Pernikahan seharusnya menjadi momen yang paling membahagiakan dan ditunggu oleh pasangan yang saling mencintai. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Noami dan Gilang.
Pasalnya, pernikahan mereka terjadi secara mendadak dan tak mengenakkan akibat kesalahpahaman warga yang mendapati mereka berada di dalam rumah kontrakan Naomi dalam kondisi yang cukup intim.
Warga yang mengira kalau Naomi dan Gilang sudah melakukan tindakan tercela yang mencoreng nama baik desa mereka, memaksa mereka menikah saat itu juga. Tidak punya pilihan, Gilang dan Naomi terpaksa menuruti keinginan warga demi menyelamatkan naman baik mereka sebagai pendatang di sana.
“Meski kita sudah menikah, tapi kamu tidak boleh menuntut hak apapun kepadaku!” Kata Gilang setelah tak lama mereka menjadi pasangan suami istri.
Begitu banyak kesepakatan menyakitkan yang dibuat oleh Gilang ditambah sikap Gilang yang sering mengacuhkannya setelah mereka menikah, membuat Naomi merasa pernikahan yang dijalaninya hanya membuatnya terluka.
Apakah Naomi mampu bertahan dengan pernikahan yang hanya membuat luka untuk dirinya meski sebenarnya tanpa diketahui oleh Gilang jika Naomi sudah mencintai Gilang sejak lama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PML 19 - Kepulangan Melvina
Gilang menggertakkan giginya merasa kesal mendengar perkataan Naomi. Wajahnya pun nampak memerah menahan amarah yang sudah naik ke ubun-ubun.
“Kenapa diam? Kamu baru menyadari kalau sikapku seperti ini adalah hasil bentukan dari sikapmu sendiri kepadaku?” Tuding Naomi. Kedua kelopak matanya menyipit menatap wajah Gilang. Sungguh, Naomi sama sekali tidak takut saat berhadapan dengan Gilang meski tatapan mata Gilang saat ini seolah ingin mengulitinya hidup-hidup.
Tak kunjung mendapatkan jawaban dari Gilang, membuat Naomi kesal kemudian memilih berlalu dari hadapan Gilang.
Brak
Pintu kamar terdengar tertutup dengan keras oleh Naomi. Membuat Gilang terperanjat dan menatap tajam pintu yang sudah tertutup rapat saat ini. “Dia benar-benar sudah berubah. Aku seperti tidak mengenalinya lagi!” Gumam Gilang.
Dulunya, Gilang mengenal sosok Naomi sebagai wanita yang lembut dan selalu bersikap manis jika di depannya. Tidak seperti saat ini. Sikap Naomi terkesan pembangkang dan keras kepala.
Di dalam mobil yang baru saja Naomi masuki, Naomi menghembuskan napas kesar di udara setelah tadi merasa dadanya sangat sesak berhadapan dengan Gilang. “Kenapa dia selalu saja suka bersikap seenaknya kepadaku. Apakah dia tidak peduli kalau aku ini juga punya hati dan perasaan. Tidak bisa dia perlakukan dengan sesuka hatinya?” Lirih Naomi dengan diiringi air mata yang mengalir membasahi kedua pipi.
Tak lama setelah kepergian Naomi, Gilang nampak turun ke lantai bawah sambil menjinjing tas kerja di tangannya. Melihat sarapan yang sudah dipersipakan Naomi untuknya di atas meja makam, membuat Gilang menghela napas dan membuangnya secara perlahan di udara.
“Dia selalu saja menjalankan tugasnya dengan baik sebagai seorang istri kepadaku meski aku sudah memperlakukannya dengan buruk.” Lirih Gilang. Entah mengapa, kini Gilang mulai merasa bersalah kepada Naomi karena acap kali memperlakukan Naomi dengan buruk. Bahkan sampai saat ini, Gilang tidak pernah menunjukkan sikap perhatiannya sebagai seorang suami pada Naomi.
Untuk saat ini, Gilang memilih untuk menikmati sarapan yang Naomi buatkan untuk dirinya. Meski sebenarnya tidak berselera untuk memakannya, tapi Gilang tetap menyantapnya hingga habis tak tersisa.
**
Gilang terlihat baru saja tiba di perusahaannya. Melihat meja sekretarisnya yang nampak kosong tak berpenghuni, membuat Gilang menghela napas.
“Aron, apa belum ada pengganti Tyas untuk menjadi sekretarisku?” Tanya Gilang saat Aron masuk ke dalam ruangan kerjanya.
“Belum, Tuan. Saya masih mencarinya.” Balas Aron.
“Baiklah. Kalau begitu jangan terlalu lama mencari karena kamu yang bakalan pusing sendiri mengurus semua pekerjaan saya!”
“Baik, Tuan.” Balas Aron. Sebenarnya dia tidak merasa keberatan merangkap jabatan. Namun, Aron menyadari kalau Gilang juga membutuhkan sekretaris yang bisa membantu pekerjaannya tanpa melibatkan dirinya.
Tak lama berselang, Aron sudah pergi meninggalkan ruangan kerja Gilang. Bersamaan dengan itu, suara ponsel Gilang terdengar berdering dan memperlihatan nama Mama Ruby di sana.
“Halo, Ma. Ada apa?” Tanya Gilang setelah mengangkat panggilan telefon dan menempelkan ponsel di daun telinga.
“Gilang, nanti malam bawa Naomi ke rumah kita, ya. Mama mau memperkenalkan Naomi sama adik kamu karena dia baru saja balik dari luar negeri!” Kata Mama Ruby.
Kedua bola mata Gilang membulat. “Melvin udah pulang, Ma?” Tanya Gilang memastikan.
Mama Ruby mengiyakannya dengan heboh di seberang sana. “Mama juga gak nyangka kalau Melvin pulang lebih cepat. Katanya dia sengaja pulang tanpa memberitahu kita karena ingin memberikan kejutan pada kita!” Balas Mama Ruby.
Gilang terperangah. Tadinya ia berniat menjemput adik angkatnya itu lusa ke bandara jika dia sudah tiba di ibu kota. Tapi ternyata, Melvin pulang lebih awal dari yang ia kira.
“Oh ya, Gilang. Nanti kamu coba bantu beri pengertian pada Melvin ya kenapa kamu menikah tanpa memberitahu dia. Soalnya dia kaget banget setelah mendengar cerita Mama kalau kamu udah menikah!” Pinta Mama Ruby.
Gilang mengiyakannya. Senyuman di wajah Gilang pun terkembang saat membayangkan wajah adik angkatnya yang sudah pulang saat ini.
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Naomi dan Gilang, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya. Terima kasih🌺
Gilang marah tidak ya Naomi pulang ke rumah mamanya untuk menemui kak Nadira tidak mengajaknya