Kisah ini terinspirasi dari kisah hidup seseorang, meski tidak sama persis namun mewakili bagaimana alur hidup beberapa wanita, bagaiman dia bermimpi memiliki rumah tangga yang indah, namun pada kenyataannya semua tak semulus harapannya.
pernikahan yang indah adalah impian semua wanita, menikah dengan orang yang bisa memahami dan selalu bisa menjadi pundak baginya adalah impian, namun tak pernah Alifa sangka selama menjalani pernikahan dengan Aby kata indah nyaris terburai dan hambar semakin harinya, apalagi tinggal bersama mertua yang tak pernah bersyukur akan hadirnya. Alifa semakin lelah dan nyaris menyerah akan di bawa kemana biduk rumah tanganya??? salahkan jika perasaan itu terkikis oleh rasa lelah???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam tahun baru
"Pak Bu, kami datang kemari untuk memohon maaf atas ketidaknyamanan hubungan anak-anak kita." Ucap Pak Iman.
"Saya mewakili seluruh keluarga kami untuk memohon maaf atas sikap kami selama ini, jika ternyata telah membuat Nak Alifa tak nyaman tinggal di rumah kami." Lanjut Pak Iman.
Sementara Bu Ina dan Aby hanya diam menundukkan kepalanya, Aby sudah menyerah berusaha membujuk Alifa sendirian sehingga meminta bantuan Bapaknya untuk berbicara dengan Alifa dan keluarga.
Bu Ina menahan betul-betul lisannya karena sedari di rumah sudah banyak mendapat wejangan oleh Pak Iman agar diam dan mengucap maaf saja tak perlu yang lain.
Dari kubu Alifa masih diam menyimak, Bu Ira menggenggam tangan Alifa yang dingin, sejujurnya Alifa takut jika Ayahnya melepaskan dirinya kembali ke rumah itu, tamparan di pipi waktu itu membuat Alifa tak ingin tinggal bersama Aby dan keluarganya.
"Kami maklumi Pak, Bu nak Aby, rumah tangga memang tidak akan semakin dewasa jika tanpa bumbu-bumbu rumah tangga." Sahut Pak Iman.
"Namun sejujurnya, kami kecewa ternyata selama ini putri yang kami besarkan dengan kasih sayang, yang kami berikan dengan tulus sebagai istri nak Aby justru di perlakuan tidak semestinya." Lanjut Pak Ardi.
"Bahkan kami tak pernah bersikap kasar kepadanya, namun kemarin Nak aby dengan teganya melabuhkan tamparan pada wajahnya." Sahut Bu Ira pelan namun cukup tajam menusuk perasaan Aby yang semakin merasa bersalah.
"Jika kedatangan anda meminta putri kami kembali ke rumah anda, mohon maaf, kami tidak bisa melepaskannya." Lanjut Pak Ardi.
"Tapi Pak, mereka sudah dewasa dan sudah berhak memutuskan rumah tangganya masing-masing." Sahut Pak Iman berusaha sabar.
"Kami paham betul itu, namun apakah anda berani menjamin putra anda tidak berlaku kasar lagi??? Dan apakah istri anda bisa bersikap baik padanya??" Jawab Bu Ira dan lanjut bertanya pada Aby juga ibunya.
Pak Iman terdiam lalu menatap pada istri dan anaknya bergantian berharap mereka berdua mampu menjawab dengan yakin dan sungguh-sungguh.
"Maaf Bu, Pak dan Alifa, jujur kemarin saya begitu emosi karena Alifa berkata keras dan meminta cerai."
"Saya tak bisa menahan diri, saya menyesal, sangat-sangat menyesal, saya berjanji hal itu tak akan terulang kembali." Kata Aby penuh penyesalan.
Alifa berkaca-kaca, ingin menangis rasanya jujur hatinya juga merasa begitu sedih mengapa rumah tangganya menjadi seperti saat ini.
"Alifa, Ibu minta maaf. Ibu juga akan berusaha bersikap lebih baik lagi." Ucap Bu Ina berat sambil menundukkan kepalanya, jujur hatinya masih belum rela jika harus bersikap begini rendah terhadap Alifa, bagimana pun juga dirinya lebih tua dibandingkan Alifa pikir Bu Ina di tempatnya.
"Jadi bagaimana Alifa?" Tanya Pak Ardi pada putrinya.
Alifa menggenggam kuat tangan ibunya, lalu menghela nafasnya berat, "Maaf juga, Alifa belum siap kembali, Alifa tetap ingin tinggal di sini, jika itu memberatkan saya kembalikan pada Mas aby, ingin lanjut dalam rumah tangga ini atau menyudahinya." Jawab Alifa membuat semua orang bernafas berat terutama Aby dan keluarganya.
