Pernikahan yang bermula dari sebuah perjodohan , Membuat Amira berpikir akan menjadi sebuah pernikahan yang langgeng...Karena dari pihak Amira maupun pihak Reza sama sama sepakat dan menyetujui akan perjodohan ini..
Namun siapa sangka pernikahan yang sudah berjalan tiga tahun akhirnya di terpa badai , dengan hadirnya orang ketiga...yang menjadikan pernikahan Amira menjadi neraka untuk dirinya sendiri.
Bagaimanakah Amira bisa menghadapi sebuah pernikahan yang bagaikan neraka dalam hidupnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wildat Dzi Wildat Dzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
N P
Silvi akhirnya berhasil mengelabuhi pak lek Tomo. Sekarang, dirinya sedang naik ojol untuk menuju mall yang menjadi tempat pertemuan Silvi dan dua temannya.
"Maafkan aku mas...maaf...! Kali ini saja Silvi tidak nurut sama Mas Aga" batin Silvi sedari tadi bergemuruh.
Sebenarnya hati Silvi tidak tenang. Dirinya merasa bersalah kepada pak lek Tomo karena sudah mengelabuhi pria paruh baya itu.
Sampai di mall tersebut. Amira sudah di sambut oleh kedua sahabatnya yang memang menunggu di parkiran motor.
Setelah membayar ongkos ojol nya. Silvi bersama kedua sahabatnya melanjutkan rencana mereka untuk nonton dan makan bersama dengan di traktir oleh Fita.
.
.
Ruang meeting
Rega sama sekali tidak fokus dengan pembahasan meeting kali ini.
Rega menggelengkan kepalanya sambil terpejam, kenapa pula dirinya jadi memikirkan gadis yang menabraknya tadi.
tetapi, wajah itu....sungguh manis!.
Tanpa sadar, Rega tersenyum tipis.
"Anda baik baik saja pak?" Rega terkesiap dengan pertanyaan sekertaris nya itu.
Dirinya berdehem untuk menetralkan situasi supaya kembali seperti semula. Karena, para anggota meeting hampir semuanya menatap ke arahnya.
Sial! Aku jadi tidak fokus gara gara wajah gadis itu, menyebalkan!
.
.
***
"Bagaimana bisa pak lek?" kening Arga mengerut sedemikian rupa.
Sungguh, ini baru pertama kalinya adik bungsunya seperti ini, biasanya juga si nakal itu tidak sampai kabur begini.
"Maaf mas Arga, pak lek juga tidak tahu kenapa sampai tidak ada mbak Silvi, padahal semua teman kelasnya mengatakan kalau mbak Silvi sudah pulang dari tadi!" frustasi sudah pak lek Tomo di buatnya.
"ya sudah, pak lek tunggu saya di sana. Sebentar lagi saya akan ke kota!" pak lek Tomo mengangguk walaupun dirinya tahu, gerakannya tidak dapat di lihat oleh Arga.
"Ya sudah mas Arga, saya tunggu di kampus saja"
"Hmm"
TUT...
Arga menutup telponnya.
"Kenapa mas?" tak jadi lah dirinya ingin merajuk lagi, sepertinya pembahasan suaminya barusan lebih menarik.
"Silvi tidak ada di kampus sayang, teman temannya mengatakan kalau Silvi sudah keluar kelas beberapa jam yang lalu, tepat saat kelas selesai!" Amira melongo
"Apa jangan jangan Silvi di culik mas!" Arga menghela nafas kasar.
"Bukan di culik sayang...lebih tepatnya lagi memang melarikan diri dari pak lek Tomo, entah apa yang akan di lakukan anak nakal itu!" Arga menyugar rambutnya kesal.
Dirinya menoleh pada istrinya yang saat ini sedang asyik dengan kripik singkong yang di peluknya. Apakah makanan saat ini menjadi prioritas utamanya?.
"sayang...mas akan ke kota, jadi kamu di rumah baik baik ya!" Amira mendelik dengan mulut yang penuh.
"Tidak bisa mas, aku ikut juga. Nanti kamu malah lirik lirik perempuan cantik di kota!" dengan mulut penuhnya Amira berbicara.
Astaghfirullah...berikan kesabaran pada hambamu ini. huuh...istrinya sekarang sering kali marah marah. bahkan sudah tidak segan lagi melotot di hadapannya. belum lagi kalau sudah mode merajuk. Sudah melebihi anak kecil saja istrinya akhir akhir ini.
"Ya sudah sayang...ayo kita berangkat sekarang!"
Amira tersenyum senang dan langsung berjalan cepat keluar dari kamar menuju Dapur, membuka kulkas dan memasukkan beberapa makanan ke dalam kantong kresek.
Arga yang sudah siap dengan dompet dan kunci mobil di tangannya mengernyit melihat istrinya menutup kulkas dengan menenteng satu kantong kresek penuh.
"Sayang tidak ganti baju?" Amira menggeleng sambil tersenyum tipis.
"Ayo mas kita berangkat!" kresek yang ada di tangannya di serahkan nya kepada sang suami.
"Aku belum berpamitan dengan ibu!" ucap Amira
Arga mencegah, dirinya mengatakan jika ibunya sedang istirahat. jadi, biar nanti mbak Susi saja yang mengatakan kalau Arga hari ini ke kota untuk jalan jalan bersama istrinya.
