tentang seorang anak yang lahir dari seorang ibu, yang ditinggalkan oleh sang suaminya sejak dari dalam kandungan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jordi Vandanu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pindah
Setelah salat Maghrib, Dian mulai berkemas, tak banyak perintilan di kamar ini, dan Dian tak akan membawa, dia hanya akan membawa pakaian, laptop dan lainnya saja.
Tiba tiba Dian teringat, kalau dia belum pamit pada yang mengelola kost.
Dian mendatangi kost yang ada di depan gang.
"mbak, maaf mulai besok Dian pindah ya. "
Perempuan muda itu kaget.
"kenapa pindah dek? Gak betah ya? ada yang jahat sama kamu dek? Siapa? " tanyanya cepat.
"nggak kak, kebetulan Dian dapat mess mbak, jadi disuruh pindah ke sana. "
"alhamdulillah, tapi kamu sudah bayar untuk 6 bulan, kamu baru huni 2 bulan, nanti mbak minta sama pak Aji sisanya ya dek. "
"apa pak Aji mau ngasih mbak? "
"biasanya mau, kalau ada alasannya. "
"oke mbak, kalau dapat nanti uangnya buat mbak saja ya, terus kasur dan alat lainnya ada yang saya tinggal, ambil semua buat mbak ya. " kata Dian lagi.
"astaga dek, Alhamdulillah, terimakasih ya dek, semoga kamu betah di tempat baru."
"Insya Allah, terimakasih kembali mbak, saya balik ke kamar dulu, mau lanjut packing. "
"iya dek, hati hati. " ucap perempuan manis itu.
Dian kembali ke kamarnya, Dian merasa doa sang ibu sudah menembus langit ke 7, hingga segala urusan sepertinya dipermudah, tapi tentunya Dian harus tetap waspada dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.
Esok paginya. Melaksanakan kewajiban seperti biasa, setelah salat Subuh, Dian segera mandi dan berkemas, karena semalam Yogi mengatakan kalau pak Mamat, sopir kantor akan menjemput pagi pagi, untuk mengantar ke mess. Nggak jadi Dian membawa barang barangnya ke kantor.
Tak lama hp Dian pun berdering, dari nomer baru.
"saya sudah didepan gang mbak, rumahnya yang mana? Biar saya masuk. " kata pak Mamat, setelah menjawab salam Dian.
"ini Dian pak, ayo masuk. " Dian melambaikan tangan pada sosok di ujung gang. Pak Mamat langsung berjalan ke arah Dian.
"sini saya yang bawa barang barangnya mbak, kunci saja pintunya. " kata pak Mamat, langsung cekatan mengambil koper, hanya 2x bolak balik, semua barang Dian sudah terangkut.
Dian mengetuk pintu rumah si mbak.
"eh Dian, sudah mau pergi? Ini saya sedang bicara sama pak Aji, silahkan pamit dek. "
Dian menerima hp itu, lalu mengucap salam.
"iya dek, gak apa apa, tapi pak Aji hanya bisa mengembalikan 3 bulan saja ya, soalnya bulan ini kan dihuni 1 minggu ya. " kata pak Aji.
"alhamdulilah, nanti tolong titip ke mbak aja ya pak, biar Dian ambil sama beliau saja, sekalian main main. "
"oh boleh, sore nanti kamu sudah bisa ambil, maafkan kalau ada yang kurang berkenan ya nak. "
"sama sama pak. "
Setelah berbasa basi sebentar.
"mbak, Dian pamit ya, nanti uangnya buat mbak semua, tapi janganlah bilang ke pak Aji, hehehe, silahkan ambil barang barang dikamar Dian ya mbak. "
"terimakasih Dian. "
Pak Mamat pun segera melajukan mobilnya.
"anak kakak saya juga tinggal di mess itu mbak, tapi dia kerja di kantor cabang yang lain. " kata pak Mamat.
"wah senang aku pak, ada temannya. " jawab Dian.
Hanya sekitar 10 menit dari kantor, masuk di jalan samping, mereka tiba disebuah kompleks, seperti kompleks rumah type 36, pak Mamat menuju ke rumah bagian ujung, mentok tembok, karena sekitar 20 buah rumah itu di kelilingi oleh tembok, dan di jaga satpam 24 jam serta cctv disetiap sudut. Disamping gerbang itu persis ada indo market jadi lumayan ramai.
