AREA DEWASA!!
Empat tahun menduda pada akhirnya Wira menikah juga dengan seorang gadis yang bernama Mawar. Gadis yang tidak sengaja Wira tabrak beberapa waktu yang lalu.
Namun, di balik pernikahan Wira dan Mawar ada seorang perempuan yang tidak terima atas pernikahan mereka. Namanya Farah, mantan karyawan dan juga teman dari almarhum istri Wira yang bernama Dania. Empat tahun menunggu Wira pada akhirnya Farah lelah lalu menyerah.
Tidak berhenti sampai di sini, kehidupan masa lalu Wira kembali terusik dengan kehadiran iparnya yang bernama Widya, adik dari almarhum Dania. Masalah yang sudah terkubur lama namun nyatanya kembali terbuka semua kebenarannya setelah kehadiran Widya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
Kembali ke rumah, dengan suasana yang sangat di rindukan Mawar. Gadis ini langsung berguling-guling di atas tempat tidur.
Wira menutup ponselnya, wajah lelaki ini berubah dingin sesaat setelah menerima telpon.
"Sayang, ada masalah di kantor. Aku pergi sebentar ya...!" izin Wira.
"Aku boleh tidur kan mas? aku ngantuk berat nih...!"
"Iya sayang, istirahat lah!"
Sebelum pergi Wira mengecup kening istrinya. Lelaki ini bergegas pergi dengan wajah yang cukup tegang. Asti belum kembali ke rumah, karena wanita itu masih menikmati kumpul dengan saudara-saudaranya.
Wira melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kantor. Tak berapa lama pria ini tiba di sana.
"Di mana dia?" tanya Wira emosi.
"Di atas pak!" jawab salah seorang karyawan Wira.
Dengan langkah lebarnya, Wira bergegas masuk. Pria ini naik ke lantai paling atas kantornya. Wira mendengus kesal ketika melihat Farah yang sudah berdiri di pinggir, karena wanita ini mengancam untuk lompat ke bawah.
Nampak sekali Yunita berlutut, memohon pada anaknya untuk tidak melakukan bunuh diri. Beberapa orang polisi dan karyawan lainnya berusaha membujuk Farah namun tetap saja wanita itu tidak mau.
"Wira, kau lihat sekarang. Anak ku ingin bunuh diri. Kau apakan dia hah?" Yunita marah besar, menyalahkan Wira atas kegilaan anaknya.
"Aku tidak pernah berbuat apa-apa pada anak mu. Kenapa dia yang heboh sendiri?"
"Wira, aku mencintaimu. Tapi kenapa kau malah menikah dengan perempuan lain hah?" teriak Farah.
"Aku tidak pernah mencintaimu Farah. Kita tidak memiliki hubungan apa-apa selain atasan dan bawahan. Kau sendiri yang sudah menganggap semua ini berlebih!"
"Kau menyalahkan anak ku kah?" sentak Yunita, "jika kau tidak memberikan harapan, maka anak ku tidak akan seperti ini."
"Aku tidak pernah memberi harapan apa pun pada Farah. Dia sendiri yang terlalu terbawa perasaan!"
"Wira, jika kau tidak menceraikan istri mu. Maka aku akan lompat, ceraikan perempuan itu atau kau akan menyesal seumur hidup mu!" Farah mengancam, membuat Yunita kembali berlutut memohon pada anaknya.
"Lompat saja jika kau mau lompat. Yang punya nyawa adalah kau bukan aku!" Wira malah menantang.
"Bajingan kau Wira,...!" Yunita mengumpat, "anak ku mau mati tapi kau tidak ada empatinya sama sekali...!"
"Kau jahat Wira,...!" teriak Farah histeris, "kita kenal selama tujuh tahun tapi kau sama sekali tidak peka pada ku."
"Kau ini perempuan aneh, tujuh tahun kita kenal itu karena kau adalah karyawan ku. Kenapa kau yang merasa seolah paling tersakiti hah?" Wira mencibir.
"Mah, aku akan lompat!" ancam Farah lagi, "jika Wira tidak mau menceraikan perempuan itu dan menikah dengan aku, maka aku akan lompat sekarang juga!"
"Wira, Farah akan melompat. Cepat tahan dia...!" Yunita mendorong tubuh Wira.
"Sudah ku bilang, kalau mau lompat ya silahkan lompat. Toh aku tidak ada hubungannya dengan masalah otak mu. Cepat lompat, orang-orang di bawah sudah menunggu mu untuk jadi mayat!"
Mata Farah melotot, wanita ini tidak percaya dengan ucapan Wira yang sama sekali tidak memiliki hati padanya.
