[𝐄𝐥𝐝𝐡𝐨𝐫𝐚 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬#𝟏]
ON GOING!!!
Percayakah kalian dengan sesuatu yang berbau sihir?. Di Eldhora itu sudah menjadi hal yang lumrah. Namun tak hanya karena penyihirnya, ada keluarga bangsawan, ksatria, dan roh yang diberi kesempatan kedua menjadi satu dalam tempat ini
Alarice Academy. Sebuah sekolah yang menjadi tempat impian semua warga Eldhora. Cerita ini tentang Esther, seorang bangsawan yang memiliki takdir luar biasa
Bersama dengan anak-anak dari asrama lain, mereka diberi tugas untuk menyelesaikan apa yang belum terselesaikan di masa lalu
Apakah mereka mampu mengalahkan kegelapan yang telah lama terkunci, ataukah nasib Eldhora akan terjebak dalam lingkaran tak berujung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FILIA_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 22
...𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈 𝙱𝚈 @𝙴𝙲𝙻𝙸𝙿𝚂𝚅𝙴𝙽𝚄𝙴...
...•...
...*•.¸♡ HAPPY READING ♡¸.•*...
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
"Selamat pagi adik-adik semuanya!. Wah kalian terlihat bersemangat ya!. Apa tidur kalian nyenyak?!" seru Aaron bersemangat. Ada yang menjawab dengan anggukan dan gelengan dengan wajah yang masih mengantuk
Aaron tersenyum dan mengatakan kalau hari ini mereka akan bermain
"Permainannya mudah!. Kalian bagi menjadi kelompok empat orang diisi dua perempuan dan dua laki-laki terserah dari asrama manapun, tugas kalian ialah mengelilingi Mythical Anthem dan menemukan gulungan-gulungan lama yang sudah ditaruh kakak pembina di tempat-tempat tersembunyi. Selama di perjalanan kalian bisa melihat-lihat hewan disini atau memberi makan, tapi tim yang bisa kembali membawa dua gulungan dengan warna berbeda sebelum matahari terbenam maka akan mendapat hadiah spesial!"
Seluruh murid dengan cepat mencari timnya
"Kita kelebihan dua nih," celetuk Renji
"Lynette tidak boleh ikut, dia harus disini bersama para guru karena terlalu berbahaya untuknya." Sabrina tiba-tiba datang dan langsung mengajak Lynette bergabung dengan para guru
"Kalau begitu Esther-."
"Kalian pergilah berempat, aku akan cari tim yang lain." Esther beranjak mendekati Alarion yang dari tadi melamun di kursinya
"Hey!" Alarion tersentak
"Kenapa melamun begitu?. Yang lain sudah dapat tim lho."
"T-tim apa?" Alarion menatap sekeliling kebingungan
"Dasar, kau tak mendengarkan tadi ya. Ini waktunya bermain!. Aku juga belum dapat tim sih, mau sama-sama?" ucap Esther yang mendapat anggukan
"Boleh kami bergabung?" Mereka berdua menengok. Alarion sontak menyipitkan matanya tak suka pada Benjamin yang selalu tersenyum misterius
"Eliza?. Lama tak melihatmu."
"Yahh, ayahku sakit-sakitan jadi aku harus pulang dulu kemarin. Tau-tau keadaan akademi jadi berubah, aku sebenarnya mau minta maaf karena perkataanku sebulan lalu." Esther tersenyum kemudian meraih tangan Eliza
"Tidak masalah!. Sekarang kan keadaannya sudah berubah. Nah karena kita satu tim ayo berangkat sekarang, aku juga mau dapat hadiah spesial itu." Eliza terkekeh melihat Esther yang menggebu-gebu
"Tapi kita harus kemana?. Bukannya kita bisa tersesat ya."
