Bertahun-tahun aku berusaha melupakan kenangan kelam itu, namun mimpi buruk itu selalu menghantuiku bahkan setiap malam. Akupun tidak bisa bersentuhan dengan laki-laki. Entah sampai kapan ini akan terjadi. Ku kira selamanya tidak akan ada pria yang masuk dalam hidupku. Hingga dia datang dan perlahan merubah kepercayaanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Untuk Wiguna Dan Mike
Wiguna sedang merasa gelisah karena belum bisa mencari informasi yang mendalam mengenai para petinggi Golden Food. Dia pun memutuskan untuk meminta bantuan pada Mike.
"Mike, ayolah bantu aku. Bos memintaku mencari semua informasi yang lengkap mengenai para petinggi di Golden Food. Hanya kamu yang bisa melakukan hal itu."
Bujuk Wiguna yang sedang bicara dengan Mike melalui sambungan telepon.
"Kenapa harus aku? Kamu kan yang ada disana. Kamu berada dekat dengan bos dan juga Golden Food itu."
Mike menanggapi dengan malas permintaan Wiguna. Meskipun terkesan dingin dan cuek, tapi selama ini mereka selalu saling membantu.
"Gak mungkin kalau aku harus sampai menyewa detektif untuk mencari informasinya kan? "
Wiguna menanggapi dengan sinis karena Mike gak mau menolongnya.
"Apa salahnya jika harus begitu?"
Wiguna benar-benar gak habis pikir dengan sikap Mike, padahal mereka sudah lama bekerja sama namun sikapnya sama sekali gak menunjukkan kedekatan diantara mereka.
"Mike, apa kamu masih gak ngerti bagaimana bos kita? Jika memang dia ingin menggunakan detektif, mana mungkin dia memintaku yang mengerjakannya secara langsung? Pasti dia sendiri yang akan menghubungi detektifnya." ujar Wiguna yang mulai kesal saat menjelaskan apda Mike.
"Kalau begitu harus kamu sendiri yang mengerjakannya. Gak perlu minta bantuanku juga."
Wiguna menarik napas panjang karena kesal dengan ucapan Mike. Dia benar-benar susah untuk diajak kompromi.
"Ya sudahlah. Aku gak ngerti harus bicara apalagi padamu!"
Wiguna yang semakin emosi pada Mike langsung menutup teleponnya begitu saja.
Namun meskipun Mike bilang gak mau membantu Wiguna, tapi dia tetap mencari informasi mengenai para petinggi di Golden Food untuk membantu rekan kerja yang sudah seperti saudara baginya itu.
"Golden Food, seperti dugaanku, pasti bos akan meminta semua informasi tentang perusahaan itu, jadi aku sudah mempersiapkannya. Tapi kenapa dia sangat tertarik sampai mencari informasi pribadinya segala? Apa ada sesuatu yang gak beres ya?"
Mike bicara sendiri sambil membaca data mengenai perusahaan golden food yang pernah dibicarakan Wiguna sebelum dia pergi menyusul Juna.
"Sebaiknya aku cari informasi pribadi mengenai petinggi disana. Pak Juna pasti punya alasan sendiri kenapa dia sampai mencari kelemahan dari para petingginya."
Kini Mike mulai memainkan jari jemarinya diatas keyboard komputer miliknya.
Mike dan Wiguna adalah 2 orang kepercayaan Juna saat masih diluar negeri. Jika Wiguna sering diminta menangani masalah yang berhubungan langsung dengan publik, maka Mike adalah orang yang bekerja dibelakangnya. Dia selalu menangani masalah yang tak terlihat secara langsung. Mike merupakan seorang ahli dalam bidang IT. Itu sebabnya Juna mengandalkan mereka berdua untuk menangani semua masalahnya.
"Jhon, Frans, Wira, Bram, Salim. Mereka ini yang merupakan petinggi di perusahaan itu, tapi siapa yang harus aku periksa? Apa aku periksa semuanya saja?"
Mike sedang memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk mencari informasi sesuai dengan apa yang diinginkan Juna. Diapun mengirimkan pesan singkat pada Wiguna.
"Informasi siapa yang sebenarnya sedang dinginkan pak Juna?"
Tulis Mike dalam pesan singkatnya.
...****************...
Sementara itu Wiguna sedang kebingungan mencari cara untuk mendapatkan informasi yang diinginkan Juna. Dia termenung sambil memikirkan cara memenuhi permintaan bosnya itu.
"Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku bisa mendapatkan informasinya?" pikir Wiguna dengan wajah yang kacau.
Tring
"Siapa juga yang mengirimkan pesan singkat padaku? Apa dia gak tahu kalau saat ini aku sedang pusing?" gerutu Wiguna sambil meraih ponsel yang tergeletak di atas meja.
"Hah? Mike?" gumam Wiguna melihat nama pengirimnya. Diapun langsung membuka pesan singkatnya.
"Ini yakin? Apa benar dia mau membantuku?" Wiguna bicara dengan bola mata yang hampir melompat keluar disertai senyum bahagia memastikan kembali isi pesan yang dia baca. Diapun berniat menghubungi Mike lagi untuk memastikan isi pesannya.
