NovelToon NovelToon
Cinta Dan Kultivator

Cinta Dan Kultivator

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: J.Kyora

Apa reaksimu ketika tiba-tiba saja seorang gadis cantik dari planet lain masuk ke kamarmu?
Terkejut? Kaget? Ya, begitu juga dengan Nero. Hanya beberapa jam setelah ia ditolak dengan kejam oleh siswi sekelas yang disukainya, ia bertemu dengan seorang gadis mempesona yang masuk melalui lorong spasial di kamarnya.
Dari saat itulah Nero yang selama ini polos dan lemah perlahan berubah menjadi pribadi yang kuat dan menarik. Lalu membalikkan anggapan orang-orang yang selama ini telah menghina dan menyepelekannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J.Kyora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Sudah menjadi rahasia umum bahwa duel yang disebut tarung bebas ini dijadikan sebuah penyelesaian dari sebuah masalah ketika dialog tidak mencapai hasil.

Karena berkelahi dilarang disekolah, maka pihak-pihak yang bermusuhan akan memilih duel di aula untuk menuntaskannya, dan biasanya pertarungan sarat dengan emosi. Para penonton sangat suka melihat ini.

Meskipun para master aula tahu, tapi mereka memang sengaja membiarkannya. Mereka juga ingin melihat apakah ada bakat-bakat yang bagus di antara mereka.

Nero turun dari bangkunya dan melangkah menuju arena. Dari seberang aula, Roland telah memasuki arena terlebih dahulu. Ia berdiri dengan senyum bangga, orang-orang yang mengetahui bahwa ia adalah adik kandungnya Erland juga merasa ingin tahu, apakah adiknya ini sama ganasnya dengan sang kakak.

Nero dan Roland saling berhadapan di arena, Roland memandang dengan dagunya terangkat, matanya sarat dengan penghinaan.

Wasit masuk ke dalam arena, mengangkat tangannya, namun tiba-tiba berhenti, ia menoleh kepada Nero dengan heran.

"Perbaiki ikatan sabuk mu!" ujar wasit menurunkan tangannya.

Nero melirik sabuknya, lalu melihat sabuk Roland.

Melihat kembali ke sabuk warna putih miliknya, hanya terikat begitu saja, wajahnya merah padam. Sontak para penonton tertawa, kelompok Igor menyorak dan bersiul keras mengejek.

Nadia yang juga ada disitu geleng-geleng kepala,

"Nero, sini!" ia memanggil Nero dari bench.

Nero tersenyum kecut, bahkan ia tidak tahu kalau memakai sabuk ini juga harus ada aturannya. Ia berjalan mendekati Nadia, diiringi gelak tawa penonton.

Wajah Nadia memerah, ia juga menjadi malu. Ia sadar akan menjadi olok-olok karena membantu Nero dalam situasi seperti ini, namun juga tidak tega melihat Nero seperti itu.

Nero mendekati bench, Nadia maju menghampiri Nero, lalu berlutut dan memperbaiki ikatan sabuk Nero.

"Aku tak percaya kamu begitu bodohnya masuk perangkap mereka." Nadia mengencangkan ikatannya dengan marah hingga membuat Nero menjadi sedikit sesak.

"Terlalu kencang, aku tidak bisa bernapas," protes Nero.

Nadia meliriknya dengan mulut terkatup, ia sangat kesal sekarang.

"Percayalah aku akan mengalahkannya," ucap Nero penuh keyakinan.

Nadia hanya membalas dengan menatapnya marah. "

Sudah, aku tidak akan mengurus mu kalau kamu patah tulang!" rungutnya kesal.

Nero mengabaikan, lalu memberikan kerlingan penuh arti sambil tersenyum. Nadia melengos. Aaron melihat dari jauh semua kejadian itu.

Nero kembali kedalam arena, wasit dan para master aula lainnya menjadi tidak lagi yakin sekarang. Ini akan menjadi pembantaian.

Beberapa master aula menjadi waspada, dan menempatkan tambahan wasit untuk menghindari terjadinya cedera fatal, mereka mengkhawatirkan Nero.

Nero dan Roland kembali berhadapan, Roland masih berdiri dengan sikap mengejek, wasit pertandingan mengangkat tangannya.

"Mulai!"

Roland memasang kuda-kudanya, namun Nero hanya berdiri dengan kaki sedikit terbuka, tangannya tergantung begitu saja di kedua sisi tubuhnya.

"Kau siap?" Roland bertanya, ia hanya ingin memastikan Nero siap dan didengarkan wasit, karena menyerang tiba-tiba setelah wasit memulai aba

-aba dan lawan belum siap, maka itu akan dapat mengurangi poin baginya.