Fiuuu~ fii~ fiuuu~
"Ke utara, ayo!" Alarion ingin menahan tapi tidak jadi
Mereka berempat akhirnya pergi ke arah utara dengan para gadis yang bercanda gurau sementara kedua laki-laki di belakang itu tidak saling menegur
Dibandingkan ketiga temannya yang lain, Alarion paling tidak nyaman dengan Benjamin. Walau diluar dia adalah seorang laki-laki humoris yang suka bercanda, tak ada yang tahu ada maksud apa dibalik senyuman menghanyutkan Benjamin
"Oh kalian pakai gelang ini dulu!" Kakak pembina datang dan memasangkan gelang kertas pada tangan mereka
"Untuk apa ini?" tanya Benjamin
"Supaya kami tau lokasi kalian. Nah kalian adalah tim A7, jalan dengan hati-hati ya." Keempat anak itu berterimakasih kemudian pergi
"Wahh anak-anak itu sopan ya."
"Iya. Tapi aku khawatir karena tak ada yang bisa menggunakan sihir diantara mereka. Perjalanan disini tak akan mudah."
"Hmm, kau belum dengar ya. Katanya anak-anak dari asrama selain Novare pun sudah bisa menggunakan sihir lewat pikiran mereka. Kau tak perlu khawatir begitu."
Tapi tidak sesuai ucapan kakak pembina, mereka berempat mendapat kesialan saat baru saja memasuki hutan. Entah itu dikejar rusa dan dikerjai hewan-hewan disana, sampai jatuh ke jurang dangkal
"Aduh pinggangku!. Hutan ini tak seindah yang ku kira ternyata!" seru Eliza kesal
"Hey ada yang tau caranya kembali ke atas?" ucap Benjamin. Esther memperbaiki seragamnya tapi kemudian dia menyadari seekor berang-berang yang menatapnya dengan mata bulat
"Wah lucunya~." Mereka bertiga menengok
"Esther jangan pegang!" Eliza untungnya berhasil menarik Esther ketika berang-berang itu mengeluarkan kuku-kuku tajam dan panjang yang bisa saja merobek tangannya
"T-tak jadi lucu."
"Itu Begimott, berang-berang monster. Tunggu monster?. Teman-teman, apa kita … masuk ke Nightluxe?" ujar Eliza dengan tubuh membeku
"Apa itu Nightluxe?"
"Nightluxe itu singkatan dari Nightmare (mimpi buruk) dan lux (cahaya), disini adalah tempat dimana para monster tinggal. Kuharap ini semua tidak benar." Eliza menarik nafas dalam-dalam mencoba untuk tidak panik
"Kita harus pergi dengan perlahan, Esther keluarkan rantai mu," ucap Alarion
Yang menarik perhatian Esther ialah angin-angin itu yang mencoba mengatakan kalau dirinya harus masuk
"Apa kau … pernah meragukan kekuatan alam?" Perkataan ambigu Esther membuat ketiga temannya bingung
Begimott itu menunjukkan wujud mengerikannya dan maju untuk menyerang. Melihat itu, Esther mengangkat cincinnya dengan wajah datar. Cahaya emas itu membutakan si Begimott hingga akhirnya dia berhenti dan memilih untuk kabur
"Kita harus masuk. Aku yakin ada gulungan disini," tutur Esther yakin
"Tapi kalau dipikir pakai logika, kakak-kakak pembina itu tak akan mau menyusahkan diri untuk menaruh gulungan di tempat mengerikan ini." Eliza mengangguk setuju pada ucapan Benjamin
"Tunggu dulu." Perhatian mereka bertiga teralihkan pada Alarion yang tiba-tiba menendang pohon di dekatnya dan sesuatu terjatuh
Setelah membuka bungkus dedaunan itu, terlihatlah sebuah gulungan berwarna biru disana
"Ini gulungan sihir air. Ucapan Esther benar, bisa saja mereka menaruhnya disini. Ayo kita lanjutkan!" seru Eliza menggebu-gebu
"AYO!" Alarion langsung menutup mulut Esther karena suara teriakannya menggema di seluruh hutan itu, tak lama disusul suara auman dari kejauhan
"Bodoh, ini tempat berbahaya." Esther cengengesan
Mereka berempat dengan sangat perlahan memasuki hutan itu. Ada yang aneh. Berbanding terbalik dengan Mythical Anthem yang penuh dengan sihir ajaib, hutan yang diisi makhluk-makhluk berbahaya ini sama sekali tak memiliki cahaya
"Kalian, lihat ini." Benjamin memanggil ketiga temannya
Mereka terdiam melihat tumbuhan disana yang ketika disentuh langsung berubah menjadi abu. Esther seperti pernah melihat itu sebelumnya
'Morrathiel…'
"KYAKK!!"
