harap bijak dalam membaca. ini hanya cerita fiksi
angga dan Laura. 2 pasangan yang masih duduk di bangku sekolah atas yang terpaksa harus memiliki ikatan yang kuat karena perjodohan dari keluarga mereka.
mereka tidak punya pilihan selain menerima perjodohan ini.
angga si cowok alim yang tidak pernah meninggalkan sholatnya dan tidak pernah berpacaran atau mabuk mabukan. harus terpaksa menikahi seorang gadis yang sangat berbeda dengan dirinya.
bagaimana nasib Angga dan Laura kedepannya? ayo baca cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 21
" Lo suka nanas?" tanya Lauris pada Aurel.
" suka " jawab Aurel dingin.
Lauris sangat menyukai nanas, berbeda dengan Laura yang tidak menyukai buah tersebut. Biasanya, Lauris akan memakan buah nanas milik laura, namun ternyata Laura membeli khusus tanpa ada buah nanas.
dan yang ada di dalam cup miliknya tidak banyak nanas, hanya ada 5 potong kecil kecil saja. Lauris cemberut, jika cemberut gitu dia sangat mirip dengan Laura.
" Lo tahu gw suka nanas, kenapa malah nanasnya Lo beli sedikit?" ujar Lauris kesal pada kembarannya.
" nggak tahu terimakasih banget Lo, udah di beliin juga " ujar Laura.
dia memang tahu kembarannya ini menyukai nanas, tapi tadi dia lupa memberi tahu Angga untuk membeli yang banyak nanasnya untuk Lauris. namanya juga manusia, tidak luput dari sifat lupa.
" sorry, gw yang beliin tadi" ujar Angga.
" ngapain minta maaf? Orang kita beli pakek duit sendiri " ujar Laura" udah syukur di beliin, malah protes "
Kalo Laura sudah mode ngomel gini, lebih baik Lauris diam. sebelum salah satu bagian tubuhnya mendapatkan pukulan.
" enak banget ni Ra, ko beli dimana?" tanya Aurel.
" di jalan tadi dekat restoran "
Aurel meletakkan cup miliknya yang hanya tersisa buah jambu, sepertinya Aurel tidak menyukai jambu.
" Lo nggak suka jambu?" tanya Lauris saat melihat cup milik Aurel yang tersisa jambu.
" nggak" jawabnya singkat padat dan jelas. Terlihat sekali dia masih marah.
Bagaimana dia tidak marah? Tiba tiba Lauris datang ke cafe tempat dia berkerja lalu tanpa basa basi menyeretnya pulang membuat kegaduhan. Bahkan Lauris mengatakan pada manajer cafe jika Lauris berhenti bekerja. Kan nyebelin banget.
" buat gw aja kalo gitu" ujar Lauris lalu lansung mengambil cup milik Aurel dan memakan buah jambu tersebut. Sedangkan miliknya sudah habis.
" dasar rakus" maki Laura.
" biarin" jawab Lauris.
Laura dan Angga sudah menghabiskan rujak buah milik mereka. Laura baru tahu ternyata angga sangat menyukai rujak buah sama sepertinya dan Lauris.
•\=\=\=\=\=•
Angga dan Laura sudah pulang, kini rumah Lauris dan Aurel kembali sepi. Aurel sibuk di kamar, entah apa yang di lakukan gadis itu hingga betah sekali berdiam diri di kamar. Sedangkan Lauris sedang duduk di teras memikirkan perkataan Aurel tadi pagi.
Apa dia harus putus dengan Caca demi Aurel? tapi untuk apa? Karena kurang dari 2 bulan lagi mereka akan bercerai.
Ngomong ngomong soal Cerai, entah kenapa Lauris merasa tidak rela jika nanti mereka akan bercerai.
lauris menghela nafas berat, dia menatap fotonya dengan caca. Di sana terlihat Caca yang sedang mencium pipi Lauris, sedangkan Lauris tersenyum pada kamera.