"Baik, sampai lahiran kamu bisa tinggal di sini, tapi mas mohon jangan mengucap permintaan itu lagi, Demi Allah saya tidak pernah sedikit pun menghendaki perceraian." Sahut Aby berat.
Akhirnya keluarga Aby pun menyetujui meski dengan berat hati, terutama Bu Ina meski dalam hati dirinya masih tidak bisa terimakasih jika anaknya harus berjauhan dengan istrinya, namun karena tak di ijinkan menjawab lagi oleh tatapan suaminya Bu Ina pun menahan diri.
***
Malam Hari.
Di kamar, malam ini Aby tinggal di rumah Alifa kebetulan hari ini hari libur karena tahun baru, Aby memeluk Shasa yang tertidur memeluk bonekanya sementara Alifa berbaring terpisah Shasa dan boneka juga guling.
Aby merasa Alifa masih menjaga diri dari berdekatan dengan dirinya, sepertinya ada rasa trauma yang masih tersisa akibat tangannya kemarin.
"Terimakasih Dek, sudah memberi kesempatan untuk mas mempertahankan rumah tangga ini." Ucap Aby yang hanya di angguki oleh Alifa tanpa bersuara.
Tahun baru kali ini terasa begitu berbeda, jika dulu ramai karena kumpul seluruh keluarga namun kali ini tidak, sepi dan hambar rasanya.
"Dek, kamu mau pergi ke suatu tempat tidak?? malam ini tahun baru loh, melihat kembang api mungkin." Kata Aby menatap Alifa yang memejamkan matanya.
Alifa menggelengkan kepalanya, baginya tak ada yang istimewa di tahun baru ini, hidupnya justru banyak ujian di akhir tahunnya, Alifa hanya ingin bahagia itu saja harapannya.
Alifa bangkit lalu membuka jendela kamarnya lalu tak lama kemudian dari arah jauh terdengar bunyi petasan keras setelah itu muncul banyak sekali kembang Api yang indah di langit yang gelap itu.
Aby menyusul lalu memeluk Alifa dari belakang, rindu pada tubuh yang sudah lama sekali tidak mau di dekap itu.
"Aku rindu, rindu sekali pada dirimu yang dulu dek." Kata Aby parau.
Alifa diam, jujur dirinya juga rindu pada Aby yang dulu begitu lembut, perhatian dan sayang pada dirinya namun itu dulu saat sebelum memiliki anak dan tinggal bersama dengan mertuanya.
"Aku minta maaf sayang." Ucap Aby masih parau dengan posisi memeluk Alifa dari belakang.
"Mas janji, tak akan mengulanginya lagi." Aby balik tubuh Alifa dan membelai pipi istrinya lembut.
Alifa diam menatap mata suaminya dalam, "Aku tak perlu kau janji Mas, aku hanya butuh bukti." Batin Alifa lalu menatap luar mengalihkan sakit hati tiap melihat wajah suaminya.
Aby membuang nafasnya, jujur perasaannya masih sedih saat memeluk tubuh Alifa namun tak melihat kenyamanan dari tubuh istrinya, Aby taku Alifa terbiasa tanpa pelukan darinya dan akan semakin mudah menjauh dari dirinya.
Aby semakin takut jika Alifa tak lagi butuh keberadaannya, Aby takut Alifa terlalu nyaman dengan perasaannya yang jauh dari dirinya.
Aby tak ingin perasaan itu semakin terkikis dari hati istrinya, karena tak mudah dulu menumbuhkan perasaan itu saat meminangnya.
"Jangan diam terus mas takut." Ucap Aby semakin parau dan sudut di matanya pun tak terbendung.
Alifa tersenyum tipis meski itu hanya caranya menutup luka yang belum sepenuhnya kering, "Sudah malam mari kita tidur. " Ucap Alifa lalu menutup jendela dan beranjak kembali ke ranjang.
"Maaf, aku butuh waktu untuk mengobati perasaanku sendiri, aku sudah mulai terbiasa tanpa Mas Aby. " Ucap Alifa jujur.
Aby merasa nyeri dadanya saat mendengar Alifa berkata begitu yang dia takutkan ternyata sudah mulai terjadi pada istrinya.
"Maaf... " Hanya suara itu yang kini bisa Aby keluarkan.
Keduanya pun tidur dengan perasaan masing-masing, lebih tepatnya terpejam namun pikiran dan hati sama sekali tak bisa tidur.
***
Up lagi, jangan lupa jejaknya🙏🙏🙏🥰
biar nyahok ibuk mertua yg oneng itu