"Semua tergantung pada bagaimana nona memilih untuk menjalani hidup. Setiap langkah memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang," ucapan itu terdengar menyulut hati Lily sampai ia tak kuasa menahan gejolak di dada dan berteriak tanpa aba-aba.
"Ini benar-benar sakit." Lily mengeram kesakitan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gledekzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch ~
Ketegangan yang membeku di udara itu kembali terasa, semakin menekan, saat Zhen kembali menarik tengkuk leher Lily dengan tangan yang kuat.
Keheningan semakin mendalam, seolah dunia di sekitar mereka memudar, menyisakan hanya dua sosok yang saling beradu tatapan.
Mata Zhen menembus langsung ke dalam mata Lily, seolah mencoba membaca setiap perasaan yang tersembunyi di balik ketakutan yang terpancar jelas di wajahnya.
Senyum tipis muncul di bibir Zhen, bukan senyum yang hangat, tetapi senyum yang penuh perhitungan. Sesuatu yang mengintimidasi, yang mengancam lebih dalam dari pada kata-kata.
"Permainan kita telah selesai," ucapnya dengan suara rendah, namun jelas terdengar ketegasan di balik kata-katanya. "Kamu tidak bisa lari lagi."
Lily merasa tubuhnya membeku, jantungnya berdegup kencang. Setiap kata Zhen seolah menambah ketegangan yang sudah mencekik ruang di antara mereka.
Namun, Zhen hanya tersenyum tipis, dengan ekspresi yang sulit dimengerti, lalu melanjutkan, "Sepertinya semua orang sudah tertidur."
Lily terdiam, tak bisa berkata-kata. Ketakutan menghantamnya kembali, lebih dalam dari sebelumnya. Ia hanya bisa menatap manik mata Zhen yang kini seperti mengunci dirinya di tempat. Tidak ada jalan keluar, tidak ada ruang untuk bernafas.
Dengan gerakan cepat dan tidak terduga, Zhen menarik tangan Lily dengan paksa, memaksanya untuk berdiri. Tubuh Lily terasa lemah, seolah semuanya hilang dalam hitungan detik.
Ketakutan menyelimuti setiap inci dirinya, dan seolah-olah, kakinya tidak sanggup lagi menahan beban. Ia hanya bisa mengikuti langkah Zhen dengan ragu, tubuhnya menegang, dan pikirannya berputar, seolah tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Zhen membuka pintu dorong yang terbuat dari bambu dengan cukup kuat, suara gesekan bambu terdengar kasar, menambah ketegangan yang sudah mengisi udara. Pintu itu terbuka, mengungkapkan dunia yang sama sekali berbeda. Ruangan yang sebelumnya tampak kecil kini berganti dengan pemandangan yang luas, namun menekan.
Setiap sudutnya dihiasi oleh ruangan bambu yang dijaga ketat oleh pria-pria berjas hitam, yang tubuhnya tegap dan ekspresi wajah mereka datar, menambah rasa asing yang begitu mencekam di dalam hati Lily.
Lily terperanjat, matanya bergerak cepat, menyapu seluruh lingkungan sekitar yang asing dan mencekam. Setiap langkah Zhen yang menariknya semakin jauh dari ruang yang familiar hanya menambah rasa ketakutan yang semakin mendalam. Ia menahan diri, tapi Zhen tetap menguatkan tarikannya.
Dengan ketegangan yang semakin kuat, Lily berhenti mendadak, mencoba menahan langkah Zhen dengan seluruh kekuatannya.
Suaranya terdengar bergetar hebat, seakan setiap kata terlepas dengan susah payah. "T-Tuan," suaranya hampir tak terdengar, tetapi cukup jelas untuk Zhen, "Jangan… Jangan sakiti nenek dan Elyza."
Zhen berhenti sejenak, memandang Lily dengan tatapan dingin yang menusuk. Tatapan itu menguat, seolah ingin merobek setiap pertahanan dalam diri Lily.
Namun, ketegasan yang ada di mata Zhen lebih terasa dari pada ancaman itu sendiri. Perlahan, Zhen menarik Lily lebih dekat, semakin erat ke dalam pelukannya. Tubuh Lily terasa kaku, terperangkap dalam dekapannya yang tak bisa ia hindari.
"Jangan khawatir," suara Zhen terdengar lebih rendah, lebih tajam. "Seperti yang aku janjikan, mereka aman. Aku tidak akan menyakiti mereka."
Lily bisa merasakan ketegangan dalam suara Zhen, seolah ada sebuah ancaman yang terselip di balik kata-katanya.
