Kanzia Ayudia Renata, seorang gadis yang selalu mendapatkan perlakuan tidak adil dari orang orang disekitarnya karna tubuh gendutnya, bahkan ayah kandungnya sendiri terlihat lebih menyayangi kakak tirinya. Sampai akhirnya ia menjalin hubungan dengan seorang laki laki yang ia pikir mencintainya dengan tulus ternyata hanya memanfaatkan dirinya dan pergi meninggalkannya bersama kakak tirinya tepat dihari pernikahnnya.
Saat semua orang mengucilkan dirinya tiba tiba pria tidak dikenal datang dan mengajukan diri untuk menikahinya dan membantunya untuk merubah dirinya.
Yuk simak kisah Kanzia bagaimana ia merubah takdirnya dan membalaskan rasa sakitnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syafitri kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29 : Rindu
Sementara orang suruhan Abian yang diperintahkan untuk selalu mengawasi Kanzia dibuat ternganga melihat aksi Nona mudanya itu yang mampu menjatuhkan lima orang dalam waktu yang singkat.
Ia yang tadinya hendak maju untuk membantu Kanzia, langsung mengurungkan niatnya ketika melihat Kanzia yang dengan lincahnya memberikan serangan serangannya pada kelima orang tersebut.
"Apakah itu benar benar Nona Kanzia, kenapa ia terlihat sangat keren, sepertinya tuan sudah berhasil merubah Nona Kanzia," gumamnya sambil terus memperhatikan Kanzia dari jauh.
Saat ia sedang mengagumi Nona mudanya tiba tiba ia mendapatkan telpon dari Abian, tuannya itu pasti sudah tau dengan kejadian yang dialami Nona mudanya, karna itu bukanlah hal yang sulit bagi seorang Abian. Ia pun segera menjawab panggilan tersebut.
"Halo tuan,,,"
"Jaga pandangan mu jangan terlalu mengagumi istriku," ucap Abian mengingatkan orang suruhannya, seperti sudah menduga jika orang suruhannya itu sedang menatap istrinya penuh kagum.
"Maaf tuan," ia hanya bisa mengatakan kata maaf pada Abian, ia tidak mungkin mengelak karna Abian pasti tahu siapapun yang melihat aksi Kanzia pasti akan mengagumi nona mudanya itu.
"Cari tau siapa yang memerintahkan mereka dan tangkap para berandalan itu yang sudah berani berniat untuk melecehkan istriku, kali ini jangan berikan ampun pada mereka," perintah Abian terdengar dingin.
"Baik tuan," jawabnya dan panggilan pun langsung diputuskan oleh Abian.
*****
Setalah kepergian kelima orang itu Kanzia langsung menghampiri pak Muh.
"Sebaiknya kita ke rumah sakit dulu pak, biar aku yang menyetir," ucap Kanzia sambil membantu pak Muh bangun.
"Saya tidak apa apa Nona, ini hanya luka kecil kita tidak perlu ke rumah sakit," pak Muh menolak ajakan Kanzia yang ingin membawanya ke rumah sakit karena merasa tidak enak dengan Nona mudanya.
"Jangan membantahku, sebaiknya ikuti saja apa yang aku katakan," Kanzia berucap dengan tegas tanpa ingin dibantah.
Pak Muh yang melihat Kanzia mengeluarkan ekspresi dinginnya pun jadi kikuk dan mengikuti apa yang dikatakan Kanzia.
Kanzia membantu pak Muh untuk masuk ke mobil dan segera membawanya ke rumah sakit, sepanjang perjalanan Kanzia terus memikirkan siapa sebenarnya orang yang telah menyuruh orang orang itu untuk menyerangnya.
"Sebenarnya siapa yang menyuruh mereka? Apa mungkin Clara? Jika ini benar benar ulah mu tunggu saja aku pasti akan membuat perhitungan denganmu," Batin Kanzia.
Beberapa menit kemudian mobil yang dikendarai Kanzia telah sampai di depan rumah sakit, ia segera turun dan membantu pak Muh.
"Saya bisa sendiri Nona," ucap pak Muh merasa tidak enak pada Kanzia.
Ia pun membiarkan pak Muh berjalan sendiri dengan tertatih sampai ruangan pemeriksaan, setelah pak Muh selesai diobati Kanzia kembali melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah. Beruntung sekali orang orang itu tidak menggunakan senjata tajam, sepertinya mereka terlalu meremehkan Kanzia.
Setelah sampai Kanzia meminta satpam yang bekerja di rumah itu untuk membantu memapah pak Muh dan mengantarnya ke rumah belakang tempat yang dikhususkan untuk orang orang yang bekerja di rumah mewah itu, tidak lupa ia juga menyuruh bi Sofi untuk membuatkan makanan dan mengantarkannya untuk pak Muh.
Kanzia pun langsung masuk ke kamarnya dan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, ia berendam dengan air hangat untuk merilekskan tubuhnya setelah tadi ia gunakan untuk menghajar para berandalan menjijikan itu.
Setelah selesai dengan acara mandinya dan menggunakan baju tidurnya, ia kembali memeriksa ponselnya, apakah ada pesan atau panggilan tak terjawab dari suaminya, tapi Abian sama sekali tidak menghubunginya.
"Kenapa aku terus mengharapkan dia menghubungiku? sebenarnya ada apa denganku? gak mungkinkan aku mempunyai perasaan padanya?" gumam Kanzia sambil menatap layar ponselnya, berharap Abian menghubunginya.
Sepertinya ia mulai terbiasa dengan keberadaan Abian di sampingnya, ia tidak mengerti dengan perasaannya saat ini, apa ia sudah mulai mencintai Abian atau hanya sekedar rasa nyaman karena Abian selalu ada untuknya dan melindunginya.