Jika di tanya, apa Lauris mencintai Caca? Jawabannya tidak. Dia menerima Caca hanya karena kasihan karena Caca sudah mengejarnya selama satu tahun lebih.
Selama pacaran pun tidak ada hal yang berarti. tidak ada hal romantis yang Lauris lakukan. Hanya Caca yang effort, sedangkan Lauris hanya menerima.
cium? lauris tidak pernah mencium pipi atau bagian lain dari Caca jika gadis itu tidak meminta. Ciuman? Jika Caca memulai duluan maka Lauris akan membalasnya tanpa ada dorongan nafsu atau menikmati, hanya ada keterpaksaan.
" huh! Gw harus gimana?" gumamnya.
" kalo gw putusin dia, pakek alasan apa? Masa gw jujur"
" bosan? pasti nyakitin dia "
selama mereka pacaran tidak ada hal buruk yang Caca lakukan. Caca gadis yang baik yaa, meskipun suka ngambekan . Tapi sepertinya memang 99% wanita seperti itu semua, jadi wajar saja.
•\=\=\=\=\=•
" tidur Laura, jangan main hp terus" ujar Angga pada Laura yang sedari tadi selesai solat isya terus bermain hp. Padahal malam sudah lumayan larut, sudah 11, sebentar lagi 12. Dan Laura belum juga ingin tidur.
"Lo tidur aja, nggak bakal ganggu juga kan? Orang gw pakai Handset" ujar Laura.
Dia sama sekali belum ngantuk, entah lah. Biasanya dia paling tidak bisa bergadang, malam ini malah tidak bisa tidur.
" besok sekolah, ko bisa telat bangun" ujar Angga lembut.
" subuh juga udah Lo bangunin "
Benar, palingan besok subuh juga lansung Angga bangunkan untuk solat. Terus tidak di bolehin tidur lagi dengan alasan ' nggak boleh tidur subuh Ra, rezekinya melarat. Udara subuh juga bagus buat kesehatan'
Menyebalkan? yaa tentu saja. Itu menurut Laura yang memiliki sifat pemalas.
" itu tau, jadi harus tidur sekarang biar subuh nanti nggak ngantuk"
" malas Angga, belum ngantuk " ujar Laura jengah.
Angga tidak menyerah, jika tidak bisa di suruh dengan mulut, maka bisa dengan tindakan. Yaa, Angga menggeserkan tidur menjadi lebih dekat dengan Laura, dia juga menyingkir guling yang ada di tengah mereka agar Angga bisa lebih dekat dengan Laura.
Set
Angga menarik paksa hp Laura dari tangan pemiliknya. dia juga melepaskan handset dari telinga Laura lalu dia letakan di atas nakas dekat Laura.
" apaan sih ngga! Orang masih mau nonton" ujar Laura kesal.
Tentu saja Laura tidak akan menurut mengitu saja, bahkan dia ingin mengambil kembali ponselnya. namun tanganya di tahan oleh Angga, lalu tangan Angga melingkar di pinggangnya menari dirinya lebih dekat dengan Angga hingga tubuh keduanya berdempetan.
Yaa, Angga memeluknya. Sungguh! Angga benar benar memeluknya secara sadar. Sumpah! Jantung Laura tidak aman, dia deg degan.
Baru kali ini dia deg degan di peluk sama orang, biasanya jika di peluk sama Luhan, Lauris dan juga ayahnya rasanya biasa saja. Tidak membuat dirinya deg degan dan ingin gugup seperti ini.
" tidur Laura" ujar Angga dengan suara rendah.
Bagaimana Laura bisa tidur jika seperti ini? Jantungnya maraton, wajahnya berada di dada Angga, hidungnya otomatis dapat mencium aroma parfum khas Angga yang membuatnya nyaman.
" hmm" dehem Laura sebagai jawaban. dia tidak bisa berkata kata, apa lagi dia juga dapat merasakan detak jantung Angga.
Sebenarnya Angga juga sana halnya dengan Laura. di juga deg degan dan juga gugup. tapi mati matian dia berusaha untuk tetap tenang agar tidak malu dengan Laura.
