NovelToon NovelToon
Dipaksa Menikahi CEO Dingin Itu

Dipaksa Menikahi CEO Dingin Itu

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: lilyxy

Dijual oleh ayah tirinya pada seorang muncikari, Lilyan Lutner dibeli oleh seorang taipan. Xander Sebastian, mencari perawan yang bisa dinikahinya dengan cepat. Bukan tanpa alasan, Xander meminta Lily untuk menjadi istrinya agar ia bisa lepas dari tuntutan sang kakek. Pernikahan yang dijalani Lily kian rumit karena perlakuan dingin Xander kepadanya. Apa pun yang Lily lakukan, menjadi serba salah di mata sang suami. Xander seakan memiliki obsesi dan dendam pribadi pada hidupnya. Bagaimanakah nasib Lily yang harus menjalani pernikahan dengan suami dinginnya? Haruskah ia bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lilyxy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Tidak lama kemudian, Dario menghubungi Lily untuk mengatakan kalau mobilnya sudah terparkir di depan pekarangan rumah gadis itu. Lily cukup takjub dengan betapa sigapnya pria itu menjangkau kediamannya.

Tanpa Lily ketahui, pria itu memang sudah ada di sana sedari tadi. Dia mengikuti perintah sang bos untuk mengikuti Lily kemanapun dia pergi, termasuk hingga ke rumahnya.

Namun, Lily tidak memikirkannya. Satu-satunya hal yang ingin dia lakukan adalah keluar dari rumah itu. Dia bahkan belum mengganti pakaiannya sedari pagi.

Sedangkan, penampilannya tampak kacau dengan sega luka di sekujur wajah dan tubuhnya. Entah sudah berapa banyak siksaan fisik yang dia terima beberapa hari ke belakang.

Bahkan tubuhnya seolah tidak bisa merasakan sakit lagi karena sudah terlalu sering mendapat perlakuan serupa. Dia hanya butuh sedikit bernafas lega saja dari segenap masalah yang menimpanya.

Sedangkan, Dario menurunkan kaca ketika Lily sudah berdiri di samping mobilnya. Pria itu tersenyum kemudian membuka pintu dari dalam untuk Lily.

"Aku Dario, Nona Lily.

Sedikit ragu karena dia memang belum pernah melihat Dario sebelumnya, Lily takut pria itu hanya akan memanfaatkannya yang memang sudah berantakan.

Lily meremat tali tas selempangnya sendiri sambil memperhatikan Dario yang tampak sopan dan ramah. Dia kemudian menarik napas dalam untuk mengusir segala keraguannya.

Lily kemudian memberanikan diri untuk duduk di sebelah asisten suami kontraknya itu. Gadis itu kemudian menunduk karena dia sangat bingung harus memulai percakapan dari mana.

Ucapan sang ayah tiri sebelumnya, walau tidak memberinya solusi yang tepat, tapi sudah membuatnya tertampar kenyataan. Ibunya memang sudah banyak berkorban sepanjang hidupnya.

Setelah kematian ayah dan kakak laki-lakinya, sang ibu lah yang banting tulang berusaha menghidupinya bersama luka menganga yang pasti masih dia simpan.

Sang ibu sudah melakukan pengorbanan yang sangat besar hanya untuk membuatnya bertahan hidup dan itu sama sekali tidak akan bisa dia balas walau dengan sejuta kebaikan.

Bahkan kalau ia berhasil mendapatkan uang untuk biaya operasi dan donor sumsum tulang belakang tersebut, itu semua tidak akan cukup untuk membalas kasih sayang ibunya.

Sedari tadi, Lily berniat menyerah pada hidupnya. Dia akan menerima bila besok dirinya dipenjarakan dan menjalani sisa hidupnya di balik jeruji besi.

Dia akan meratapi nasib di ruangan kecil yang dingin itu sambil menunggu berakhirnya ajal sang ibu yang juga pasti merasakan hancur yang sama kalau mengetahui keadaannya.

Hingga pada akhirnya, Lily hanya bisa hidup dalam penyesalan yang sangat dalam hingga akhir hayatnya. Namun, kini harus mengesampingkan segala bayangan mengerikan itu.

Lily merutuki dirinya sendiri yang begitu egois. Hanya karena tidak terima mendapat hinaan yang sebetulnya adalah fakta, dia malah bersikeras membatalkan semua perjanjian.

