bayangan lembut yang menyelimuti mereka berdua.

Dan di bawah redupnya cahaya bulan, dua jiwa yang telah dipersatukan dalam ikatan abadi menyerahkan diri mereka sepenuhnya pada satu sama lain.

1
Wulan Sari
critanya sangat menarik lho jadi kebayang bayang terus seandainya kenyataan giman
makasih Thor 👍 salam sehat selalu 🤗🙏
John Smith-Kun: Terima kasih, kebetulan ini novel pertama yang saya tulis, syukurlah klo ceritanya menarik
total 1 replies
Siti Masrifah
cerita nya bagus
John Smith-Kun: Thank u👍
total 1 replies
Author Risa Jey
Sebenarnya ceritanya bagus, ringan dan cocok untuk dibaca di waktu santai. Cuma aku bacanya capek, karena terlalu panjang. Satu bab cukup 1000 kata lebih saja, agar pas. Paling panjang 1500 kata. Kamu menulis di bab yang isinya memuat dua atau tiga chapter? ini terlalu panjang. Satu chapter, kamu buat saja jadi satu bab, jadi pas.

Bagian awal di bab pertama harusnya jangan dimasukkan karena merupakan plot penting yang harusnya dikembangkan saja di tiap bab nya nanti. Kalau dimasukkan jadinya pembaca gak penasaran. Kayak Alena kenapa bisa tersegel di gua. Lalu kayak si Alberd juga di awal. Intinya yang tadi pakai tanda < atau > lebih baik tidak dimasukkan dalam cerita.

Akan lebih baik langsung masuk saja ke bagian Alberd yang dikejar dan terluka hingga memasuki gua dan membangunkan Alena. Sehingga pembaca akan bertanya-tanya, kenapa Alberd dikejar, kenapa Alena tersegel di sana dan lain sebagainya.

Jadi nantinya di bab yang lain nya akan membuat keduanya berinteraksi dan menceritakan kisahnya satu sama lain. Saran nama, harusnya jangan terlalu mirip atau awalan atau akhiran yang mirip, seperti Alena dan Alberd sama-sama memiliki awalan Al, jadi terkesan kembar. Jika yang satu Alena, nama cowoknya mungkin bisa menggunakan awalan huruf lain.
John Smith-Kun: Untuk sifat asli Alena ada di bab 15 dan terima kasih atas sarannya
Author Risa Jey: 5.

Pengen lanjut baca tapi capek, gimana dong penulis 😭😭😭
total 5 replies
Dear_Dream
Jujur aja, cerita ini salah satu yang paling seru yang pernah gue baca!
Siti Masrifah: mampir di cerita ku kak
John Smith-Kun: Terima kasih🙏
total 2 replies
John Smith-Kun
Catatan Penulis:
Novel ini adalah karya pertama saya, sekaligus debut saya sebagai seorang penulis.
Mengangkat tema vampir dan bergenre romansa-fantasy yang dibalut berbagai konflik dalam dunia modern.
Novel ini memiliki dua karakter utama yang seimbang, Alena dan Alberd.

Novel kebanyakan dibagi menjadi dua jenis; novel pria dan novel wanita.
Novel yang bisa cocok dan diterima oleh keduanya secara bersamaan bisa dibilang sedikit.
Sehingga saya sebagai penulis memutuskan untuk menciptakan dua karakter utama yang setara dan berusaha menarik minat pembaca dari kedua gender dalam novel pertama saya.
Saya harap pembaca menyukai novel ini.
Selamat membaca dan terima kasih,
Salam hangat dari author.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!