Hari itu adalah hari yang cerah tapi mendung, dengan matahari yang bersinar di antara awan. Pagi itu embun dingin panas menempel di daun-daun hijau. Hani dari kejauhan melepaskan kepergian saudara laki-lakinya ke tempat peristirahatan terakhir.
Hani dianggap gadis pembawa sial oleh keluarganya. Pria yang dekat dengan Hani, akan mati. Sepupu dan Kakak kandungnya adalah korbannya.
Apakah Hani adalah gadis pembawa sial?
Mengapa setiap pria yang dekat dengannya selalu saja dekat dengan kematian?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Aresh
"Tunangan?" Hani, Revaz, Zavian dan Aresh berbarengan menatap Valdi.
"Iya, sebelum kami mengalami kecelakaan kami sudah tunangan," jawab Valdi tegas.
"Hani, apa benar yang dia katakan?" Aresh menarik tangan Hani.
"Maaf Kak, sakit!" teriak Hani.
Aresh dan Valdi melepaskan pegangan mereka. Hani duduk kembali disusul Aresh dan Valdi. Hani bingung apa benar yang dikatakan Valdi bahwa mereka bertunangan. Hani tidak bisa mengingat apapun. Hani bisa saja ditipu oleh Valdi. Hani menatap Revaz dan Zavian yang berdiri di sana.
Revaz menangkap kebingungan Hani. Revaz hanya bisa tersenyum. Rencana Revaz untuk lebih dekat dengan Hani kayaknya tidak akan terwujud. Valdi tiba-tiba menemukan mereka. Revaz sebelumnya berencana tinggal di mess perusahaan agar lebih dekat dengan Hani. Dan menjadikan Hani sebagai asistennya. Revaz dari kejauhan memberi kode kepada Hani bahwa semua aman terkendali.
Valdi dan Aresh saling bertatapan. Valdi sangat yakin Aresh menaruh hati pada Hani. Valdi memperhatikan Aresh. Wajah Aresh seperti tidak asing baginya.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Valdi.
"Tidak pernah," jawab Aresh.
Valdi ingat pria misterius yang baru saja mengirimkan SMS kepada Hani. Valdi sangat yakin itu seorang pria karena dia cemburu pada Hani. Baju kaos yang dipakai Aresh berwarna biru dan kue yang ada di atas meja bukan black forest. Bearti dia tidak ada di sini.
Valdi mengambil ponsel dan melakukan panggilan video kepada Om Zaki. Zaki yang ada di Kota C sangat bahagia dan bersyukur karena Hani sudah ditemukan. Tanpa diduga Aresh juga menyapa Om Zaki. Om Zaki terlihat senang melihatnya. Karena setelah meninggalnya Dani, Aresh lama tidak berkunjung lagi ke rumah.
Walaupun Aresh adalah sahabat Dani, Om Zaki lebih mempercayakan Valdi untuk menjaga Hani di Kota B. Karena Om Zaki sekarang kembali bekerja di perusahaannya sebagai CEO. Om Zaki belum bisa ke Kota B. Karena banyak urusan perusahaan yang harus dia selesaikan.
"Hani, sudah jelaskan. Om Zaki, Papamu, menyerahkan kamu kepadaku. Ayo kita pulang," Valdi berdiri dan menghampiri Revaz yang sedang ngobrol dengan Zavian dan juga Fadil.
"Kak Revaz, aku tunggu penjelasan dari Kakak secepatnya," Revaz hanya mengangguk. Valdi kembali ke meja Hani.
"Maaf Kak Aresh, senang bertemu Kakak. Terima kasih kuenya. Sampai jumpa lagi," Hani berdiri dari tempat duduknya.
"Tunggu sebentar, minta nomor kontak kamu," Aresh menyerahkan ponselnya kepada Hani.
"Nomornya sama seperti yang dulu, ayo Hani," Valdi menggandeng tangan Hani.
Tergambar kekecewaan di wajah Aresh. Dia dengan kuat mengepalkan tangannya. "Berengsek kamu Valdi. Kamu orang baru, gue yang lebih tau bagaimana Hani. Lihat saja nanti siapa yang akan dipilih Hani," gumam Aresh.
Hani melambaikan tangannya kepada Aresh. Hani juga berterima kasih kepada Revaz dan juga Zavian karena sudah menolongnya. Revaz, Zavian tidak bisa ikut ke Kota B karena mereka bekerja di persimpangan Kota B. Mereka melepas kepulangan Hani, Valdi dan Fadil.
"Tunggu sebentar, Fadil menepi sebentar di jalan itu," tunjuk Valdi.