Yaa, malam itu, malam yang cerah dengan langit di penuhi bintang bintang. Laura dan Angga terlelap dalam tidurnya sambil berpelukan. mereka tidur nyenyak, saking nyenyaknya Angga sampai tidak sadar dengan suara azan yang berkumandang di Masjid. mereka terbangun tepat jam 7 pagi. benar benar jam 7.
" tunggu iihh! Paksi lipbalm dulu" ujar Laura buru memakai lipnya.
" cepat Laura, 5 menit lagi bel bakal bunyi" ujar Angga.
Laura berdecak sebal. Lalu dia keluar bersama Angga, berangkat menggunakan motor cowok itu.
Seandainya Laura berangkat sendiri, Laura tidak akan terburu buru seperti ini. Jika telat dia tinggal menelpon Luhan lalu meminta bantuan temanya itu untuk membantunya memanjat pagar sekolah. Tapi masalahnya dia sedang bersama mantan ketua OSIS, siswa teladan.
" pelan pelan ngga, gw belum siap mati" teriak Laura di belakang.
Laura memeluk Angga erat, dia sangat takut sekarang karena Angga benar benar ngebut karna mengejar waktu.
" kita nggak punya waktu Ra" teriak Angga lagi.
" kita belum punya anak ngga, jadi nggak boleh mati dulu "
Set
begitu ucapan itu lolos dari mulut Laura, Angga Lansung memelankan laju motornya. benar kata Laura, mereka belum punya anak, jadi nggak boleh mati dulu. Masa mereka nggak punya penerus.
" oke, biar kita cepat punya anak jadi mulai nanti malam kita mulai proses pembuatannya" ujar Angga.
set
Laura mencubit perut Angga cukup kuat sehingga membuat Angga meringis. tapi wajah Angga tidak terlihat kesakitan, dia malah tersenyum.
" kalo ngomong suka nggak di jaga" ujar Laura sok kesal. Aslinya dia salting, bahkan kali ini dia tidak berhasil menahan senyumnya.
Ah! Membayangkan mereka melakukan hal tersebut dan nanti Laura akan hamil anaknya Angga membuat wajah Laura memanas. Untungnya saja dia menurunkan kaca helm jadi Angga tidak dapat melihat wajahnya.
Mereka tiba di sekolah saat terbang sudah di tutup. ada beberapa siswa siswi yang juga tertahan di luar. salah satunya ada Luhan. Yaa, cowok itu terlambat.
" telat Mulu Lo" ujar Laura menghampiri Luhan yang sedang berdiri bersandar pada tembok gerbang sekolah.
" gw sih wajah telat Ra" ujar Luhan " tapi laki Lo nggak wajar" bisik Luhan.
Mereka berdua menatap pada angga yang sedang berbicara dengan satpam. entah apa yang di bicarakan oleh suaminya itu.
" bolos yok" ajak Luhan lirih.
Laura hampir saja mengiyakan. tapi bersamaan dengan itu Angga menghampirinya dan tanpa aba aba mengandeng tangannya membawa dirinya masuk.
Laura tidak sempat memikirkan kenapa dia bisa masuk sedang yang lain tidak. Padahal kan mereka sama sama terlambat.
Laura sedang sibuk menenangkan jantungnya yang memberontak ingin keluar dari sarangnya. entah lah! akhir akhir ini jantungnya selalu begini jika bersentuhan dengan angga, atau saat dirinya di goda oleh Angga.
" ekhemm" dehem Laura menenangkan dirinya.
" motornya nggak Lo bawa masuk?" tanya Laura.
" nggak, nanti suaranya bikin yang lagi belajar terganggu "
Waw! sangat sopan. Hal begitu saja masih Angga pikirkan. Laura saja tidak kepikiran ke arah sana. good attitude emang suaminya ini. Bangga sekali dia dia woii.
Tunggu, bangga? sejak kapan Laura bangga pada angga? Dia tidak salah ngomong? dia benar benar bangga pada angga? ko bisa? tapi itulah faktanya.