Tidak mungkin dirinya mengatakan yang sebenarnya, takut sang ibu jadi kepikiran dan berdampak terhadap kesehatan tubuhnya.
.
.
Sepanjang perjalanan, tidak henti hentinya istrinya itu mengunyah. entah sudah berapa banyak makanan yang masuk kedalam mulut istrinya itu.
Setelah kenyang, istrinya langsung tidur di dalam mobil, Arga jadi heran. Akhir-akhir ini istrinya itu sangat pemalas, tidak seperti dulu lagi.
Istrinya yang sekarang lebih suka makan, makan dan makan.
.
.
***
Setelah puas menonton dan perut mereka juga sudah kenyang. Mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing masing.
Silvi menolak ketika Novi menawarkan untuk mengantarkan ke rumahnya. Dirinya bisa naik ojol kok.
Setelah semua temannya pergi dengan motor mereka masing masing. Kini, tinggal Silvi sendiri di parkiran.
Sambil memesan ojol, dirinya melihat begitu banyak panggilan dan chat dari pak lek Tomo dan Kakak laki lakinya.
Silvi menggigit bibir bawahnya. Bagaimana nanti dirinya menjelaskan kepada kakaknya itu.
Silvi memutuskan untuk menunggu ojol pesanannya di pinggir jalan.
Tanpa dirinya ketahui sedari dirinya berjalan menuju pinggir jalan raya itu, ada seseorang yang sudah memperhatikannya.
siapa dia? Batin Fani sekretaris Rega.
Kenapa sampai bosnya ini meminta berhenti, kalau hanya untuk memperhatikan gadis ingusan itu.
Fani ingin bertanya, namun enggan takut atasannya itu marah.
"Menunggu siapa dia!"
hah...mana saya tahu pak, lagian juga bapak ini. Bocah ingusan seperti itu kok ya di lihatin terus.
"Sandi!!!"
"Ya Pak!" Sandi yang berada di belakang kemudi terkesiap.
"Jangan bilang kalau kau juga memperhatikan gadis di pinggir jalan itu!" tuding Rega kepada asistennya.
"Tidak pak, saya hanya melamun tadi!" bohong Sandi, sebenarnya dirinya juga memperhatikan gadis yang berada di pinggir jalan itu.
Silvi yang menunggu ojol sambil sesekali berbalas pesan dengan temannya, terkejut dengan sebuah mobil yang berhenti tepat di depannya.
DEG...
Mas Aga...
Arga membuka jendela mobilnya tatapannya begitu dingin. Silvi menelan saliva nya dengan susah payah.
"Masuk!" begitu dingin nada bicara kakak laki lakinya ini, berbeda sekali dengan mbak Amira yang begitu sumringah wajahnya. Mulutnya pun begitu penuh. Kakak iparnya itu memeluk toples kecil berisi kue nastar.
Silvi segera masuk di jok belakang. Dirinya duduk diam enggan bersuara, lebih tepatnya lagi takut kalau sampai suaranya bisa membangunkan sisi lain kakak laki lakinya itu.
"Kita ikuti mereka!"
"Siapa pak?" bingung Sandi.
"Gadis itu tadi, siapa lagi memang!" begitu sinis nada bicara Rega.
Sandi hanya mengangguk dan melajukan mobilnya mengikuti mobil yang membawa gadis incaran bosnya itu.
Siapa sih gadis ingusan itu! Kenapa pula pak Rega begitu penasaran dengannya. Batin Fani.
Dirinya hanya diam, duduk anteng di samping Sandi.
Di sepanjang perjalanan. Rega hanya duduk sambil memangku tangan. Kenapa mereka malah ke jalan pinggiran kota seperti ini. Batinnya heran.
Saat mobil Arga memasuki gapura yang bertuliskan Desa Bunggaran. Rega sempat mengernyit, apa gadis yang di tabrak nya tadi itu gadis desa!.
Sampai pada mobil Arga memasuki gerbang rumahnya. Rega masih tetap memperhatikan, rumah yang besar, sepertinya juga yang paling mewah di desa ini.
Apakah ini rumah gadis itu?
"Kita pulang!" Sandi mengangguk dan memutar balik mobilnya.
Mereka melanjutkan perjalanan menuju kota kembali. Rega mengatakan untuk di antarkan ke apartemennya saja.
Apa apaan coba pak Rega ini, mengikuti gadis ingusan tidak jelas itu sampai ke plosok plosok seperti ini! Fani tidak ada henti hentinya menggerutu di dalam hati.
Bukannya Arga tidak tahu kalau sedari tadi ada mobil yang mengikutinya.
Hanya saja dirinya memang membiarkan, Arga ingin tahu apa maksud mobil tersebut mengikutinya mulai dari kota sana sampai dirinya memasuki gerbang rumahnya.
.
.
Setelah selesai menidurkan istrinya, Arga berjalan menuju kamar Silvi. Mengetuk beberapa kali sampai
CEKLEK...
DEG...
mas Aga...adduuuh...habis aku!!!.
Jangan lupa untuk menambahkan like dan komennya sayang...!!!