Mobil mereka berhenti, Valdi mengambil ponselnya.
"Hani, ini adalah ponsel lama kamu. Dan kamu sering mendapatkan SMS dari nomor yang tidak dikenal. Dan yang anehnya, kamu bisa membalas SMS yang dikirim olehnya,"
"SMS apa?" tanya Hani.
"SMS ancaman. Dan sekarang dia kembali mengirimkan SMS. Coba kamu baca,"
Hani membaca SMS yang baru saja masuk di dalam kotak pesannya.
'Hani, sampai kapanpun kamu tidak akan pernah bahagia dengan pria manapun'.
"Apa aku dulu orang jahat? Kok aku bisa dapat SMS ancaman?"
"Hani, entah kenapa aku mencurigai yang namanya Aresh. Apakah tadi ada orang yang ingin memberikanmu kue black forest?" tanya Valdi.
"Ada, Kak Aresh bilang dia ingin memberikan ku kue black forest, tapi karena habis dia membelikan ku rainbow cake."
"Pasti dia yang sudah meneror mu selama ini."
Hani juga membaca SMS yang sebelumnya dikirim. Matanya membulat, sungguh hidup Hani terasa terancam. Valdi bertanya apa yang terjadi kepada Hani setelah kecelakaan. Hani tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya kepada dirinya. Yang jelas setelah Hani membuka mata dia sudah berada di rumah sakit.
Saat itu kepalanya di perban kaki, tangan dan lehernya memakai gips. Dan di rumah sakit dia bertemu dengan Emran dan Fani. Semua biaya rumah sakit Emran yang bayar.
"Fani? Apa yang dia lakukan di rumah sakit? Mengapa dia tidak memberitahu keberadaanmu kepada Om Zaki?"
"Kak Fani bilang, teman yang semobil denganku meninggal dunia. Itu semua karena kesialan ku. Aku harus meninggalkan keluarga agar mereka tidak celaka. Karena orang tua ku akan malu mempunyai anak sial seperti ku."
"Hani, orang yang kecelakaan saat bersamamu pada malam itu adalah aku. Dan Aku masih hidup. Jangan dengarkan Fani. Fani itu saudara kandungmu tapi dia menganggap mu sebagai musuh. Karena menurut dia, gara-gara kesialan kamu, pertunangannya kandas."
Hati Hani sakit mendengarnya. Mengapa Fani berbohong kepadanya. Apakah ini adalah siasat Fani untuk membalas dendam padanya. Kepala Hani sakit. Hani memejamkan matanya.
"Fadil, ke rumah Risa!" Valdi memberikan perintah.
Fadil masuk ke dalam pekarangan rumah yang luas. Risa sepupu Valdi menyambut kedatangan mereka. Valdi mengenalkan Risa kepada Hani. Mereka masuk ke dalam rumah.
Risa menyuguhkan makanan ringan dan minuman. Risa kemudian masuk ke dalam kamarnya. Tidak berapa lama, Risa keluar dari kamarnya dengan membawa sebuah amplop putih dan memberikannya kepada Valdi.
Valdi mengambil dan membuka amplop putih itu. Isinya informasi tentang Arash. Hani mengambil foto Arash. Hani memperhatikan foto itu.
"Kok wajahnya mirip dengan Kak Aresh ya," kata Hani.
Valdi juga ikut memerhatikan dan ternyata memang benar apa yang dikatakan Hani, Arash dan Aresh ada kemiripan.
Beberapa waktu yang lalu, Risa berkunjung ke rumah keluarga Arash. Risa masuk ke dalam kamar Arash. Ternyata isinya banyak foto-foto Hani. Risa bertanya kepada mamanya Arash siapa perempuan yang menghiasi kamar Arash. Beliau bilang, Arash sangat tergila-gila pada perempuan itu.
Mama Arash memintanya untuk membawa Hani berkunjung ke rumah. Entah apa yang sebenarnya terjadi, Arash pulang ke rumah tidak dengan Hani. Arash pulang dalam keadaan marah. Arash juga bertengkar hebat dengan adiknya. Setelah hari itu Arash tidak pulang ke rumah dan beberapa hari kemudian ada berita tentang meninggalnya Arash dengan kondisi yang begitu memprihatinkan.
"Apa kamu punya foto Adiknya Arash?" tanya Valdi.
"Ini dia," Risa menunjuk ke salah satu foto yang ada di atas meja.
"Benar ini dia, Aresh. Hani aku yakin yang selama ini telah meneror kamu adalah Aresh," ujar Valdi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...