Beberapa penghuni yang sedang bersiap berangkat kerja, menyempatkan diri berbagi senyum sebelum mereka berangkat ke kantor.
"nanti kita kenalan ya. " seru seorang cewek manis, yang tinggal disamping rumah Dian.
"siap mbak. " jawab Dian.
Pak Mamat membuka pintu.
"Assalamualaikum." sapa pak Mamat ketika masuk.
"Waalaikumsalam." jawab Dian. Sebuah ruang tamu menyambut.
"ada 2 kamar mbak, silahkan taruh barang barang dulu. "
Dian mengambil koper, dan meletakkan di dalam kamar depan.
"Masya Allah, sudah lengkap banget ini pak. " gumam Dian. Pak Mamat sudah menunggu di teras, menunggu Dian.
"iya mbak, kita kekantor dulu ya, nanti dilanjutkan beberesnya. " pinta oak Mamat.
Dian mengangguk, bergegas mengambil laptop dan tas, lalu mengunci pintu kembali. Segera naik ke mobil.
"pak, nanti mbak Dian ini akan tinggal dirumah nomer 19 ya. " kata pak Mamat.
"oh iya pak Mamat, nanti kita kenalan. " jawab pak Satpam ramah. Dian menganggukan kepala dan dibalas santun. Pak Mamat segera melajukan mobil, sambil menunjukan rute perjalanan sama Dian nanti kalau pulang kerja.
"tapi mbak Jelita dan mbak Kinan lewat sini loh kalau pergi dan pulang. "
"beneran pak? Dimana rumah mereka? "
"di ujung jalan ini, sekitar 1 km lagi, persis di depan Telkom. " jawab pak Mamat. Dian mengangguk senang. Tak lama mereka pun sampai ke kantor dan bertugas sebagaimana biasa.
Hari ini Dika ikut dengan Melati ke Belanda. Dia akan melihat sang kakak yang sudah melahirkan bayi perempuannya, sepasang sudah ponakannya sekarang. Dika mengajukan cuti seminggu saja.
"mama kok rasa rasanya sangat familiar dengan mata Dian itu ya Dik. " kata Melati, di sela sela menunggu taksi, mereka sudah sampai di Belanda, dan akan menuju ke apartement Yucia, suami Yucia, Adlan sedang bekerja, dan Yudistira tentu tak kuat menyetir di musim dingin begini. Suhu sekarang sekitar 2-5 ° C.
"mata aku kali ma. " jawab Dika asal. Mendadak Melati menatap mata Dika menelisik ke kornea mata legam itu.
"apaan sih ma, kenapa menatap begitu? " tanya Dika, menjauhkan wajahnya dari depan Melati.
"mata kamu Dik, benar..mata kamu sangat mirip dengan mata Dian, bahkan hidung kamu juga begitu tinggi, sama dengan hidung Dian, tapi versi ceweknya, asal Dian dari mana sih? " tanya Melati.
"itu taksinya ma, ayo.. " Dika melambaikan tangan pada sang sopir. Dengan cekatan sopir membantu menaikkan beberapa koper jumbo itu.
Sepanjang perjalanan menuju apartement Yucia, Dika jadi kepikiran tentang perkataan sang mama. Emang Dika merasa sangat familiar dengan mata dan hidung Dian.
"mama ingin tahu, siapa nama ibu kandung Diandra, dan darimana dia berasal. " kata Melati tiba tiba.
Dika hanya mengiyakan. Dia juga tahu masa lalu sang papa, tapi semua sudah terjadi, Melati pun sudah menerima keadaan, bahkan Yucia pun sangat antusias mendengar kabar, kalau dia punya adek perempuan, meski lain ibu.
Setiap orang pasti punya masa lalu, dan kita yang hidup dimasa depan, hanya bisa mengenang dan memperbaiki diri. Serta menjadi versi terbaik diri sendiri, tentu saja harus lebih baik lagi.
Tak lama kemudian mereka pun sampai di apartement.
sepusing2nya mereka mencari plngan pake orang suruhan😂