Namun, sebelum Lily bisa merasa sedikit lega, Zhen melanjutkan dengan nada yang lebih lancang, penuh ketegasan. "Tapi jika kamu terus mencoba kabur, itu akan membuatku marah. Dan itu artinya, kamu akan ikut denganku, tak peduli apa yang terjadi."
Lily merasakan sesuatu yang menekan di dadanya, perasaan cemas, khawatir, dan ketakutan yang menyatu.
Zhen tidak memberi ruang bagi Lily untuk mengubah pikiran. "Aku sudah memberi jaminan. Nenekmu dan sahabatmu Elyza tidak akan tau kepergianmu. Mereka akan tetap aman. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Lily merasa jantungnya berdegup lebih kencang. Hatinya dipenuhi dengan kecemasan yang tak bisa ia tahan.
Ia merasa sedikit pegah, seolah ada sesuatu yang menahan nafasnya. Namun, di sisi lain, ketakutan itu lebih besar, membuatnya tidak bisa berpikir jernih.
"Jangan takut," bisik Zhen lebih lembut, tetapi tetap dengan nada yang menuntut kepatuhan, "Berjanjilah padaku. Jangan coba kabur lagi."
Lily hanya bisa menelan ludah, merasa cemas dengan setiap kata yang keluar dari mulut Zhen. Sementara itu, tubuhnya mulai terasa lebih lemah, terperangkap dalam pelukan yang tak ingin ia rasakan lebih lama.
Namun, meskipun ketakutannya menghantui, dan janjinya mulai terbalik oleh ancaman ini, Lily tahu satu hal, ia tidak punya pilihan lain.
Zhen bergerak dengan cepat, menggendong Lily dengan satu tangan yang kuat, membuat langkah mereka semakin cepat menuju helikopter yang sudah siap menunggu.
Lily yang semakin ketakutan, merasa tubuhnya hampir tak bisa bernapas saat Zhen menggendongnya melewati area yang semakin terbuka. Rasa dingin malam yang menusuk tulangnya semakin jelas terasa seiring dengan suara deru helikopter yang semakin mendekat.
Begitu helikopter itu turun, angin dari baling-balingnya menggoyangkan rambut dan pakaian mereka dengan kekuatan yang luar biasa.
Lily semakin gemetaran, tubuhnya menggigil ketakutan. Angin yang dingin seolah meresap ke dalam tulang-tulangnya, membuatnya semakin merasa terperangkap dalam situasi ini.
Dengan santai, Zhen menaiki helikopter, tidak terburu-buru, seolah seluruh dunia ada di bawah kendalinya. Dengan gerakan yang tenang, Zhen meletakkan Lily di kursi sampingnya, memastikan ia duduk dengan aman.
Kemudian dengan sigap ia mengambil sebuah alat penutup telinga dan menaruhnya di telinga Lily, agar tidak terganggu oleh kebisingan helikopter yang semakin keras.
Sebuah mantel hitam tebal, hampir sebesar tubuh Zhen, diselimuti di tubuh Lily, hanya menyisakan wajahnya yang bisa terlihat.
Zhen kembali menarik tubuh Lily lebih dekat ke dalam dekapannya. Kali ini, lebih erat dan lebih menuntut, seperti menutup setiap celah antara mereka. Lily bisa merasakan hangatnya tubuh Zhen, meskipun hatinya terus dihinggapi rasa cemas yang mendalam.
Namun, meskipun tubuhnya dikelilingi oleh kehangatan mantel hitam itu, pikirannya terasa sangat jauh. Suara helikopter yang menggema seolah tidak berarti apa-apa baginya.
Semua yang ada di benaknya hanyalah rumah yang semakin jauh, dan wajah neneknya serta Elyza yang kini mulai memudar dari pandangannya.
Lily terus bertanya dalam benaknya, apakah ini akhir dari pertemuan dengan neneknya dan sahabatnya Elyza? Apakah ia tidak akan pernah melihat mereka lagi?
Ketakutan semakin mencekam, dan setiap pertanyaan itu seolah menekan dadanya. Namun, meskipun tubuhnya merasa lelah, dan meskipun pikirannya berputar penuh kecemasan, Lily tidak bisa berkata apa-apa.
Suasana di helikopter semakin mencekam, dengan angin yang berhembus keras, menambah ketegangan yang sudah cukup membuatnya cemas.
Lily tak kuasa menahan ketakutan dalam dirinya. Bahkan dalam dekapan Zhen yang terasa menghangatkan, ia hanya bisa membiarkan air mata perlahan menetes, menyadari bahwa di dunia ini, ia tak punya banyak pilihan.