Sebuah keluarga sederhana yang penuh tawa dan kebahagiaan… hingga suatu hari, semuanya berubah.
Sebuah gigitan dari anjing liar seharusnya bukan hal besar, tapi tanpa mereka sadari, gigitan itu adalah awal dari mimpi buruk yang tak terbayangkan.
Selama enam bulan, semuanya tampak biasa saja sampai sifat sang anak mulai berubah dan menjadi sangat agresif
Apa yang sebenarnya terjadi pada sang anak? Dan penyebab sebenarnya dari perubahan sang anak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryn Aru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Putri yang mendengar itu hanya bisa terdiam dan menundukkan kepala, malu, sedih, dan ketakutan terlihat di wajahnya. "Aduh, dokter kok gak punya tata krama." Gumam Mahen yang menahan tawanya.
"Put? Itu cuma omong kosong kan?" Tanya Beni yang menggoyangkan tubuh Putri, ia memaksa Putri untuk membuka suara dan mengatakan kebenarannya.
Putri yang masih menundukkan kepalanya pun mengangguk ragu. Beni yang melihat anggukkan kepala sang adik pun hanya bisa memegang kepalanya dan terduduk di hadapannya. "Selamat Putri, Beni, sebentar lagi punya anak." Ucap Mahen dengan tersenyum dan bertepuk tangan.
____
"Sialan. Ayo put kita pergi dari sini." Beni menarik tangan putri dan berlari keluar dari rumah tempat persembunyian mereka.
Mahen yang mengikuti mereka dari belakang, tanpa sengaja melihat benda yang tak asing terjatuh dari tas Putri. Mahen dengan segera meraih benda itu dan segera berlari.
Saat Putri bersembunyi di dalam puing-puing bangunan, Mahen yang diam melihat mereka berdua dan pergi berjalan-jalan untuk melihat keadaan di daerah tersebut.
Saat ia berjalan-jalan ia baru teringat dengan benda yang terjatuh dari tas Putri. "Menarik. Jadi siapa bapak nya?" Gumam Mahen dengan senyuman yang mencurigakan.
Sore hari, Mahen duduk di atas atap rumah untuk menyuntik kan vaksin dan merokok di atas sana. Saat ia menikmati rokok nya, tanpa sengaja ia melihat Beni dan Putri yang terlihat sedang berjalan kearah bangunan kosong, mereka terlihat seperti waspada pada sesuatu.
Mahen yang melihat itu pun menyeringai dan melompat dari atas atap rumah, ia berjalan mengikuti Beni dan Putri yang memasuki rumah tersebut. "Sayang banget, sekarang sinyal udah gak ada." Gumamnya. Tak lama terdengar suara Putri dan Beni yang tengah bermesraan, Mahen yang mendengar itu hanya diam berdiri menonton mereka berdua yang sedang melakukan hal tak senonoh.
____
"Gak mungkin, gimana bisa kayak gini hah?!!" Teriak Beni menggenggam kedua tangan sang adik dengan kuat. Putri yang merasakan genggaman tangan Beni yang kuat pun hanya bisa meringis kesakitan.
"Gugurin anak itu." Beni pun menarik Putri dengan paksa. Tapi Putri selalu menolak dan melawan Beni dengan sekuat tenaga nya, saat ia berhasil melepaskan tangannya, ia dengan segera berlari kebelakang Mahen yang hanya berdiri diam sedari tadi.
Mahen yang melihat itu pun menatap Putri yang berlari mendekat ke arahnya. "Beni, Beni. Gue curiga lo lulusan dokter karena di bantu ai." Ejek Mahen dengan seringai. "Lo tau gak, kalo anak lo ini bisa aja cacat? Pasti tau dong, kan dokter." Lanjut Mahen tetap dengan seringainya.
"B*j*ng an. Bawa sini adek gue." Ucap Beni dengan mengulurkan tangannya.
Mahen hanya diam dan melihat Putri yang meremas tangan Mahen karena ketakutan. "Gimana ya. Itu pilihan dia sih." Ucap Mahen dengan tenang.
Beni yang melihat Putri menggenggam tangan Mahen pun hanya bisa menatap Mahen dengan amarah yang ia tahan. "Putri, kesini dek. Kamu tadi udah dengerkan kakak bilang apa soal Mahen?" Ucap Beni dengan lembut tetapi juga terdengar suara bergetar di baliknya.
"Nggak, aku gak mau. Kakak pasti mau gugurin anak aku!" Teriak Putri kepada Beni. Beni yang mendengar teriakan Putri perlahan mendekat kearahnya.
"Dek kamu tau kan apa yang bakal terjadi sama anak di kandungan kamu?" Tanya Beni dengan senyuman ketakutan.
"Aku gak peduli, yang penting dia anak aku." Ucap Putri dengan mengelus perutnya. Saat mereka sedang bertengkar, dari kejauhan terlihat seorang pria yang berjalan kearah mereka dengan tertatih-tatih.
"Tolong..." Ucap pria tersebut dengan suara bergetar dan memegang perutnya, mereka yang mendengar seseorang meminta tolong pun menoleh kearah suara dan dengan segera Putri bersama dengan Beni berjalan mendekat kearah orang tersebut.
Mahen yang melihat itu berjalan kearah lain dan duduk di tempat tinggi, seakan ia mengetahui sesuatu.
Bersambung....