PERFECT ACCIDENT

***

Dibawah guyuran air shower, dengan perlahan Atlas memainkan ciumannya. Perlahan namun pasti Atlas terus menahan tekuk milik Grace. Pria itu bahkan semakin memperdalam ciumannya. Grace yang semula melawan pun lambat laun terdiam. Bukan, bukan karena menerima. Dia terdiam karena dia syok dengan ciuman yang dilakukan oleh Atlas ini.

Kedua tangan Grace bertumpu ke belakang. Guyuran air shower sejak tadi terus mengguyur menerpa mereka berdua. Bahkan sebagian tubuh Grace juga sudah basah. Cukup lama Atlas melakukan ciumannya, sampai akhirnya ia melepaskan ciuman tersebut dan diam menatap ke arah Grace.

Nafas keduanya tersenggal-senggal. Tapi yang paling nampak hanya Grace. Atlas masih bisa menahan dirinya dan mengontrol nafasnya tersebut. Tangan Atlas naik lalu menangkup pipi Grace dengan satu tangannya. Sampai tiba-tiba tangan itu mencengkram rahangnya dengan cukup kuat. Tatapan Atlas juga berubah jadi dingin.

"Jangan harap aku akan menyukai mu," ucapnya pelan.

Setelah itu, Atlas menghempaskan Grace dengan cukup kasar sampai-sampai tubuh gadis itu terhuyung ke samping. Pria itu langsung pergi meninggalkan Grace setelah membuatnya terjatuh. Grace sendiri hanya mengaduh pelan. Ia duduk bersimpuh dibawah guyuran shower.

"Siapa juga yang minta dia suka sama gue. Gak ada anj- ngeselin banget sumpah!" rutuk Grace kesal.

Dengan sisa tenaga yang ia punya, Grace bangkit dari duduknya dan segera mandi. Awalnya dia enggan mandi dan hanya akan mencuci muka saja. Tapi siapa sangka, dia malah harus mandi. Sialnya lagi, bajunya juga basah. Semua ini karena pria badjngn itu!

Sekitar lima belas menit Grace mandi, akhirnya ia selesai. Grace segera mengenakan bathrobe yang ada disana dan berjalan keluar kamar mandi. Langkah kakinya menuju ke walk in closet. Disana dia mencari hair dryer untuk mengeringkan pakaiannya supaya bisa digunakan lagi. Agak susah memang, tapi apa boleh buat.

Saat sedang sibuk mengeringkan pakaian, tiba-tiba ia mendengar pintu kamarnya diketuk. Grace pun dengan cepat pergi kesana. Tidak peduli dengan keberadaan Atlas, karena ia tahu pria itu tidak mungkin ada disini kan? Dia pasti sudah keluar.

"Maaf, nona. Saya diminta nyonya besar mengantarkan pakaian ganti untuk anda," ucap seorang pelayan.

"Ah, terima kasih."

"Sama-sama, nona. Anda sudah ditunggu di ruang makan sebelah barat oleh tuan dan nyonya. Tuan muda juga sudah ada disana."

Grace mengangguk cepat dan segera menutup pintu di depannya dan segera bersiap kembali. Untungnya ada baju ganti, jadi dia tinggal mengeringkan underwearnya saja. Sekitar sepuluh menit bersiap, ia pun selesai. Grace segera keluar kamar, ternyata disana masih ada pelayan tadi. Dia diperintahkan untuk mengantar Grace ke ruang makan sebelah barat. Yang letaknya entah dimana, untung ada pelayan ini. Jadi Grace bisa segera sampai disana.

"Morning," sapa Grace dengan ramah.

"Morning, sweety. Kemarilah, aku sudah meminta orang dapur untuk membuatkan makanan yang banyak hari ini. Kamu pasti kelelahan kan?" tanya Arsy.

Grace terdiam sejenak, ia mencoba mencerna ucapan Ny. Collin ini.

"Kamu mau makan apa? Biar mom siapkan," ucapnya lagi.

"Terima kasih. Tapi tidak perlu repot, aku jarang makan pagi," ucap Grace dengan nada lembut.

"Loh, serius?"

Grace menganggukan kepalanya. Ia pun mengambil air putih yang ada di depannya dan meminumnya. Meskipun Grace mengatakan jika dia jarang makan pagi, Arsy tetap menyajikan pancake di depannya.