"Kalian semua bubar saja, biarkan dia melompat. Kita lihat, apa nyalinya cukup besar? jikalau pun dia jatuh, paling mentok patah tangan!" ujar Wira karena sebelum naik Wira melihat sudah ada petugas yang menyediakan balon besar.
Wira tidak peduli, lelaki ini pergi begitu saja. Mengusir karyawan dan polisi dari atas atap. Entah dari mana datangnya polisi tersebut, Wira juga tidak tahu.
Atap mulai sepi, tinggallah Yunita dan Farah yang masih berdiri di pinggir.
"Mah, bagaimana ini?" Farah buru-buru ketengah.
"Apanya bagaimana? ya gagal!" jawab Yunita malah membuat Farah mengamuk.
Tidak habis pikir, ibu dan anak ini bisa-bisanya membuat rencana untuk menyudutkan Wira dengan menantang nyawanya sendiri.
"Ayo pulang!" Yunita menarik tangan Farah.
Setibanya di bawah, ibu dan anak ini langsung menjadi pusat perhatian. Wira yang melihat mereka berdua dari dalam mobil hanya bisa menahan tawanya.
Tebal sudah wajah Farah, semua karyawan malah menyorakinya.
Farah hanya bisa menunduk menahan malu. Ibu dan anak ini langsung pergi begitu saja.
Wira kembali keluar dari dalam mobilnya ketika melihat Asti tiba di sana.
"Wira, apa benar video yang beredar itu hah?" tanya Asti panik.
"Biasa lah mah, mereka hanya mengancam. Farah tidak akan mungkin berani membuang nyawanya."
"Perempuan itu ternyata benar-benar gila!" Asti emosi.
"Dia meminta Wira menceraikan Mawar dan menikahinya. Di banding menikah dengan Farah, lebih baik Wira menduda seumur hidup!"
"Sudah, ayo pulang!" ajak Asti, "pak, saya pulang sama Wira...!"
"Baik bu...!"
Wira dan mamahnya pulang bersama, sepanjang perjalanan pulang Asti terus mengomel kesal. Asti menyesal pernah terlalu dekat dengan Farah.
Setibanya di rumah, Wira langsung kembali ke kamar. Lelaki ini menghembuskan nafas pelan ketika melihat Mawar yang masih tertidur pulas.
"Apa aku sudah membuat lelah? perasaan kalau tidur nyenyak banget!" batin Wira.
Lelaki ini pergi mandi sebentar, setelah itu naik keatas tempat tidur untuk sekedar membuang rasa lelah.
"Ternyata tidur jauh lebih nyaman!" ucap Wira sebelum terlelap.
Mereka tidur siang bersama, Mawar tidak tahu jika suaminya sudah pulang. Semakin lelap tidur Mawar ketika Wira memeluknya dari belakang.
Prak.....
Farah yang emosi menahan malu langsung membanting ponselnya sampai hancur ketika melihat wajahnya berserakan di media sosial.
Sudah menantang maut demi mendapatkan Wira, malah gagal dan sekarang dirinya menjadi bahan pergunjingan orang-orang di luar sana.
"Mah, Farah malu!"
"Mamah juga malu. Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang? mundur percuma, sebaiknya kamu hancurkan sekalian rumah tangganya!"
Sebagai seorang ibu, Yunita bukannya memberikan nasehat yang bagus untuk anaknya malah menyuruh sang anak untuk berbuat jahat.
"Perempuan itu sangat beruntung, Wira anak tunggal kaya raya. Bahkan, dengan status dia yang duda tanpa anak aja mamah bisa tahu berapa kekayaannya."
"Ya, tapi masih adakan lelaki kaya selain Wira?"
"Mamah tahu sendiri teman-teman pria ku bagaimana? semuanya bajingan! cuma Wira yang waras!"
"Kamu harus segera mencari pekerjaan Farah. Utang-utang almarhum papah mu masih sangat banyak."
"Tapi mah, dengan keadaan yang seperti ini siapa yang akan menerima ku bekerja?"
"Kita pikirkan cara lain. Mamah mau istirahat, drama hari ini sungguh tidak membuahkan hasil apa pun!"
Yunita mendengus kesal, berjalan masuk kedalam kamarnya sambil mengomel. Farah mulai kebingungan, apa yang harus dia lakukan sekarang. Semua gosip tentang dirinya telah beredar.
"Apa aku harus melakukan klarifikasi ya? mumpung semua orang mengenali ku, aku bisa mencari simpati dari mereka semua!"
Ide gila macam apa lagi yang di pikirkan Farah. Wanita ini mulai sibuk mengatur rencana setelah rencana sebelumnya gagal.