Tanah yang di jadikannya sandaran. Key Lin hidup di dunia yang bukan miliknya. Keras, dan penuh penindasan. Keadilan bagaimana mungkin ada? Bagi bocah yang mengais makanan dari tempat sampah. Apa yang bisa dia sebut sebagai keadilan di dunia ini?
Dia bukan dari sana. Sebagai seorang anak kecil bermata sipit penjual koran di barat, apakah di akan selamat dari kekejaman dunia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jauhadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Bertengkar [Key Lin Tumbuh di Bumi Barat
[Key Lin Tumbuh di Bumi Barat]
Di pagi hari yang tidak cerah, tanpa ada bunyi burung, atau jangkrik, hanya ayam tetangga yang berkokok.
Seorang pria paruh baya dengan badan kekar duduk sambil menikmati sarapannya yang di masak oleh anak lelakinya. Belum tentu di temukan di rumah keluarga lain.
Setelah kenyang dengan sarapannya, dia hendak berangkat kerja lebih pagi. Benar begitulah seharusnya jika dia tidak di panggil oleh anak lelakinya untuk mengobrol dahulu.
"Ayah." Sebuah suara yang jarang ia dengar. Benar-benar terdengar jarang, anak itu tidak pernah memanggil pria itu ayah sekali pun, hanya pada saat perlu, atau saat genting saja. Terakhir kali saat Key Lin akan masuk sekolah untuk pertama kalinya.
Memang akan terkesan egois, tapi memang begitulah adanya. Alex adalah bentuk protes kecil seorang anak pada orang tuanya. Sementara Frederick adalah seorang pribadi pengasuh yang dingin. Dia memang hidup seperti itu sebelumnya, jadi sulit mengubah kebiasaannya.
Alex tidak menjadi seperti Frederick, karena dia masih merasakan kasih sayang seorang Ibu, dan seorang nenek. Berlainan dengan Frederick yang justru di besarkan di lingkungan yang bahkan tidak ada kasih sayang. Mungkin, satu-satunya orang yang akan sangat membantu tumbuhnya perasaan, dan empati pada Frederick adalah adiknya. Isabella, Isabella satu-satunya orang yang membuat Frederick merasakan kasih sayang sebelum kedatangan Angela Lin. Dan jangan di tanya seberapa marah Frederick ketika Angela di hamil anak pria lain secara paksa. Dia mungkin tidak marah pada wanita yang di cintainya. Tapi pasti, dia sangat murka pada pelakunya.
Hingga jika di tanya sudah melakukan apa, Frederick memang melakukannya. Menghabisi nyawa ayah kandung Key Lin. Frederick bahkan tak masalah jika harus di penjara, tapi perbuatan salahnya itu tetap salah, dan tidak bisa di benarkan bagaimanapun juga.
Meski begitu, selalu ada sisi baik dari segala hal, termasuk kematian. Pria yang di habisi oleh Frederick adalah pelaku yang melakukan pelecehan pada banyak wanita, termasuk Angela. Sehingga saat dia tiada maka tidak ada lagi korban dari pihak pria itu. Meski Frederick tahu, pelaku lainnya, masih berkeliaran.
Frederick duduk lagi di meja makan. Menunggu hal penting apa yang akan Alex katakan padanya. Apa itu hal yang penting?
"Cepat bicara, aku harus segera pergi ke tempat kerja." Ujar Frederick jengah pada Alex yang hanya diam saja sedari tadi.
"Ayah, apa Key tahu sesuatu?" Bak petir di pagi hari yang cerah, pertanyaan Alex membuat Frederick merasakan sedikit tidak nyaman.
"Aku tidak tahu." Balas Frederick yang memang tidak pernah menaruh perhatian pada Key Lin.
"Bagaimana jika dia tahu sesuatu?" Alex kembali melontarkan pertanyaan. Suatu pertanyaan yang diajukan oleh Alex memang selalu membuat Frederick bingung.
"Kita akan pindah ke daratan Asia seperti yang kita bicarakan waktu itu. Kenapa? Dia tahu sesuatu? Jika iya seberapa banyak?" Tanya Frederick agak panik juga. Meski dia menyembunyikan itu di balik wajah tuanya yang sudah agak keriput, dan sering datar. Apalah buat bukan?
