Banyak wanita muda yang menghilang secara misterius. Ditambah lagi, sudah tiga mayat ditemukan dengan kondisi mengenaskan.
Selidik punya selidik, ternyata semuanya bermula dari sebuah aplikasi kencan.
Parahnya, aparat penegak hukum menutup mata. Seolah melindungi tersangka.
Bella, detektif yang dimutasi dan pindah tugas ke kota tersebut sebagai kapten, segera menyelidiki kasus tersebut.
Dengan tim baru nya, Bella bertekad akan meringkus pelaku.
Dapatkah Bella dan anggotanya menguak segala kebenaran dan menangkap telak sang pelaku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DYD15
"Metode pembunuhan yang sedang kalian selidiki saat ini, sama persis dengan metode pembunuhan yang kami selidiki di masa lalu," jelas Harun.
Sejenak Harun terdiam, ia memperhatikan Abirama yang terhuyung-huyung di kursinya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Harun. Pria separuh baya itu mencengkram lembut kedua pundak Abirama.
Rekan kerja putrinya itu menggeleng lemah. "Saya hanya sedikit pusing."
Harun menepuk-nepuk pelan pundak pria yang tampak menyedihkan di matanya saat ini.
"Hari ini apa jadwal mu sibuk, Ram?" tanya Harun. "Maksudku, apa kau buru-buru mau pulang?"
Abirama kembali menggeleng. "Tidak, Pak. Saya free sore ini. Ada apa ya, Pak?"
Harun manggut-manggut seraya tersenyum, "kalau begitu ... apa bisa kau menjaga putriku? Aku harus kembali ke kota pusat. Anak buah ku, malam ini baru akan kembali ke rumah sakit." Harun menatap penuh harap.
Abirama memandang Harun dengan raut menimbang-nimbang permintaannya, kemudian ia mengangguk. "Bisa, Pak. Saya akan menjaga Bella dengan sangat baik."
Harun menghela napas lega seraya tersenyum hangat. "Terimakasih, terimakasih banyak."
Setelah kembali berbincang sebentar, Harun akhirnya berpamitan pulang. Suasana di ruangan itu kembali sunyi.
Abirama yang masih duduk di kursi, memandang Bella yang masih berbaring di ranjang dengan kedua mata terpejam. Sejak tadi, ia penasaran dengan kondisi sang kapten.
Pria itu memutuskan untuk berdiri dan berjalan mendekat ke sisi ranjang. Ditatapnya wajah Bella yang tenang bagai putri tidur.
'Cantik,' batinnya.
Wajah Abirama mendekati wajah Bella, kini jarak yang memangkas mereka hanya 5 centimeter saja. Pria itu ingin memeriksa napas kaptennya. Namun, Abirama tiba-tiba mematung dengan jantung berdebar kencang. Bola mata Bella menatapnya tajam.
BUGH!
Kepala Bella menghantam batang hidung Abirama.
"AAAUUUUCHH!" Abirama meraung keras. Langkah pria itu mundur terbata-bata, wajahnya meringis.
"Apa kau gila?!" jerit Abirama.
Bella tersenyum usil. "Jauhkan wajah sesat mu itu dari ku."
"Se? Sesat?!" pria itu berkacak pinggang tak terima.
Bella mengedikkan kedua alisnya, lalu berusaha untuk bangkit dari tidurnya. Wajahnya sedikit meringis, bekas operasi nya masih sedikit ngilu.
"Apa Musang gila itu sudah pergi?" tanya Bella.
"Musang? Gila?" Abirama mengernyit.
"Ayahku," ungkap Bella. "Apa dia benar-benar sudah pergi?"
Abirama memasang wajah datar. "Sudah."
"Syukurlah, aku sampai ketiduran menunggu nya pergi." Bella melepaskan selang oksigen yang terpasang di hidungnya. Mata Abirama seketika mendelik.
"Kenapa dilepas? Pasang lagi!" Abirama berusaha memasang kembali alat pernapasan itu ke hidung Bella. Namun, Bella memberontak.
"Aku baik-baik saja," tolak Bella.
Abirama menghela napas panjang, lalu meletakkan selang oksigen dalam genggaman nya ke atas ranjang.
"Tunggu di sini sebentar, akan ku panggilkan Dokter."
Pria itu berlalu dengan wajah kesal. Abirama menuju loket petugas dan memberitahu tentang keadaan Bella saat ini.
Abirama mengikuti langkah para Dokter dan suster yang menuju ke ruangan Bella. Selagi menuju ke kamar inap sang kapten, Abirama tak sengaja berpas-pasan dengan Dokter Tommy dan rekannya. Samar-samar, Abirama menyimak percakapan keduanya.
"Mungkin selepas maghrib saya baru pulang. Saat ini, saya masih ada janji temu dengan pasien," suara Tommy terdengar jelas di telinga Abirama.
Pria itu lekas mengeluarkan ponsel, mengetik beberapa kata dan mengirim pesan pada seseorang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Taufik menyetir dengan kecepatan sedang. Matanya fokus menatap lurus mobil jenis MPV di depannya.
Pria pemilik mata coklat gelap itu ditugaskan oleh Abirama untuk membuntuti ke mana Tommy pergi.
Setelah menempuh jarak kurang lebih lima belas menit, Taufik sudah memarkirkan mobilnya tak jauh dari sebuah rumah yang cukup besar nan antik. Modelnya memang menunjukkan model lama, akan tetapi, terlihat sangat artistik.
Cukup lama Taufik berdiam di dalam mobil, memantau rumah itu dari kejauhan. Malam semakin gelap, ditambah lagi hujan mulai turun rintik-rintik.
Tak ada yang mencurigakan dari pria yang ditungguinya saat ini. Taufik mulai jenuh, pria itu lekas mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Abirama.
Tak butuh waktu lama, panggilan telepon sudah tersambung. Abirama menyapa dari seberang.
"Sudah empat jam aku menunggu, pria itu tidak keluar dari rumahnya. Aku harus menunggu sampai kapan? Sekarang sudah hampir pukul sebelas malam," keluh Taufik.
"Tunggu lah sebentar lagi. Lima belas menit lagi saja. Jika dalam lima belas menit tak ada apapun juga, pulang lah." Pinta Abirama sembari melirik arloji di pergelangan tangannya. "Kau tau kan, pria itu selalu beraksi saat hujan di malam hari?"
"Hah! Baiklah, baiklah ...!" decak Taufik kesal. Pria itu memutuskan sambungan telepon dan kembali menyimpan benda pipih itu ke dalam saku.
Taufik kembali fokus memantau rumah dengan nuansa putih itu. Udara dingin yang menemaninya, membuat mata pria itu menjadi layu.
Tak tahan di serang kantuk, pria yang tengah berjaga itu, justru malah tertidur pulas. Malam yang merayap, mulai melahap rasa lelahnya yang bekerja seharian. Ia tak sanggup lagi menunggu Tommy di dalam sana yang belum jelas sedang melakukan apa.
Tanpa Taufik sadari, dua jam yang lalu, Tommy sudah tak lagi berada di rumah itu. Tommy bukan tak tau, bahwa dirinya sedang dibuntuti. Pria yang sejak tadi dipantau oleh petugas, sudah keluar dari kediamannya melalui sebuah pintu rahasia.
*
*
*
Edwin psikopat yang udah ... entahlah sulit menjelaskannya 😀
Keren kamu Kak❤️
tolong triple up 🤭
jantungku kicep tor 😩
udah kyk nonton film Hollywood.
sama film horor korea, yg cowoknya jatuh ke dalam peti yg ada pakunya itu looo, lgsg nancep ke muka 😩