Yuda Laksana adalah seorang anak yang ditemukan oleh Eyang Braja Sedeng didalam sebuah hutan yang angker.
kedua orang tuanya mati terbunuh oleh sekumpulan perampok yang menyerang desa mereka.
Dengan gemblengan ilmu silat dan pukulan sakti menjadikan Yuda Laksana tumbuh menjadi pemuda yang sakti mandraguna dan diwariskan senjata maha dahsyat pedang Naga Bumi dan diberikan nama baru Yuda Edan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Dick, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sri Wulandari
Keempat rampok tersebut mulai melancarkan serangan secara serentak terhadap dara cantik itu.
Yuda yang sedang makan tersentak mendengar kata lembah kesengsaraan yang diucapkan gadis tersebut karena lembah itulah yang sedang dicarinya.
Yuda mulai memperhatikan jalannya pertarungan.
Pada awalnya sang perempuan bisa mengimbangi pertempuran tersebut tapi saat keempat orang tersebut merubah permainan silat mereka dengan menghantam dengan sinar biru beracun ke tubuh gadis itu membuat sang perempuan terdesak hebat lalu mulai mengeluarkan pedangnya dan membalas menyerang.
Saat mereka menghantam dengan sinar biru, sang perempuan menangkis dengan pedangnya dan balas menyerang kembali.
Keempat orang tersebut saling pandang dan menyimpan golok mereka dan merapalkan ajian kelabang kematian dan dari tangan mereka membersit cahaya hitam angker.
Sang wanita pun tidak tinggal diam dari kedua belah tangannya mengepul asap yang berwarna kelabu dan menghamparkan bau busuk yang sangat mencekat, diapun berteriak, "pukulan hawa neraka"ucapnya.
Lalu Cahaya kelabu yang berbau busuk dan cahaya hitam angker saling bentrok diudara sehingga menimbulkan ledakan hebat di tempat itu.
Sang wanita terlempar kebelakang dan menghantam pohon sehingga muntah darah sedangkan keempat orang tersebut hanya terhuyung kebelakang sambil memegang tangan mereka yang melepuh.
"Perempuan bangsat, kau harus mati ditangan kami"teriak mereka masih dengan ilmu yang sama, salah seorang dari mereka ingin menghancurkan kepala sang gadis dengan gebukan.
Sang wanita yang tidak berdaya hanya menatap nanar akan kematian yang semakin mendekat.
Disaat-saat genting seperti itu tiba-tiba melesat seorang pemuda dari dalam kedai dengan tangan yang berwarna keperakan dan memaparkan hawa maha panas kearah orang yang akan menghancurkan kepala sang gadis.
Dua tanganpun bertemu terdengar teriakan histeris dari orang tersebut karena tangannya melepuh hangus sampai ke pangkal bahu dan terlempar ke belakang.
Orang tersebut merintih kesakitan akibat rasa panas yang menyerangnya.
Teman-temannya coba menolong orang tersebut dengan menyalurkan hawa dingin tapi tidak bisa.
"Siapa kau bangsat? Kenapa kau mencampuri urusan kami?"seru mereka.
"Aku hanyalah seorang petualangan yang tidak suka melihat kecurangan didepan mataku. Namaku YUDA EDAN"ucap pemuda tampan itu memperkenalkan namanya.
Mata mereka terbeliak tidak percaya saat ini mereka berhadapan dengan orang yang menghancurkan gerombolan Karang Lintang yang namanya sudah dihembuskan orang di empat penjuru mata angin dunia persilatan.
"Jadi...kau...adalah...pendekar...pedang...Naga Bumi..."seru mereka terbata-bata.
Sang pemuda hanya menggaruk kepalanya dan cengengesan.
Mereka tidak menyangka pendekar yang menggentarkan dunia persilatan ini mempunyai paras sangat belia.
"Kalian tunggu disana ada yang hendak kutanyakan dengan kalian"perintah Yuda kepada tiga orang tersebut yang sedang menolong teman mereka.
Yuda menghampiri wanita tersebut lalu berkata,"kau tidak apa-apa nisanak?"tanya Yuda.
Dua pasang mata saling bertatapan dengan tatapan saling mengagumi satu dengan yang lainnya.
"Terima kasih atas pertolonganmu, kisanak. Aku tidak apa-apa hanya nyeri dibagian dada yang masih berdenyut"ujar dara yang memiliki paras yang sangat cantik itu.
Yuda menolong perempuan tersebut untuk bersandar dibawah pohon.
"Atur jalan napasmu dahulu nisanak"ucap Yuda lalu meletakkan tangannya di bahu sang gadis dan menyalurkan hawa murni untuk menolongnya.
Tidak berapa lama kemudian, Yuda mengangkat tangannya.
"Kau sudah pulih nisanak, istirahatlah disini aku masih ada urusan dengan mereka"ucap Yuda.
"Terima kasih atas pertolonganmu kisanak....."Ucap perempuan cantik itu lirih.
*****
Yuda menatap keempat orang dihadapannya dan salah seorang dari mereka masih merintih kesakitan pada tangannya yang hangus terbakar.
"Aku tidak ada permusuhan dengan kalian, aku hanya tidak suka ada kecurangan didepan mataku. Benarkah kalian dari lembah kesengsaraan?"tanya Yuda.
