NovelToon NovelToon
Nabil Cahaya Hidupku

Nabil Cahaya Hidupku

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Anak Genius / Anak Yatim Piatu
Popularitas:20.5k
Nilai: 4.9
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Nabil seorang anak berkepala besar
bayu ayahnya menyebutnya anak buto ijo
Sinta ibu bayu menyebuutnya anak pembawa sial
semua jijik pada nabil
kepala besar
tangan kecil
kaki kecil
jalan bungkuk
belum lagi iler suka mengalir di bibirnya
hanya santi yang menyayanginya
suatu ketika nabil kena DBD
bukannya di obati malah di usir dari rumah oleh bayu
saat itulah santi memutsukan untuk meninggalkan bayu
demi nabil
dia bertekad memebesarkan nabil seorang diri
ikuti cerita perjuangn seorang ibu membesarkan anak jenius namun dianggap idiot

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

jualan online

Hidup tidak selalu seperti yang kita harapkan. Kadang, kita bisa berdoa sepanjang malam, berbuat baik sepanjang hari, dan tetap saja kehilangan segalanya.

Santi tahu betul rasanya.

Dulu ia percaya, kebaikan akan berbuah manis. Tapi hidup justru menjatuhkannya dari tempat yang paling tinggi—dari istri menjadi janda, dari ibu rumah tangga menjadi perempuan yang harus bertahan sendirian dengan dua anak laki-laki dan satu kehidupan yang tak tahu akan dibawa ke mana.

Sore itu, kamar kos mereka terasa lebih pengap dari biasanya. Langit-langitnya dipenuhi jejak rembesan hujan, dan di sudut plafon, seekor cicak kecil menatap kosong.

Santi duduk bersandar ke tembok, menatap kosong ke langit-langit. Di pangkuannya, sebuah kertas kusut dengan coretan-coretan rencana yang tak kunjung nyata. Usaha apa lagi yang bisa dilakukan? Modal sudah habis. Harapan, hampir ikut terkikis.

“Kenapa, Kak? Kelihatannya pusing banget,” tanya Heru, adik semata wayangnya, sambil menyodorkan air putih di gelas plastik.

Santi hanya tersenyum tipis. “Lagi mikirin, Ru... usaha apa yang bisa kita mulai tanpa harus banyak keluar uang.”

Heru duduk bersila, menyandarkan tubuhnya ke dinding. Nafasnya pelan. “Kalau Kakak aja pusing... aku gimana?”

Kalimat itu sederhana. Tapi terasa seperti tamparan. Sejak kecil, Heru tak pernah mengeluh, tak pernah meminta. Di usianya yang baru lima belas tahun, dia lebih banyak diam, lebih sering mengalah, dan kini... ikut memikirkan hidup.

Santi meraih pulpen. Menuliskan beberapa ide acak. Tapi semua terasa mentah. Ia tak mau mengulangi kesalahan: menumpuk barang jualan sebelum punya tempat. Ia butuh sesuatu yang bisa dimulai dari kecil—dari kamar kos, dari dapur seadanya, dari cinta.

Nabil duduk di sudut, memainkan ponsel tuanya. Sesekali menuliskan sesuatu di buku kecil. Pandangannya serius. Jauh lebih dewasa dari anak seusianya.

Tapi yang paling khusyuk tampak justru Heru. Ia menatap langit-langit seolah sedang memecahkan misteri besar kehidupan.

“Ru?” Santi menoleh pelan. “Kamu mikirin ide juga?”

Heru menoleh dengan kening berkerut. “Ka... kalau cicak kawin di langit-langit, anaknya lahir di mana, ya?”

Santi terdiam. Lalu menghela napas panjang. Satu detik dari menangis, satu detik dari tertawa.

“Heru... bisa enggak, sehari aja, jangan mikirin hal aneh-aneh?”

Heru membela diri. “Tapi ini penting, Ka. Cicak enggak bisa terbang, tapi makanannya nyamuk yang bisa terbang. Berarti rezeki tuh... bukan harus dikejar. Kadang, datang sendiri.”

Santi menatap adiknya. Diam-diam, ia mengerti. Kalimat polos itu entah bagaimana meresap ke dalam hati.

“Iya, Ru. Tapi sekarang... mari kita kejar dulu. Biar rezeki juga tahu arah datangnya.”