Drrt drrt drrt
"Halo?"
Mike langsung menerima telpon dari Wiguna.
"Mike, apa kamu serius mau membantuku?" tanya Wiguna dengan semangat.
"Ya, aku sudah kirim daftar petinggi disana, tapi siapa sebenarnya yang sedang ingin diperiksa pak Juna? Apa aku harus periksa semuanya?" Mike bicara dnegan sikapnya yang tenang dan cenderung gak banyak bicara.
"Kalau gak salah namanya Wira. Ya dia direktur baru yang ditugaskan untuk menggantikan direktur sebelumnya." Wiguna menjelaskan sedikit tentang pak Wira.
"Emm, baiklah. Aku tutup teleponnya. Tut tut tut" Mike langsung menutup teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Wiguna.
"Mike? Mike! Selalu saja begitu! Dia selalu matikan telepon sesuka hatinya. Tapi gak papa. Yang penting dia mau membantu pekerjaanku."
Awalnya Wiguna menggerutu kesal karena Mike menutup teleponnya begitu saja, tapi kemudian dia tenang lagi mengingat Mike mau membantunya mencari informasi tentang pak Wira.
...****************...
Nasya baru saja selesai dengan pekerjaannya. Dia berniat untuk cepat pergi sebelum bus yang akan ditumpanginya penuh sesak karena jam pulang kantor tiba.
"Aku harus cepat. Sebentar lagi waktunya jam pulang kerja." gumam Nasya sambil berjalan keluar dan melihat jam tangannya.
"Nasya!"
Langkah kaki Nasya terhenti mendengar seseorang memanggilnya. Dia berbalik dan melihat orang itu. Rupanya itu Andre, pria yang sebelumnya membantu Nasya.
"Oh, Ndre. Ada apa?" tanya Nasya yang sedikit gelisah.
"Apa kamu sudah mau pulang?" tanya Andre melihat Nasya sudah berganti pakaian dan membawa tas miliknya.
"Iya."
Jawab Nasya singkat.
"Ayo, biar aku antar pulang!"
Andre menawarkan Nasya untuk pulang bersamanya.
"Gak perlu. Aku bisa pulang sendiri" Jawab Nasya lagi datar.
"Ga papa. Lagipula ini jam pulang kantor, angkutan umum pasti penuh dan jalanan juga pasti macet. Jadi aku antar kamu pulang aja. "
"Gak usah. Makasih untuk tawarannya. AKu pulang duluan."
Andre bersikeras untuk mengantar Nasya, namun Nasya juga tetap tidak mau diantar olehnya dan langsung berjalan meninggalkan Andre menuju halte bus terdekat.
Sesaat Andre menatap Nasya yang mulai menjauh darinya. Lalu dia bergegas ke parkiran untuk mengambil motornya.
Nasya masih berada dihalte menunggu bus yang biasa dia naiki. Namun sebelum busnya datang tiba-tiba sebuah motor berhenti tepat didepannya. Nasya terdiam dengan wajah panik. Pengendara itu pun melepaskan helm full face miliknya.
"Ayo, Naik!" ujar Andre setelah membuka helm.
"Oh, kamu. Ku kira siapa. Gak usah. Kamu duluan aja" Nasya menanggapi dengan malas ajakan Andre.
"Gak usah malu-malu begitu. Lebih baik naik motor kan jadi lebih cepat sampai."
Andre terus menawarkan dengan senyum yang ramah.
"Maaf Dre, aku benar-benar gak mau kamu antar pulang. Aku bisa pulang sendiri." Nasya sudah mulai kesal karena Andre terus saja memaksanya untuk mengantarkan pulang.
"Aku hanya ingin mengantarmu pulang. Gak ada maksud lain. Sumpah!" Andre mengangkat dua jari tangannya saat dia bicara.
"Tapi aku benar-benar gak mau kamu antar pulang. Aku sudah biasa pulang sendiri."
Kali ini tak ada lagi senyum diwajah Nasya. Dia benar-benar tak habis pikir dengan pria yang baru dikenalnya ini.
Andre menatapnya sesaat sebelum dia kembali bertanya.
"Apa kamu yakin?"
Andre masih berusaha untuk mengantarkan Nasya pulang dengan motornya.
"Ya, aku sangat yakin." Jawab Nasya dengan tegas.
"Baiklah. Masih ada lain kali. Aku bisa mengantarmu kapan saja, jadi jika kamu butuh bantuanku, hubungi saja aku kapan pun." ujar Andre yang kembali mengenakan helmnya
"Hmn... Meskipun sepertinya itu gak akan terjadi."
Andre hanya tersenyum mendengar jawaban Nasya.
"Baiklah. Sampai jumpa lagi."ujar Andre yang mulai menyalakan mesin motornya.
"Kuharap kita gak ketemu lagi!" Nasya menanggapi Andre dengan sikap yang sinis.
Tak lama kemudian. Bus yang di tunggu oleh Nasya akhirnya datang. Dia bergegas naik sebelum orang lain juga naik.
tapi tetep suka karena sifat laki²nya tegas no menye² ...