Istri Bisu Milik Sang CEO

Makan siang ceria yang dibayangkan oleh Theo dan Nia telah tergantikan dengan makan siang penuh ketegangan. Hanya ada suara sendok dan helaan napa saja, semua itu karena ada Leon disekitar mereka. Bukan di sekitar melainkan disatu meja dengan mereka, membuat orang gugup serta segan saja.

Mata Leon terus tertuju pada Moira yang sudah selesai makan, wanita itu tidak ada menatapnya sedari tadi. Tapi, disaat Theo mengajak bicara spontan Moira akan langsung tersenyum manis.

"Apa yang dikatakan David benar, jika Moira menyukai pria ganjen ini?" Leon jadi bertanya tanya sendiri, ia mengambil minum dingin miliknya menenggak sampai habis.

"Moi, aku pamit pulang lebih dulu ya.." Ucap Nia, ia merapikan penampilannya yang sedikit berantakan. "Theo, kau harus ikut denganku. Kita ad editing video sekarang juga, jangan sampai telat." Nia memaksa Theo untuk ikut bersamanya.

Theo tidak mungkin meninggalkan Moira seorang diri disini, ia ingin mengantarkan Moira pulang dahulu.

"Tidak apa, Theo. Aku pulang naik taxi online saja, tidak perlu pikirkan aku."

"Kau yakin tidak pulang bersamaku?" Theo terlihat khawatir sekali, membuat Leon sedikit kesal sebenarnya. Moira menampilkan ekspresi wajah yang sangat yakin, hingga Theo tidak akan ragu meninggalkan dirinya. "Baiklah, Tuan Leon saya pamit pulang dahulu.." Ucap Theo, ia menunduk hormat lalu pergi bersama dengan Nia tentunya.

Kepergian Theo terus mendapatkan perhatian dari Moira sampai tidak terlihat lagi. Leon kesal tentunya, ia melempar wajah Moira dengan kulit kacang yang ada dimeja miliknya.

"Katakan saja jangan banyak basa-basi, kau suka dengan pria itu?" Tanya Leon langsung saja pada intinya, menumpahkan rasa penasaran akibat perkataan David tadi.

Kantin hanya menyisakan mereka berdua saja, tidak ada satupun karyawan karna sudah mulai masuk kerja. Hal itu pastinya yang membuat Leon berani menyapa dirinya di tempat terbuka seperti ini.

"Jawab saja, aku tidak akan marah kalau kau memang suka sama pria itu. Setidaknya aku tahu niat hatimu bukan?" Leon terus melempari wajah Moira dengan kulit kacang.

Moira bangkit hingga kulit kacang lemparan Leon tidak mengenai wajahnya lagi. Ia menatap tajam pria yang merupakan suami diam-diamnya itu, seolah tidak suka dengan semua kelakuan Leon hari ini. Tangan Moira mengambil ponselnya, mengetik sesuatu disana.

"Kalaupun aku suka dengan Theo, semua itu tidak urusanmu. ingat perjanjian kita, kenapa kau selalu saja lupa dengan perjanjian yang kau buat sendiri."

Leon terkekeh membaca apa yang Moira tulis, ia ikut bangkit sembari menarik dasinya yang terasa sesak. "Kau adalah istriku, selain diluar perjanjian tugas suami harus tahu setiap rahasia istrinya. Jangan lupakan itu!" Ucap Leon dengan sangat tegas, ia mengalihkan pandangannya kearah lain karna tidak suka melihat ekspresi itu ada diwajah cantik Moira.

Seakan egois dan semaunya saja itulah Leon sekarang, sebenarnya terbuat dari apa hati pria di hadapannya ini. Dengan sangat kesal Moira mengetik di ponselnya, ia sangat emosi sebenarnya.

"Aku suka dengan Theo, menurutku... dia tipe suami yang ideal, sangat cocok denganku."

Sampai kedua mata Leon mau keluar semua karna apa yang Moira tuliskan. Ia berjalan maju mendekati Moira tapi malah wanita itu melakukan hal yang sama. Hingga mereka sekarang berada di jarak yang dekat, saling merasakan helaan napas masing-masing.