Heru mengangguk pelan. “Iya, Kak. Tapi kita enggak boleh nyerah. Seperti cicak yang tetap nempel, walau enggak punya cakar kuat.”

Tirai kamar terbuka pelan. Nabil muncul, wajahnya bersinar seperti baru mendapat ilham. Di tangannya, buku penuh coretan dan HP tua yang casing-nya sudah longgar.

“Mama!” serunya. “Aku punya ide!”

Santi tersenyum samar. “Jangan bilang bikin roket dari botol lagi, ya, Nak.”

“Bukan! Ini serius. Aku udah hitung. Kita bisa jual makanan ringan, Ma. Modal kecil, tapi bisa untung. Apalagi kalau kita manfaatin tren TikTok.”

Heru menyipitkan mata. “Meledak?”

“Meledak angka penjualannya, bukan beneran meledak, Mang!” sahut Nabil cepat. “Mama bisa bikin keripik tempe, sambal teri, abon jamur. Lalu kita kemas, kita kasih merek.”

Ia membuka buku dan menunjukkan desain sederhana. Nama brand-nya: PelukMama Food.

Tagline: Setiap gigitan, rasa pelukan dari rumah.

Santi menatapnya. Ada sesuatu yang menghangat di dadanya. Ia melihat bukan hanya ide... tapi cinta yang dituangkan dalam bentuk lain. Dalam angka, strategi, dan harapan.

“Nanti aku yang bikin konten,” lanjut Nabil. “Narasinya pakai suara Mang Heru. Biar ada sisi jujur dan lucunya.”

“Waduh, suaraku tuh kayak radio rusak, Bil,” keluh Heru.

“Justru itu! Suara jelek, tapi unik. Dunia konten itu butuh yang beda.”

Santi tertawa kecil. Ada haru yang nyaris tumpah.

Tiba-tiba, semuanya terasa mungkin. Mimpi yang sempat karam, perlahan-lahan mengapung lagi.

Pagi itu, dapur kecil di ujung kos menjadi saksi semangat yang belum pernah terasa sekuat ini. Panci alumunium yang biasa hanya digunakan untuk merebus mi instan, hari ini sibuk menyambut potongan tempe, irisan bawang putih, dan serpihan semangat seorang ibu.

Santi mengenakan celemek yang sudah pudar warnanya. Tangan kanannya mengaduk bumbu, tangan kirinya memeras air dari tempe yang baru selesai direndam. Bau gurih mulai menyebar ke seluruh ruangan, menggoda siapa pun yang lewat untuk menoleh.

Di meja lipat yang hanya cukup untuk dua piring, Heru tengah menggunting label sederhana bertuliskan PelukMama Food. Coretan tangan Nabil yang berubah menjadi desain digital sederhana dicetak lewat jasa fotokopi murah langganan di ujung gang.

“Ru, kamu yakin bisa motong semua label itu sendiri?” tanya Santi sambil mencicipi adonan sambal.

Heru mengangkat alis. “Tenang, Ka. Ini tugas penting. Label adalah wajah dari usaha kita. Kalau motongnya miring, nanti orang mikir hidup kita juga miring.”

Santi tertawa kecil. “Hidup kita memang lagi miring, Ru.”

“Tapi yang penting, Kak, miringnya masih ke arah yang benar.”

Di sisi lain, Nabil sedang sibuk mengatur pencahayaan seadanya dengan tumpukan kardus dan senter dari HP. Ia ingin semua produk difoto, di-edit, dan diunggah hari ini juga. Ia bahkan sudah menyiapkan caption dan hashtag yang sesuai tren.

“Mah, jangan lupa gorengnya jangan sampai terlalu coklat. Nanti warnanya kurang bagus pas difoto.”

“Ini usaha makanan, bukan model, Bil,” celetuk Heru.

“Justru makanan sekarang harus tampil kayak model. Kalau tampilannya lusuh, siapa yang mau klik?” jawab Nabil serius.

Santi menatap laki-laki yang dia sayangi.  Dalam hati, ia bertanya-tanya: dari mana anak ini belajar semua itu? Padahal dulu, waktu Nabil masih kecil dan kesulitan bicara, banyak yang menganggapnya ‘berbeda’. Bahkan ada yang menyebutnya kutukan. Tapi lihatlah sekarang—anak yang dulu dianggap aib, kini menghidupi harapan keluarga kecil mereka.

