Kisah seorang gadis yang terpaksa menjadi pelayan pebisnis misterius dan kejam agar organ tubuhnya tidak dijual oleh pria itu akibat ulah ibunya sendiri.
Namun, ia tetap berusaha melarikan diri dari sangkar Tuannya.
Sebuah rahasia besar sang CEO terkuak saat pelayan itu hadir dalam kehidupannya yang membuat pria itu marah besar dan berencana membuat hancur kehidupan gadis itu.
Bagaimana kelanjutan cerita mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 : Cemburu?
...****************...
Setelah seharian bersama dengan anak-anak. Mereka pun berpamitan untuk pulang sedangkan Dareen sudah lebih dulu pergi karena berurusan.
Anna berjongkok di depan anak-anak yang mengerubunginya, tangan-tangan kecil mereka menarik ujung bajunya seolah enggan melepaskannya pergi. Mata mereka penuh harapan dan rasa rindu yang belum sepenuhnya terobati.
"Kak Anna, kapan kakak datang lagi?" tanya seorang anak perempuan berambut kepang, suaranya penuh harapan.
Anna tersenyum lembut sambil mengusap kepala anak itu dengan sayang. "Kakak akan datang lagi kalau ada waktu, ya? Kalian harus tetap rajin belajar dan jangan nakal."
Anak-anak serempak mengangguk meskipun wajah mereka masih menunjukkan kekecewaan. Salah satu anak laki-laki memeluk pinggang Anna erat. "Jangan lama-lama, Kak. Kami kangen kakak."
Anna merasakan hatinya mencelos. Ia ingin lebih lama disini, ingin bercengkerama dengan mereka seperti dulu. Namun, ia juga tidak enak membuat Damian yang masih canggung disini terlalu lama.
Sesil menghampiri dan menggenggam tangan Anna dengan hangat." Terima kasih sudah datang, Anna. Anak-anak selalu merindukanmu. Kamu baik-baik aja kan?"
"Tentu kak, Pak Damian juga atasan yang baik kok. Jangan khawatir." Sesil mengangguk pelan, namun tatapannya seolah bisa melihat lebih dalam ke dalam diri Anna.
"Kalau ada apa-apa, tempat ini selalu terbuka untukmu."
Anna mengangguk sambil menahan perasaan yang tiba-tiba mengganjal. Ia memeluk Sesil sebentar sebelum akhirnya berdiri menatap anak-anak yang masih enggan melepaskannya.
"Kakak pergi dulu ya. Jaga diri baik-baik."
Dengan berat hati, Anna melangkah pergi. Saat ia menoleh sekali lagi, ia melihat anak-anak melambai dengan semangat meski ada kesedihan di antara mereka.
...****************...
Suasana didalam mobil terasa sunyi. Hanya terdengar deru mesin yang melaju tenang di jalanan malam. Damian mengemudikan mobilnya dengan satu tangan disetir sementara tangan lainnya bertumpu pada sandaran jendela. Sesekali, matanya melirik sekilas ke arah Anna yang duduk disampingnya, menatap lurus ke depan dengan ekspresi tenang.
"Apa saja yang kalian bicarakan tadi?" tanya Damian tiba-tiba, suaranya terdengar santai namun penuh makna.
Anna yang sedang menikmati keheningan menoleh sedikit lalu kembali menatap jalan.
"Biasa saja. Tidak ada yang penting."
Damian mengernyitkan tipis. Ia tidak menyukai jawaban yang terlalu mengambang seperti itu.
"Biasa saja? Kalian terlihat cukup akrab."
Anna menghela napas sementara sedikit risih dengan pembicaraan ini. "Dia hanya bertanya soal pekerjaanku."
"Dan apa yang kau jawab?" Anna menoleh, kini menatap Damian lebih lama.
"Kenapa kau begitu ingin tahu?"
Damian terdiam sejenak. Ia sendiri tidak tahu kenapa. Yang jelas, perasaan tidak nyaman itu terus mengganggunya sejak ia melihat Dareen berbicara dengan Anna di panti tadi.
"Aku hanya ingin memastikan kau tidak berbicara hal yang seharusnya tak kau katakan." ucapnya dengan nada tajam.
Anna mendesah pelan. "Aku tidak mengatakan apapun tentangmu, kalau itu yang kau khawatirkan."
Damian menggertakkan giginya, tangannya mencengkeram setir lebih kuat. Ia tidak suka bagaimana Anna bisa dengan mudah menutup-nutupi sesuatu darinya.
"Jadi, kau membela dia sekarang?" ucapnya dingin.
Anna mengerutkan kening. "Tidak. Hanya saja itu urusan kami berdua." Damian tidak segera menjawab lagi. Ia sendiri benci mengakui bahwa perasaannya saat ini mendekati sesuatu yang mirip dengan.. Cemburu.
Ia menghela napas panjang dan mengendurkan cengkeramannya. "Lupakan saja."
Anna meliriknya sebentar, sedikit bingung dengan perubahan Damian hari semakin hari.
Mobil kembali melaju dalam keheningan. Namun, di dalam hati Damian, ada sesuatu yang mengganggunya lebih dari sekadar bicaraan antara Anna dan Dareen. Sesuatu yang bahkan ia sendiri belum siap untuk mengakuinya.
.
.
Next👉🏻
(terima kasih sudah membaca, hidup lebih lama ya💕)
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