"Kenapa kau ingin tahu tempat itu, kisanak?"tanya mereka dengan perasaan gentar.
"Aku harus memenuhi undangan dari seseorang yang memintaku untuk datang ke tempat itu"ucap Yuda.
"Siapa yang mengundangmu?"tanya salah satu dari mereka.
"Namanya Prakoso yang aku tahu entah dia pakai nama asli atau tidak tapi dia bergelar Pendekar Keris pelangi tapi aku memanggilnya pendekar cabul hehehehe"ucap Yuda dan saat Yuda menyebutkan nama Prakoso, mereka saling berpandangan lalu bertanya, "urusan apa kau dengan anak guru kami?"tanya mereka.
"Ada urusan yang belum selesai dan harus kutagih dengan bunganya!"ucap Yuda tegas.
Mereka semua sangat ketakutan.
"Jangan bunuh kami tuan, kami janji akan memberitahukan tuan arah kesana tapi tuan juga harus berjanji untuk membiarkan kami pergi dengan selamat dari tempat ini"ucap salah seorang dari mereka.
"Selama kalian berjanji akan menjalani hidup yang lebih baik dan meninggalkan jalan sesat, aku akan mengampuni kalian semua, itu adalah janjiku kepada kalian!"tegas Yuda.
Lalu keempat orang tersebut berlutut dihadapan Yuda.
"Terima kasih tuan pendekar, kami janji akan menempuh jalan yang baik dari hidup kami yang baru ini"ucap mereka serempak.
Yuda lalu melemparkan sebutir obat kepada mereka.
"berikan obat ini kepada teman kalian yang merintih itu agar cepat pulih"ucap Yuda lalu salah seorang dari mereka menangkap obat yang dilemparkan Yuda dan memberikannya ketemannya dan segera menelannya.
Ada rasa dingin mengalir ke seluruh tubuh terutama pada tangan yang melepuh.
Tangan tersebut tiba-tiba bisa digerakkan kembali dan sakitnya sudah hilang.
"Terima kasih tuan pendekar atas pertolonganmu"ucap orang itu lalu orang tersebut sujud menyembah dan diikuti ketiga temannya.
"Bawa temanmu yang sudah jadi mayat didalam kedai dan kuburkanlah dengan selayaknya"ucap Yuda.
"Baik tuan pendekar..."ucap mereka berempat dan setelah memberikan keterangan yang dibutuhkan kepada Yuda mereka mohon diri dengan mengurus mayat temannya tersebut.
***
"Namamu siapa, nona manis?" Tanya Yuda saat mereka berjalan beriringan.
"Aku Wulan...Sri Wulandari! Aku bangga bisa beriringan denganmu Yuda, namamu mulai ditakuti golongan hitam saat engkau memberantas kelompok jahat gerombolan karang lintang itu"ucap Wulan.
"Itu sudah menjadi kewajibanku, Wulan! Bahkan juga seharusnya menjadi kewajiban semua pendekar yang ingin kebenaran selalu ditegakkan"tegas Yuda.
Wulan memandang Yuda dengan tatapan penuh kekaguman.
"Pemuda ini selain sangat tampan dan kesaktian yang luar biasa ditambah hatinya yang sangat baik bisa membuatku lama-lama jatuh hati kalau berjalan dengan pemuda ini terus, tapi aku nyaman berjalan dengannya"suara dihati Wulan berkata.
Tiba-tiba sentuhan lembut pada bahunya menyadarkan Wulan dari lamunannya.
"Eh...iya ..ada apa?"Wulan tergagap.
"Aku tadi memanggilmu tapi kau tidak menjawabku, ada yang engkau sedang pikirkan nona?"tanya Yuda.
"Oh...tidak...tidak ada...kira-kira kapan kita bisa sampai ke lembah kesengsaraan Yuda?"akhirnya Wulan mengajukan pertanyaan.
"Kalau berdasarkan keterangan mereka perkiraanku sekitar siang hari besok saat matahari berada diatas kepala, kita bisa sampai ke tempat itu tapi lebih baik kau tidak usah ikut Wulan terlalu besar resikonya kalau kau ikut denganku!"ujar Yuda.
"Apakah kau meragukan kemampuanku, Yuda?"tegas Wulan.
"Bukannya aku meragukan kemampuanmu nona tapi....."Yuda tidak melanjutkan perkataannya.
"Tapi apa...?"kejar Wulan.
"Aku takut tergoda oleh kecantikanmu nona manis"canda Yuda yang membuat paras Wulan merona merah.
Jari Wulan meluncur ke pinggang Yuda dan memilinnya.
Yuda meringis.
Keedanan Yuda kambuh dia mulai menggoda gadis itu.
"Aduh sakit sekali Wulan...."ucap Yuda berpura-pura duduk dan merintih kesakitan sambil memegang pinggangnya.
Melihat hal itu Wulan merasa bersalah, diapun mulai berjongkok dan meminta maaf kepada Yuda tapi tiba-tiba Yuda mencium pipinya dan kabur dari tempat itu.
"Dasar pemuda ceriwis"ucap Wulan sambil tersenyum dan mengelus pipinya yang tadi dikecup Yuda.
Diapun melesat mengejar Yuda yang berada didepannya dan yang sudah memikat hatinya itu.
Bersambung...