Tiba-tiba, terdengar suara batuk dari luar kamar. Tetangga sebelah yang biasa mengeluh soal bau masakan kini malah menyapa.

“Bu Santi, jualan apa, tuh? Wangi banget.”

Santi tersenyum ramah. “Keripik tempe, Bu. Baru nyoba buat jualan kecil-kecilan.”

“Oh, saya pesan dua bungkus ya. Sekalian sama sambalnya!”

Heru melotot, “Belum launching udah ada yang PO.”

Nabil langsung merogoh buku kecilnya. “Data pertama: tetangga kos, Bu Mimin. Dua paket. Catat!”

Santi nyaris tak percaya. Ini baru langkah pertama, tapi sudah terasa seperti berlari. Mungkin belum besar. Tapi setiap langkah yang mereka ambil, terasa lebih dekat dengan harapan.

Sore harinya, setelah semua produk selesai dipacking, mereka bertiga duduk bersila di lantai, di antara tumpukan keripik, sambal dalam toples kecil, dan segunung label.

“Kita namain paket ini: Paket Rindu Rumah,” kata Nabil pelan.

“Kenapa?” tanya Santi, tersentuh.

“Soalnya rasanya kayak pelukan Mama waktu aku sakit. Waktu kita enggak punya apa-apa, tapi Mama tetap memeluku disat yang lain menjauhiku.”

Santi menahan air mata. Ia ingat hari itu. Saat Nabil demam tinggi dan mereka hanya punya sepotong roti seharga dua ribu dan itu juga di marahin habis-habisan oleh bayu manytan suaminya

Nabil menatap heru “mang nanti pas rekaman vidio jang lupa senyuman unikny dan kata-katanya janga lupa ‘kalau rindu rumah makan dulu nangis’”

Heru tertawa geli. “Gaya banget, Bil.”

“Biar beda,” balas Nabil mantap. “Biar orang inget. Karena yang jujur, yang tulus, selalu nyangkut di hati.”

Malam pun tiba, dan di kamar kos yang dulu hanya dipenuhi kesedihan, kini ada tawa. Ada peluh yang jatuh, tapi tak sia-sia. Ada doa yang lirih, tapi terus membubung.

“tidak ada waktu untuk mengeluh, tidak ada waktu untuk menyerah, semua harus dilakukan dengan patang untuk menyerah” pikir santi

1
Wanita Aries
Wah asik liburan
indah
/Sob/ mungkin ini hanya sebuah cerita, tapi banyak pelajaran yang bisa di ambil.
DISTYA ANGGRA MELANI
Ayo bayu dituntut 2 orang sekaligus apa bisa tu si pengacara bantuin dy apalagi ada kasus kdrt jg wow masuk penjara langsung lah si bayu
Wanita Aries
Hadeh si bayu gk ada berentinya buat onar
Wanita Aries
Bayu edan
Nur Syamsiah
lanjut
Nur Syamsiah
GG as terus
Vina Nuranisa
semakin seruu , LANJUT THORRR
Wanita Aries
Ihh pede kali bayu kl laras masih cinta
Arlis Wahyuningsih
wah seru nihhh..the power of emak2...ras terkuat dibumi bergabung...siap2 jadi peyek kau bayu..😂😂😂💪💪
Wanita Aries
Wahhh seru nihhh gmn kira2 nnti bayu liat santi sama laras barengan
Arlis Wahyuningsih
cerita yg menarik dan juga inspiratif..karna walaupun punya fisik tak sempurna tp ada kelebihan dan kemampuan yg bisa dibanggakan.
Ninik
Bayu laki laki mokondo
Arlis Wahyuningsih
selamat ya pak bayu..😂😂😂😂
mantap sekali bu laras..😘😘😘
Irma Minul
lanjut kak 👍👍👍
Wanita Aries
Rasakan dah nasibmu laki gk modal. Tkt aj sih ngusik santi lagi
Rizky Sandy
cari tuh selingkuhanmu si Dewi yg LBH muda,,,,,
Wanita Aries
MasyaAllah nabil ganteng dan pinter
Wanita Aries
Ihh kepedean amat si bayu. Udh pengangguran, tempramen, trllu berambisi. Sbntr lg jd gelandangan.
Vina Nuranisa
dasar bayu gatau diri ,
yukk lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!