Padahal seharusnya, dia telan saja semuanya. Segala jenis siksaan fisik dan juga psikis yang pria itu berikan, harusnya Lily menerimanya dengan lapang dada.

Toh, dia akan mendapatkan bayaran dan bisa menyelamatkan nyawa ibunya? Bukankah itu sebanding dengan segala pengorbanan yang akan dia berikan?

"Nona," panggil Dario saat melihat Lily terdiam.

Dario sendiri sama sekali tidak tega melihat keadaan Lily yang berantakan dengan tubuh penuh luka. Namun tentu saja ia dia tidak bisa menunjukkan kepedulian secara berlebihan.

Dario ingat betul bahwa sebetulnya ada kamera pengawas di dalam mobil itu yang terhubung dengan Xander. Jadi, pria itu bisa mengawasi gerak gerik keduanya.

Lily mencoba mengumpulkan keberanian. Waktunya sama sekali tidak banyak. Dia kemudian mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Dario.

"B-begini, Dario. Sebelumnya aku ingin sedikit bercerita padamu. Aku ingin meminta pendapatmu. Tentu kamu sudah mendengar dari Tuan Sebastian kalau aku ingin membatalkan kontrak pernikahan itu.

T-tapi, sepertinya aku ingin mengurungkan niatku itu, Dario." Lily menggigit bibirnya sebelum melanjutkan. "Jujur saja aku sempat tersinggung dengan kata-katanya. Tapi setelah melihat kondisi ibuku yang benar-benar membutuhkan biaya untuk operasi dan donor sumsum tulang belakang itu...,aku berpikir untuk mengesampingkan semua kepentingan dan perasaanku sendiri." Lily kembali menatap jauh ke depan.

"Aku berpikir ... aku benar-benar membutuhkan uang itu untuk menyelamatkan nyawa ibuku, Dario. Dan tenggat besok pagi, aku benar-benar harus mendapatkan uang yang jumlahnya benar-benar jauh dari jangkauanku itu."

Lily menghela napas pelan, kemudian melanjutkan ucapannya, "Aku ingin mencoba berbicara pada Tuan Sebastian dan mengatakan bahwa aku berniat untuk melanjutkan pernikahan kontrak itu. Tapi ada sedikit kekhawatiran yang benar-benar sangat menggangguku."

"Aku sudah menamparnya dan menantangnya dengan terang-terangan. Aku juga sudah menghinanya dan mengatainya sebagai gay. Apakah menurutmu Tuan Sebastian akan mau menerimaku lagi kalau aku memintanya? aku ingin mendengar pendapatmu, Dario. Pasti kamu lebih memahami Tuanmu itu." Lily bersungguh-sungguh.

Dario terlihat mengusap dagunya dengan alis yang bertaut, tapi sesaat kemudian pria itu malah tersenyum bangga.

"Jujur aku sangat kagum denganmu, Nona. Kamu sangat berani. Menampar dan mengatai Tuan sebagai seorang gay-itu benar-benar terlihat mengesankan." Dario terkekeh geli.

"Aku yakin kamu adalah orang pertama dan satu-satunya yang berani mengucapkan kata seperti itu pada Tuan Sebastian. Tapi maaf, Nona. Aku tidak bisa menebak apakah Tuan akan menerimamu kembali atau tidak." Dario kembali serius.

"Tidak ada seorangpun yang bisa menebak jalan pikirannya. Kalau Nona ingin menemukan jawabannya, sebaiknya Nona langsung saja berbicara dengannya. Aku akan mengantarkan Nona ke kediaman Tuan Sebastian sekarang juga kalau Nona mau." Dario menawarkan.

"Semua kemungkinan bisa saja terjadi, Nona. Kenapa tidak Nona coba saja untuk menemuinya. Tidak ada salahnya mencari tahu jawabannya. Saya rasa lebih cepat akan lebih baik. Kalau memang tenggat waktu untuk mendapatkan biaya itu besok pagi, maka saran saya jangan menundanya lagi." Dario coba mendesak.

"Soal uang, berapapun jumlahnya tidak akan menjadi masalah untuk Tuan. Yang terpenting adalah, Nona bisa membuatnya setuju untuk menerima Nona kembali. Apapun syarat yang akan Tuan ajukan nanti, usahakan Nona menerimanya." Dario coba memberi ide.