Malam harinya
Kanzia terus membolak balikkan tubuhnya di ranjang, ia benar benar tidak bisa tidur karena terus memikirkan Abian, apa yang sedang suaminya itu lakukan diluar sana, dengan siapa ia sekarang apakah ia bersenang senang tidak seperti dirinya saat ini. Ia pun bangun lalu beranjak ke arah balkon kamarnya, ia berkali kali menghela napas, hawa dingin yang menembus kulitnya tidak ia rasakan, hatinya saat ini sedang gundah memikirkan perasaannya pada Abian.
"Apa aku sedang merindukannya? Apa aku benar benar sudah memiliki perasaan padanya, namun bagaimana dengannya, apakah ia juga merasakan hal yang sama padaku, atau hanya sekedar rasa kasihan?" gumam Kanzia sambil menatap langit malam.
"Apakah pernikahan ini akan bertahan selamanya atau hanya sementara, bahkan aku sama sekali tidak tau tentang pria yang aku nikahi, siapa keluarganya, temannya, yang aku tau hanyalah asisten Kevin yang selalu ada di sampingnya, aku harus mempersiapkan diri ku jika suatu saat Abian memintaku untuk pergi dari sisinya, bahkan untuk sekedar melihat wajahmu sebentar saja aku masih belum bisa, lalu bagaimana aku bisa mengenal siapa dirimu Abian." Gumam Kanzia yang larut dalam pikirannya sendiri.
Kanzia terus memikirkan bagaimana nasib pernikahannya dengan Abian, sementara ia sudah mulai memiliki perasaan pada suami misteriusnya itu, hati yang telah lama mati akibat penghianatan yang dilakukan Noah dan Clara perlahan lahan mulai pulih kembali karna perlakuan Abian padanya, yang membuatnya merasa disayangi dan dihargai.
Kanzia yang mulai merasakan hawa dingin menusuk kulit putihnya karna malam yang sudah semakin larut akhirnya ia pun beranjak dari sana dan menutup pintu balkon, ia kembali ke ranjangnya lalu menggulung tubuhnya dengan selimut, ia harus segera tidur karna besok ia harus bekerja jangan sampai ia telat bangun dan mendapatkan hukuman dari bos mesumnya.
*****
Sementara Abian yang baru saja selesai dengan pekerjaannya baru bisa memeriksa ponselnya dan ia baru sadar jika ternyata ia belum menghubungi Kanzia kembali.
Abian melihat jam tangannya yang ternyata sudah menunjukkan pukul 01.00, ia pun mengurungkan niatnya untuk menelpon Kanzia karna tidak ingin menggangu istirahat sang istri, jadi ia pun memutuskan untuk menghubungi Kanzia besok pagi.
Sama halnya dengan Kanzia, Abian juga belum bisa terlelap karna tidak ada Kanzia di sampingnya, biasanya ia akan menunggu Kanzia terlelap dalam tidurnya, kemudian ia akan membawanya dalam pelukannya, tapi malam ini ia tidak bisa melakukan hal itu.
"Aku benar benar merindukan mu Zia,,,," gumam Abian sambil menghela napas.
"Ternyata benar kata Dilan rindu itu memang berat, bahkan melebihi beratnya menyelesaikan tumpukkan tumpukkan dokumen di mejaku," gumam Abian mulai gak jelas.
Karna tidak bisa tidur akhirnya Abian menelpon asisten Kevin untuk datang ke kamarnya.
Kevin yang sedang menikmati tidurnya terpaksa harus terbangun karna suara telpon masuk diponselnya, ia segera menjawabnya setelah melihat nama orang yang telah menggangu waktu tidurnya.
"Halo tuan,,,," jawab kevin dengan suara seraknya.
"Kenapa lama sekali menjawab telpon ku!"
"Maaf tuan saya baru bangun,"
"Cepat datang ke kamar ku!" Perintah Abian pada asisten Kevin dan langsung mematikan sambungan telponnya.
Kevin yang mendengar perintah dari Abian pun tanpa pikir panjang langsung bergegas menuju kamar tuannya, bahkan rasa ngantuknya lenyap seketika setelah mendengar perintah Abian.
Kevin pun masuk setelah dipersilahkan oleh Abian.
"Apa ada yang harus saya kerjakan tuan?" Tanya Kevin, karna ia merasa sepertinya ada sesuatu yang penting sehingga bosnya itu menelponnya malam malam.
"Duduklah temani aku main catur," ucap Abian dengan santainya.
Kevin benar benar dibuat tercengang dengan ucapan Abian, ternyata bosnya itu menelponnya malam malam dan menggangu tidur nyenyaknya hanya untuk menemaninya main catur.
"Main catur tuan?" ucap Kevin yang masih gak habis pikir dengan bosnya itu.
"Iya, aku tidak bisa tidur tanpa istriku, jadi aku memutuskan untuk main catur makanya aku menelpon mu untuk menemaniku bermain, tidak seru kalau aku main catur sendiri," ucap Abian sambil menyusun catur di meja.
"Apa kamu keberatan?" Tanya Abian sambil menatap Kevin yang masih berdiri.
"Tidak tuan," ucap Kevin, lalu duduk di hadapan Abian.
"Astaga sepertinya tuan benar benar sudah tergila gila dengan Nona Kanzia, tapi kenapa aku yang kena imbasnya, dia yang merindukan Nona tapi aku yang harus ikutan tidak tidur nasib nasib,,,," batin Kevin yang mau tidak mau harus menemani bosnya yang sedang menahan rindu.
.
.
.
Bersambung . . . . . .
Jangan lupa dilike👍🏻
Komen dan favorit😉
...Selamat menjalankan ibadah puasa ramadhan...