NovelToon NovelToon
Mengapa, Harus Aku?

Mengapa, Harus Aku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:215
Nilai: 5
Nama Author: Erni Handayani

Alisha Alfatunnisa, putri dari pemilik pondok pesantren yang populer di kotanya. Belum menikah meski menginjak umur 29 tahun. Hati yang belum bisa move on karena Azam sang pujaan hati, salah melamar kembaran nya yaitu Aisha.

Peperangan batin dilalui Alisha. Satu tahun dia mengasingkan diri di tempat kakeknya. Satu tahun belum juga bisa menyembuhkan luka hati Alisha. Hingga datang sosok Adam, senior di kampusnya sekaligus menjadi rekan duet dalam menulis.

Apakah kehadiran Adam bisa menyembuhkan luka hati Alisha? Atau masih ada luka yang akan diterima Alisha? Cerita yang menguras air mata untuk kebahagiaan sang kembaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erni Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Aku hanya menunduk dalam, tak kukira semua ini. Kak Adam dia menyimpan banyak rahasia.

"Apa cinta seperti itu? Apa harus selalu berkorban? Di hiasi air mata juga tangisan? Dan selalu mengatasnamakan yang terjadi sudah takdir Yang Maha Kuasa."

Bibirku terkatup rapat, Kak Adam mencercaku dengan pertanyaan yang sulit.

"Lalu mau kakak, apa?"

Aku memejamkan mata melebur segala debar di dada, waktu seolah berhenti bergerak. Angin yang memainkan jilbabku seakan enggan mendekat lagi.

Aku masih menunggu apa yang akan dikatakan Kak Adam. Mata sipitnya masih intens menatap tajam aku.

" Mauku.. Mengembalikan senyummu, Alisha!"

Aku mendesah lirih, mengapa repot-repot mengembalikan senyumku, kak? Aku tak yakin bisa senyum dari hati lagi. Batinku berperang.

"Aku udah tersenyum, Kak! Nggak perlu buang waktumu untuk hal yang tak penting!" balasku sambil memberikan senyuman selebar mungkin.

Perlu dicatat aku hanya kehilangan Azam bukan Allah tempatku meminta segalanya. Kak Adam melengos tatapannya beralih ke gedung yang berserakan, bukan aku tak tahu diri. Tetapi, percuma untuk berharap lebih hal yang tak pasti. Biarlah Allah yang mengatur segalanya.

"Berarti aku orang yang bodoh, Alisha. Membuang waktu lima tahun untuk hal yang tak penting. Sejauh apapun usahaku tetap sia-sia," ucap Kak Adam yang terdengar seperti nada putus asa.

"Maksud Kak Adam apa?"tanyaku tak paham dengan ucapannya.

"Aku sekali jatuh cinta, tapi pada orang yang salah. Bahkan saat kini dia sendiri tetap aku nggak bisa meyakinkan dia," ucap Kak Adam lirih.

Bisa aku dengar deru napasnya memburu, dari tatapan yang di lempar ke depan bisa di lihat seperti orang yang tengah putus asa.

"Kita sama-sama mengambil keputusan yang menurut kita tepat. Namun, pada kenyataannya itu yang membuat kita terluka dalam kebisuan."

Ucapan Kak Adam menampar keras diriku. Keputusanku untuk diam tidak meluruskan kesalahpahaman, juga sembilu yang menusuk tepat di ulu hati. Namun, semua telah terjadi penyesalan tidak akan memutar lagi waktu dan merubah segalanya.

"Aku tidak bisa menghakimi kamu, Alisha! Karena itu keputusanmu. Juga apa yang menjadi keputusanku, saat itu juga murni dari hatiku sendiri. Aku tak ingin cinta menghancurkan persahabatanku dengan Azam."

Deg, ribuan panah menghujam ulu hatiku, apa dia beneran mencintaiku? Kenapa bisa? Kak Adam jatuh cinta pada kekasih sahabatnya sendiri?

"Lima tahun aku berusaha menghapus jejakmu di hati juga pikiranku, Alisha. Menikah dengan Sellyn tidak bisa membuat aku lupa kamu. Apa yang harus aku perbuat? Saat istriku meninggal juga gadis yang aku cinta terluka?" ucap Kak Adam menatap tajam aku.

Darahku berdesir hebat, jantung ini tak bisa aku kendalikan berdetak tak beraturan.

"Aku mencintai kamu, Alisha Alfatunisa. Kekasih Azam Al Ghani. Sahabatku sendiri."

Air mata meleleh membasahi pipiku. Di saat aku mengira orang paling menderita karena putus cinta. Ternyata ada yang lebih terluka dari aku. Aku tak bisa menjawab apa-apa, lidahku mendadak tak bisa bergerak. Allah, aku tak tahu akan semua ini.