Nero mengangguk, tanpa menunggu lagi Roland langsung berlari dan melompat, mengarahkan tendangan lurus ketika tubuhnya meluncur di udara, langsung menyerang dada Nero. Nero memandangi tak berkedip, tidak seperti petarung sabuk hitam yang ditonton sebelum nya, gerakan Roland terasa bagi Nero lebih lambat, ia hanya menggeser tubuhnya menyamping dan tendangan itu lewat begitu saja.

Hanya seperti ini? Pikirnya, ia tahu jika sebelum berlatih di ruang dimensi, maka serangan itu akan langsung menghantam dadanya. Tetapi setelah berlatih di ruangan itu, gerakannya sendiri jauh lebih ringan dan lebih cepat, lompatannya juga menjadi tinggi hingga ia bisa bersalto di udara. Ia merasa bisa melakukan gerakan itu jauh lebih baik daripada Roland. Tersenyum penuh arti, Nero bergumam, kalau begitu aku akan sedikit bermain.

Namun lain halnya dengan Nadia yang juga menonton di bench, ia tidak berani melihat ketika tendangan Roland sebelumnya itu akan menghujam dada Nero, Nadia akan memalingkan wajah ketika ia melihat gerakan tiba-tiba Nero menggeser tubuhnya dan tendangan ala Bruce Lee Roland lewat begitu saja, ini persis seperti yang dilakukannya pada Igor. apakah anak itu benar benar bisa bertarung? Ia mulai sedikit curiga.

Roland terkejut, ia tak menyangka anak itu bisa menghindari tendangannya, di dalam pikirannya bocah itu akan langsung terlempar dan terjengkang.

Penasaran bahwa ini hanya kebetulan Roland langsung menyerbu dengan pukulan bertubi-tubi ke kepala dan tubuh Nero, namun lagi-lagi Nero hanya mengelak dengan tangan tetap tergantung di sisi tubuhnya. Ia terlihat seperti seorang pemain film di Ip Man yang mengelak dari pukulan dan tendangan, napas Roland sedikit terengah ketika ia memasang kuda-kuda lagi.

"Apa kau hanya bisa menghindar, pengecut?" Roland berujar marah. Terlihat putus asa pukulan dan tendangannya selalu gagal mengenai tubuh anak itu, ia mulai merasa ada yang salah.

Nero hanya berdiri dan menatap lekat-lekat kearah Roland, sementara Nadia menatapnya tak percaya, mungkinkah Nero benar? Mampu mengalahkan Roland? Tapi ini belum berakhir, bahkan ia belum melihat bagaimana Nero menyerang.

Roland akan menyerang lagi ketika suara bel berbunyi, pertandingan dihentikan.

Nero berjalan kepinggir lapangan, kelompok Igor yang menonton di bangku penonton terlihat agak tidak puas, mereka telah membayangkan Nero roboh di awal ronde dan k.o. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya, tidak saja ia tidak jatuh, bahkan satu pukulan dan tendangan Roland pun tidak ada yang masuk mengenai tubuh Nero.

Wajah Igor berubah jelek, Stella sangat tidak senang, bahkan Rizka yang tercantik diantara mereka membiaskan ketidakpuasan diwajahnya.

"Katakan kepada Roland untuk tidak bermain main!" suruh Rizka kepada Igor dengan kesal.

Igor yang disuruh sebenarnya juga tidak mengerti apa yang terjadi, namun ia hanya menurut, "Habisi aja cepat Roland," teriaknya dari atas bangku penonton.

Erland yang duduk disamping Aaron juga menonton duel itu.

"Sebenarnya dari aliran mana anak itu," ia bertanya sambil berbisik kepada Aaron.

"Aku tidak tahu, yang kutahu sebelumnya ia tidak pernah terlibat hal hal seperti ini," jawab Aaron.

"Sepertinya wingchun," sela temannya satu lagi yang juga berdekatan.

"Sabuk putih?" Erland bergumam heran.

"Dia tidak ikut dojo manapun, jadi tidak pernah ikut kenaikan sabuk," jelas Aaron.

Wasit pertandingan akan memberi aba-aba lagi, namun tiba-tiba Roland menghentikan dan mendekati wasit. Ia sedikit berbisik, entah apa yang dikatakannya.

Lalu wasit pertandingan memanggil Nero, dan menjelaskan,

"Jika kamu hanya mengelak maka kamu tidak akan mendapatkan poin apa-apa, cobalah bertarung dan menunjukkan skill-mu," wasit memperingatkan.