"Dalam bernegosiasi seperti ini, Nona harus mengesampingkan semua idealisme Nona untuk mendapatkan kesepakatan. Usahakan Nona mengalah untuk menang. Lurus saja fokus pada garis finish Nona, yaitu mendapatkan bantuan dari Tuan. Selebihnya, cobalah untuk mengabaikan." Dario memberinya semangat.

Lily berusaha mencerna semua kata-kata Dario dengan baik. Semua yang dia katakan memang benar adanya. Dia harus mengalah untuk memenangkan negosiasi.

Dia harus mengalah dan menerima semua syarat yang akan mungkin diajukan oleh suami kontraknya tersebut, semua demi kesembuhan sang ibu.

Lily sadar, semua usahanya tidak akan mudah mengingat dirinya telah menghina Xander. Namun, untuk mengetahui apakah pria itu akan menerimanya atau tidak, maka dia harus bicara langsung.

Tidak ingin membuang waktu lagi, gadis itu pun meminta pada Dario untuk segera mengantarkannya ke kediaman Xander. Dia sudah bertekad untuk mempercepat semuanya.

"Aku mengerti, Dario. Bisakah kamu mengantarkan ku sekarang ke kediaman Tuan Sebastian? Aku ingin segera menemuinya dan berbicara padanya. Benar katamu, aku tidak bisa menundanya lagi kalau ingin menyelamatkan nyawa ibuku." Lily bertekad.

Kembali Dario mengulas senyumnya. "Tentu saja bisa, Nona. Benar-benar bisa. Aku akan segera mengantar Nona ke rumah Tuan. Saya punya firasat baik tentang ini. Entah kenapa, saya sangat yakin kalau Tuan akan menolong Nona."

Di balik maskernya, Lily mencoba untuk mengembangkan senyumnya pada pria yang telah sudi menolongnya tersebut. Tidak menunggu lama, Dario kemudian melajukan mobilnya membelah jalanan yang gelap.

Pria itu akan segera membawa gadis yang tengah duduk tenang di sisinya itu untuk pergi ke kediaman sahabat sekaligus atasan yang pasti akan sangat puas dengan hasil kerjanya tersebut.

Sepanjang perjalanan, Lily lebih banyak diam dan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dia merasa gugup karena tidak tahu harus bersikap seperti apa di hadapan Xander.

Namun satu hal yang pasti,ia berusaha keras untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Ia sedang berusaha untuk membujuk egonya agar nanti tidak terpancing dengan apapun yang akan suami kontraknya itu katakan.

Dia menekankan pada dirinya sendiri untuk jangan kalah pada perkataan atau perlakuan kejam pria itu padanya. Dia harus mampu membujuk suaminya itu agar mau melanjutkan pernikahan kontrak mereka.

Kalau dia berhasil, maka dia akan meminta sisa pembayarannya untuk membayar biaya operasi sang ibu. Setelah satu jam Lily dan Dario berkendara, mobil itu telah sampai di sebuah pelataran mansion mewah milik Xander.

"Kita sudah sampai, Nona Lily," ucap Dario.

Pelan, Lily membuka matanya setelah baru beberapa menit yang lalu jatuh tertidur karena terlalu lelah. Tubuhnya terlalu lelah yang membuatnya mengantuk tidak terkira.

"K-kita di mana, Tuan? Bukankah kita akan pergi ke rumah Tuan Sebastian? Kenapa malah datang ke istana ini?"

Lily benar-benar merasa takjub melihat bangunan yang begitu megah dengan pilar-pilar besar sebagai penyangga. Belum lagi taman berhiaskan air mancur dengan patung kuda yang berdiri kokoh di pelataran.

Rumah dengan cat putih bersih dan emas yang tampak gemerlap dengan banyaknya lampu taman. Baru pertama kali ini Lily melihat bangunan semegah ini dengan mata kepalanya sendiri.

"Ini adalah kediaman Tuan Sebastian, Nona. Di sinilah Tuan tinggal.”

**

1
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor
Reni Anjarwani
lanjut bagus sayang upnya lama doubel up thor
Leo Picisan
gk selesai cerita ny
Reni Anjarwani
lanjut thor
Seriati Purba
Biasa
Reni Anjarwani
up yg banyak thor mumpung lg anget2 nya epusodenya
Reni Anjarwani
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!