"Cocok apanya, kau bisu. Tidak ada pria yang bisa menerimamu didunia ini, mengerti?!" Leon mengejek Moira karna rasa kesal dihati atas pengakuan rasa suka Moira terhadap Theo.

Tangan Moira mendorong Leon agar menjauh, ia bicara menggunakan gerakan tangannya. "Bisa, aku akan memaksanya nanti.." Meskipun Leon tidak tahu apa yang ia katakan tapi tetap saja Moira berlalu pergi begitu saja.

Ingin sekali Leon menahan tangan Moira agar jangan pergi, masih banyak hal yang perlu diperdebatkan. Tapi, tidak mungkin ia melakukan tindakan bodoh itu. Pada akhirnya Leon membiarkan saja Moira pergi, tapi ia kesal karna fakta Moira suka dengan Theo.

"Tuan.." David datang menyusul karena Moira sudah pergi menjauh, ia dapat merasakan jika Leon dalam mode tidak mau diajak bicara.

"Dia mengakui kalau suka Theo, hanya karna Theo mau dipukul olehnya jadi dia suka dengan pria itu begitu?" Tanya Leon kepada David, ia duduk dibangku meja kantin dengan ekspresi wajah yang terlihat mengenaskan.

David sampai mengkerut dahi karna belum mengerti apa maksud yang Leon tanyakan ini. Jika memang mengikuti sikap dalam sebuah perjanjian seharusnya sikap seperti tadi tidak boleh ada didalam diri Leon.

"Tuan, karna Theo sangat tampan hal itu yang membuat Nona suka bukan hanya karna mau dipukul." David berusaha meluruskan kesalahpahaman ini.

Leon terlihat tidak perduli, ia masih kesal dan masih memikirkan dengan keras cara membalas Moira yang menyebalkan itu.

"Buatlah Moira harus bekerja disisiku besok, harus besok!" Perintah Leon tanpa berpikir panjang, menurutnya hanya membuat Moira bekerja disisinya itulah satu-satunya cara terbaik sekarang.

"Bagaimana caranya, Tuan?" Tanya David, ia benar-benar tidak tahu.

"Kalau aku tahu.. sudah pasti aku tidak akan menyuruhmu, tahu!" Leon pergi begitu saja meninggalkan David yang ternganga dengan semua tugas aneh dan mengejutkan ini.

Dengan tangan bersedekap didada David menatap kepergian Leon, pria itu terlihat sekali jika sedang kesal dan tidak suka dikalahkan oleh Moira tadi.

"Astaga, aku yakin.. pasti beberapa hari kedepan aku akan selalu repot karna Tuan jatuh cinta." David menghela napas panjang, ia berjalan lunglai kembali menuju ruangannya.

~

Moira menunggu taxi online dengan duduk di pinggir jalan, ia terus menatap kearah gedung Perusahaan Dante. Tidak pernah Moira mengira jika semakin lama Leon akan semakin menyebalkan seperti hari ini. Tiba-tiba saja Moira teringat dengan wawancara siang tadi, yang mana Leon mengatakan jika selamanya pernikahan ini akan terus disembunyikan.

"Sama halnya seperti nasibku, yang selalu saja disembunyikan. Kenapa di dunia ini tidak ada orang yang memihakku?" Moira menangis dalam diamnya, banyak hal yang menyiksa dan menekannya dalam satu waktu.

Disaat Moira tengah berperang dengan pikirannya sendiri, suara ponselnya mendapatkan pesan membuatnya sedikit terkejut. Moira menghapus air matanya lalu mengambil ponsel tersebut didalam tas. Tertera nama sang Ayah disana, untuk apa Kalvin menghubungi setelah sekian lama.

Ayah:

"Datanglah ke Mansion bersama dengan Leon, Ayah ingin melihat anak semata wayangku ini datang bersama dengan suaminya. Maukah menuruti kemauan Ayah untuk kali ini, Moi?"