Semuanya terkejut saat kawanan burung gagak itu terbang melewati mereka karena mendengar suara jeritan kesakitan itu
Esther secara naluri langsung berlari ke arah suara itu berasal, ketika sampai dia melihat seekor rusa mengerikan, dia hanya memiliki mulut bagian atas dan tanduk di dahi
"A-aku mau muntah rasanya." Eliza langsung menjauh
Rusa itu menatap dengan tatapan meminta tolong karena kakinya terjepit batu besar disana, lambat laun mereka mendengar suara auman hewan buas
"Kita harus cepat mengeluarkannya. Golden Bind!" Rantai-rantai emas itu mengikat batu dan juga pepohonan disana
"Semuanya ayo tarik!" Eliza kembali dan mereka berempat mencoba menarik batu itu sekuat tenaga
Tapi kekhawatiran semakin menjadi ketika makhluk predator datang. Seekor laba-laba yang memiliki delapan kaki tapi bentuknya besar dan punya ekor kalajengking
"Itu tidak mungkin kan?!" seru Eliza yang paling takut dengan serangga
"Terlambat. Kita harus mengalihkan perhatian monster itu, atau kalau memungkinkan, membunuhnya." Mereka bertiga terdiam mendengar ucapan Esther
"T-tapi aku tidak punya apa-apa!. Aku akan mendorong batu ini saja," kata Eliza
Esther mengangguk dan mengeluarkan cahayanya membuat monster itu menjerit, tapi kemudian cahaya itu berangsur-angsur menghilang
"A-apa yang terjadi?"
"Kau hanya bisa mengeluarkan satu sihir karena energimu terbatas. Tidak apa tuan putri, aku akan melindungimu!" Benjamin maju dengan Gladius miliknya walau sebenarnya dia ketakutan
"Aku lebih memilih cara untuk lari, masih ada cara untuk mencari gulungan itu," ucap Alarion. Esther menatap kesal
"Dan meninggalkan makhluk malang ini?!. Alan kau itu pangeran yang kelak akan menjadi raja!. Biar monster sekalipun, selama mereka meminta pertolongan akan ku bantu seribu kali lipat."
Semuanya terdiam
"Benjamin kau tetaplah di belakang, kalau kau takut yang ada percuma. Pinjam Gladius mu ya." Benjamin mengangguk kikuk kemudian mundur di sebelah Eliza
"Tapi Esther, kau hanya bisa menggunakan satu sihir." Esther mengangguk paham dan menutup matanya, dia mengumpulkan sihir cahayanya pada Gladius itu tanpa harus menghilangkan sihir rantai sebelumnya
"Tidak tidak, kau tak boleh membunuhnya."
Semuanya terkejut. Esther menghentikan perbuatannya dan menatap sekeliling dengan waspada. Sampai mereka tidak sadar ada seorang wanita bermata rubah yang berada di sebelah monster itu
"Blackie ku yang malang. Apa kau baik'saja?"
"Siapa kau?!" seru Esther. Wanita itu melirik dan dalam sekejap langsung berada di hadapan mereka
Alarion menarik Esther mundur ke belakangnya lalu menodongkan Gladius tadi
"Alan…" gumam Esther
"Hmm, menarik. Melihat seragam kalian sepertinya kalian dari akademi ya. Ah apa kalian tidak mengenalku?"
Mereka berempat saling tatap bingung. Esther menyadari angin-angin disana yang memutari wanita itu mengatakan kalau dialah yang harus ia cari
"Apa kau … sang pesohor dunia sihir, Ivory?"
...T͇O͇ ͇B͇E͇ ͇C͇O͇N͇T͇I͇N͇U͇E͇>͇>͇>͇...