"Pagi kali ini berbeda dengan pagi biasanya, sweety. Makan ya? Mom takut kamu sakit," ucap Arsy dengan sangat lembut sekali.

Sedangkan Atlas, dia hanya diam memperhatikan interaksi kedua wanita ini. Apa ibunya benar-benar langsung menerima gadis ini? Kenapa secepat itu??

"Atlas terlalu memaksa kamu ya? Lutut kamu sampai lebam, nak. Maafkan dia ya?"

Bukan hanya Grace yang mengernyit, Atlas pun sama mengernyitnya mendengar ucapan ibunya. Semalam mereka hanya tidur dan tidak melakukan apa-apa. Lalu apa maksud ucapan ibunya itu?

"Mad, tolong ambilkan kotak p3k."

"Baik nyonya."

"Aku baik-baik saja. Ini hanya lebam biasa, nanti juga sembuh."

"Tidak, nak. Itu harus diobati."

"Apa perlu sampai seperti itu, son? Kasihan calon mu itu."

"Dad, aku tidak sengaja melakukannya."

"Harusnya kau lebih perhatian pada calon mu ini, Atlas. Mom tidak suka melihatnya seperti ini apalagi karena kamu. Awas saja jika terjadi lagi, mom tidak akan membiarkannya begitu saja."

Astaga, Atlas ini anak kandungnya. Tapi kenapa yang dibela sekarang adalah Grace? Menyebalkan.

***

Setelah kejadian di rumah keluarga Collin kemarin, Grace belum bertemu lagi dengan Atlas. Dia juga tidak masuk kerja selama beberapa hari ini. Bukan tanpa alasan, dia sengaja tidak masuk karena memang enggan bertemu dengan Atlas. Apalagi setelah kejadian di kamar mandi kemarin, Grace benar-benar tidak akan memaafkan pria itu.

Demi mengisi kekosongan harinya yang tentu sangat gabut itu, Grace mengerjakan beberapa pekerjaan yang diberikan oleh Jill. Sebenarnya ini juga termasuk hukuman untuknya, karena ternyata beliau mengetahui masalah kemarin. Dia juga ternyata membuat perusahaan Marvin merugi dengan cukup besar. Seharusnya Grace sudah tahu sejak awal, beliau tidak akan membiarkan orang yang sudah menjahatinya diam begitu saja. Apalagi Grace juga celaka dengan cukup fatal.

"Nak, kamu gak bosen dirumah terus? Keluar yuk? Ibu kebetulan mau ketemu temen ibu di cafe," ajak Lita.

"Gak bisa kayaknya, bu. Soalnya banyak kerjaan. Kalo gak selesai dalam waktu cepat, bisa-bisa beliau manggil aku lagi. Aku gak mau, nanti kena ceramah."

Lita terkekeh pelan mendengarnya. "Ya karena salah kamu sendiri, nak. Bagus-bagus kamu diberi peluang segera kembali, tapi kamu malah meminta waktu lagi. Mana kamu bergabung di perusahaan Atlas. Beliau pasti tidak suka, beliau kan maunya kamu disana bersamanya."

"Ya kalo gitu, ibu nanti sama siapa?"

"Gampang, ibu kan sekarang udah punya kegiatan sendiri. Selain ngurusin pekerjaan, ibu juga sering keluar sama temen-temen ibu. Sedikit banyaknya ibu mulai berdamai dengan masa lalu ibu."

Grace tersenyum mendengarnya. Ya setidaknya ibu Lita mulai bisa melepaskan apa yang sudah seharusnya ia lepaskan sejak dulu. Grace senang sekali.

"Masih ada beberapa bulan lagi bu. Aku mau puas-puasin sama ibu dulu sebelum akhirnya kembali kesana."

Lita menganggukan kepalanya. "Ibu bakalan kangen kamu. Pastinya juga ibu bakalan sering mampir kesana."

"Biar aku yang temui ibu, ibu gak usah repot-repot kesana. Jauh soalnya"

"Ya sudah. Kalau begitu ibu pergi dulu ya? Baik-baik dirumah, ibu udah masak ayam goreng buat kamu. Nanti dimakan ya? Jangan lupa!"

"Iya ibu. Hati-hati di jalannya. Kabari kalo ada apa-apa."

"Iya sayang."

Lita pun melangkahkan pergi dari sana, meninggalkan Grace yang masih sibuk dengan laptop dan beberapa tumpukan map.

tbc.