Nero mengangguk lalu kembali kedalam lingkaran, baiklah gumamnya dalam hati.

Wasit memberi aba-aba, ronde kedua dimulai.

Namun kali ini Roland juga hanya memasang kuda-kuda, ia tidak melakukan serangan seperti sebelumnya, kelihatannya ia menunggu Nero memulai.

Nero mengerti niat Roland, lalu ia mulai mengingat pertandingan yang ditonton sebelumnya, bagai mana cara menyerang terlebih dahulu.

Ia mendekati Roland, dengan gerakan acak ia menendang, Roland menangkis dengan tangannya, namun ia segera terkejut ketika menyadari tendangan Nero sangat kuat, ia merasakan sakit di tangannya.

Sekali lagi Nero menendang, Roland menangkis lagi, kali ini ia meringis kesakitan, lengannya terasa menahan beban yang sangat berat.

Nero memahami kekuatan kakinya datang dari efek berlatih diruangan dimensi, membiasakan diri ditempat itu membuat tendangannya bertenaga dan berat untuk lawannya, dan juga serangannya menjadi sangat cepat.

Roland yang menyadari bahwa menanti serangan Nero juga buruk buatnya ia memutuskan menyerang lagi, ia menerkam ke arah Nero dengan pukulannya, Nero mengelak dan memegang lengan Roland, tidak mengetahui teknik apa yang harus digunakan Nero hanya menarik lengan Roland melewati tubuhnya hingga Roland hilang keseimbangan dan jatuh tersungkur di matras.

Para penonton bersorak, muka Roland merah padam. Ia merasa sangat malu sekarang. Bangun lagi ia menyiapkan kuda-kuda dan menyerang Nero dengan pukulan beruntun, kemarahan terlihat jelas diwajahnya, dan makin merah pitam mengetahui lagi-lagi tidak satupun pukulannya yang mengenai tubuh Nero.

Nero terus mengelak namun pada satu kesempatan ketika Nero melihat ada peluang, ia mengayunkan tendangan ringan dengan kaki kanannya, Roland terpaksa menangkis namun alangkah terkejutnya ia ketika kaki penyerangnya itu menarik kembali. Dan tiba-tiba sebuah serangan kaki lainnya dengan sangat cepat meluncur tepat kearah kepalanya, persis seperti yang dilakukan Nadia sebelumnya.

Buugghhh!!!

Kaki nero dengan tepat menghantam sisi kiri pengaman kepala Roland. Roland terhuyung beberapa langkah, lalu jatuh terduduk, nafasnya tersengal. Memaksakan diri ia bangkit lagi, namun sebelum tubuhnya tegak lagi, ia merasa kepalanya berkunang-kunang, tubuhnya sempoyongan dan terjatuh lagi, wasit buru-buru mendekati, memberi isyarat agar Nero menjauh. Dalam beberapa hitungan, kemudian wasit berdiri dan memberi kode pertandingan berakhir.

Nadia tercengang, ia menatap tak percaya ketengah arena. Jantungnya berdegup, Nero menang? Bagaimana mungkin? Ia tak habis pikir, lalu gerakan pamungkas barusan? Itu kan yang ia lakukan saat bertanding tadi?

Andai saja tidak banyak penonton dan Aaron juga tidak disana, Nadia mungkin akan menghambur mendekati Nero dan merayakan kemenangannya itu.

Seluruh penonton bereaksi dengan beragam ekspresi, ini antiklimaks buat mereka yang memperkirakan Roland akan menghabisi lawannya dengan ganas seperti yang dilakukan kakaknya Erland.

Namun sebagian juga hanya senang melihat pertunjukan duel yang seru.

Igor dan kelompoknya terdiam di deretan bangku penonton, tak ada yang bisa mereka katakan. Kekalahan ini telak, mereka hanya memasang ekspresi jelek dan dengan tidak berminat melihat ketengah arena.

"Itu gerakan taekwondo, apa sih beladiri yang dipelajari orang itu?" komentar heran didekat Erland dan Aaron mengejutkan mereka yang melihat kekalahan Roland.

"Mungkin ia mempelajari semuanya, siapa tahu?"

balas Aaron acuh, ia memikirkan uang 10 juta yang telah ditransfer Roland ke rekeningnya sebelum pertandingan dimulai.

...

1
Rahmat Anjaii
lanjut thioorrr, klo prlu tambah babnya.
dear: diusahakan
total 1 replies
Rahmat Anjaii
lanjut thoorr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!