"Aku nyaris bunuh diri karena depresi, tinggal istri selamanya juga kamu yang terluka. Dua tahun aku mengumpulkan keberanian muncul di depanmu."

Ungkapan keluh kesah Kak Adam membuat aku tak berdaya. Tak sepantasnya dia menunggu aku sejauh ini. Apa kabar dengan hatiku yang masih mencintai Azam sampai detik ini.

"Maafkan aku nggak tahu, kak! A-aku,"

"Aku tahu kamu belum bisa melupakan Azam. Dia pantas untuk kamu cintai Alisha. Ini yang membuat aku emosi. Kalian saling mencintai tapi tidak berani mengambil resiko!"ujar Kak Adam.

Aku memang tidak berani mengambil tindakan yang lebih. Biarlah skenario Allah yang menentukan.

"Aku bisa kuat tapi tidak tengan Aisha. Sesakit apapun aku masih bisa bernapas sampai detik ini. Meski dengan cara tersenggal-senggal. Aku masih bisa bertahan!"ucapku dengan suara gemetar.

Kak Adam menghela nafas panjang. Aku seorang kakak yang tak akan egois terhadap adiknya. Cinta dan rindu masih tertuju pada Azam, tapi untuk merebut dia tak pernah ada dalam kamusku. Jika pun berjodoh biarlah Allah yang mengatur.

"Beri aku kesempatan untuk membuktikan rasaku padamu, Alisha. Aku tak meminta kamu mencintai aku. Hanya inginku kamu ceria kembali,"pinta Kak Adam.

Aku terdiam tak tahu harus menjawab apa. Bukan status dudanya yang membuat aku ragu untuk menerima, tapi tak adil bagi dia yang tulus. Sedang cinta tak pernah bisa aku beri.

"Aku butuh waktu, Kak. Bukan karena status kakak yang kini duda. Namun, aku takut zolim karena terus-terusan memikirkan laki-laki lain, kak! Sudah cukup dosaku yang banyak karena mencintai suami adik sendiri."

Kata-kata itu terlepas begitu saja, sesak di dada kian terasa. Tidak bisa lagi aku tutupi kesedihan ini dari orang lain. Kak Adam menjadi orang yang pertama tahu.

"Mencintai itu tidak berdosa, Alisha! Yang berdosa jika kita merusak hubungan orang. Itu baru Allah murka,"terang Kak Adam.

"Aku masih takut, Kak! Hatiku belum bisa utuh kembali. Itu yang membuat aku belum menikah hingga detik ini. Aku sudah ikhlas Azam jadi iparku, tapi waktu yang belum membawaku pada jodohku,"jelasku.

Aku ikhlas-seikhlasnya. Walau masih sesak jika melihat kemesraan Azam dan juga Aisha. Masih terlalu rapuh aku mengejar jodohku.

"Aku siap menunggumu, Alisha! Kali ini aku tak akan mundur lagi! Cukup dulu aku mengalah dari Azam. Aku mengira kalian akan berjodoh, ternyata takdir mempermainkan cinta dan hati kalian."

Kenapa kamu kekeh, kak? Aku belum tahu kapan siapnya.

"Jadilah pelengkap imanku, Alisha! Ibu untuk Sila. Ana uhibbuki fillah. Kapan kamu siap aku akan datang menemui Ayah."

Allah, apa aku akan engkau laknat jika mengabaikan Kak Adam. Mantapkan hatiku yang hilang arah.

Matahari telah beranjak pergi hari mulai agak gelap, senja telah menyapa. Tak terasa seharian aku pergi bersama Kak Adam. Setelah perdebatan di atas balkon tadi, Kak Adam mengajakku ke makam istrinya.

Perasaanku tak karuan campur aduk, ditambah Sila yang lengket padaku. Perkataan Kak Adam masih terngiang di telinga.

"Tiada yang indah, setelah cahaya rembulan direnggut paksa awan hitam. Hati yang telah lapang kembali memberontak, melepas cinta ini hanya sia-sia. Kau pun tak bahagia."

Aku mendesah sedikit keras membuat Kak Adam menoleh padaku.

"Jangan terlalu lama kamu pikirkan, Alisha! Jalani saja yang ada. Aku tidak memaksa kamu, tapi pikirkan matang-matang lagi. Aku tunggu berapapun waktu yang kamu butuhkan."

Kata-kata Kak Adam semakin membuatku dilema. Mungkin takdirku untuk di cintai bukan mencinta. Haruskah aku menolak lelaki sebaik dia?

1
Afu Afu
jangan bucin alisha,buka hati buat yg lain percm menghro Azam istri nya jg SDH hmil apa yg mau km hrapkan ,plis deh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!