"Dia tahu kau memiliki saudara perempuan, keponakan, dia tahu kau bukan ayah kandungnya, dia tahu kau membunuh ayah kandungnya, meski dia masih bersikap baik padamu, karena kau merawatnya sedikit banyak, dia tahu kenyataan jika aku mengetahui pelaku kemarin. Meski bukan aku yang melakukannya. Tapi dia tahu jelas. Dan dia tahu kau mantan ketua mafia, meski kau sudah berhenti di dunia bawah, tapi mantan anggotamu masih menunduk hormat padamu. Dan dia tahu aku juga hampir jadi sama seperti kau di masa lalu. Dia tahu aku membesarkan manusia berkelakuan iblis di bawah naunganku." Ujar Alex penuh, tanpa bernafas sedikitpun saat mengatakan itu semua. Dia berhenti bicara seketika, tubuhnya rasanya kaku, bagaimana menjelaskannya? Dia kini sedang di landa deru sedih yang teramat sakit mungkin?
"Aku yakin dia tahu lebih banyak ayah, aku menemukan beberapa info itu dari balik jaketnya. Dan kemarin dia pergi ke Toko Shoe, untuk menemui Tanteku, adik perempuan mu. " Alex kembali melanjutkan. Padahal baru mengumpulkan nafas.
"Cukup Alex. Aku tahu maksudmu, kau bertanya apakah kita memberikan pengaruh buruk pada adikmu. Atau wilayah kita yang memberikan pengaruh buruk. Atau kau bertanya bagaimana bisa dia tidak terpengaruh, meski tahu semuanya? " Balas Frederick malah melontarkan pertanyaan kembali.
Tiba-tiba, dari balik pintu, muncul sosok kecil dengan rambut pirang, dan mata sipit itu berjalan, dan duduk di ruang makan. Tidak di meja, tapi di bawah, tepatnya di dekat kursi.
"Kau dengar semuanya ya?" Ujar Frederick lembut. Key mungkin berpikir Frederick akan berteriak seperti biasanya, tapi nyatanya tidak ada teriakan pagi itu. Kecuali teriakan Alex yang tertahan, karena ingin menumpahkan air mata.
"Ya, anda ingin pindah hanya,
karena saya? Saya tidak masalah meski anda membunuh ayah kandung saya, pria itu memang pantas mendapatkannya. Dia sudah melukai ibu saya." Balas Key agak acuh-tak acuh.
"Tapi jangan pisahkan saya dengan teman baik saya di kota ini." Ujar Key penuh kesungguhan.
"Aku tidak ingin dengar penolakanmu." Balas Frederick setengah berteriak.
"Tapi saya tidak ingin pindah, jika saya pindah siapa yang akan menjaga Arina? Dan siapa yang akan membantu ibu Robert? " Ujar Key kelepasan bicara, tidak seharusnya dia membawa nama ibu Robert, apa lagi ayah, dan kakaknya pasti tahu betul siapa Robert, dan apa reputasi pria itu.
"Sudah kuduga, masuk ke kamarmu! Tidak ada sekolah hari ini! Bulan depan kau akan ku pindah ke Tiongkok. Jangan melawan atau akan kubuang semua barang peninggalan ibumu! " Ancam Frederick, sebetulnya pria itu tidak akan benar-benar membuang barang peninggalan Angela, dia hanya mengancam saja. Tapi mau bagaimana lagi? Key Lin, dan dirinya sama.keras kepalanya. Jika tidak begitu Key tidak akan menurut.
"Baiklah, tapi, izinkan saya menemui Arina, dan Shoe sebelum pindah. Biarkan saya mengucapkan selamat tinggal pada mereka Ayah!" Ujar Key menahan tangisannya. Dia tidak ingin tampil lemah di hadapan lawan bicaranya itu.
"Jangan mengajakku berkelahi! Kubilang masuk kamar sekarang! " Kemudian Key Lin masuk kamarnya setelah Frederick memberikan titah.
Frederick. Dia duduk. Sepertinya tidak akan pergi kerja hari ini.
Dia tidak ingin pergi. Dan begitu juga Alex.