Niat hati, merantau ke luar negeri untuk merubah nasib. Namun karena suatu kejadian, dua pemuda polos nan lugu itu malah terlibat dalam kehidupan asmara enam janda muda. Mampukah mereka lepas dari jeratan janda yang penuh pesona? Atau mereka terjerumus dalam larutnya dunia para janda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dihadang Oknum Penjahat
Tok! Tok! Tok!
Bunyi kaca mobil yang diketuk, membuat tiga orang yang ada di dalamnya merasa heran. Mereka saling pandang dengan tatapan bingung dan penuh tanya. Mereka juga sedikit merasa takut meski penampilan ketiga orang itu terlihat rapi dan wajahnya juga terlihat seperti wajah orang baik.
Wajar saja jika semua rasa itu bermunculan di dalam benak tiga pria yang berada di dalam mobil. Dua dari tiga pria itu baru saja menginjakkan kaki mereka di negeri ini. Sedangkan yang satunya, meski sudah lama berada di negara ini, dia sama sekali tidak mengenal tiga pria yang menghadang mobil mereka. Pria itu pun menurunkan salah satu kaca mobil yang tadi diketuk dari luar.
"Bisa kita bicara sebentar?" ucap salah satu pria yang yang ada diluar mobil.
"Ada apa ya, Tuan? Maaf, kami sedang terburu buru," balas orang dari agen. Tentu saja dengan bahasa negara tersebut.
"Sebentar saja, saya minta kalian keluar."
"Maaf, tidak bisa. Katakan saja, biar kami berada di dalam mobil saja," pihak dari agen tetap teguh pada pendirian.
Dan penolakan itu sepertinya membuat pria itu marah. Dia mengepalkan tangannya lalu berdiri menatap dua temannya seperti sedang berdikusi. Namun gerak gerik tiga pria itu, selalu diperhatikan oleh tiga pria di dalam mobil.
Hingga beberapa saat kemudian, mata tiga orang yang ada di dalam mobil membulat sempurna saat salah satu pria di luar mobil mengeluarkan senjata dari balik balik jas yang dia pakai.
"Bukankah itu? Astaga! Pistol!" pekik Tito. "Gimana ini, Pak?"
"Tenang. Kalian jangan panik. Aku akan memikirkan caranya agar kita bisa lepas dari bahaya," balas sang agen mencoba tenang.
Dan bersamaan dengan itu juga, mereka mendengar suara sirine dari mobil polisi yang sepertinya mendekat. Tiga pria di dalam mobil langsung merasa lega, tapi tiga pria yang berada di luar mobil langsung panik. Apa lagi saat dua polisi itu turun dari mobilnya, ketiga pria berjas bergegas masuk ke dalam mobil dan langsung kabur meski sudah diteriaki.
"Berhenti!"
Mobil itu terus melaju dengan kencang, membuat dua polisi itu merasa kesal dan mereka mendekati mobil sang agen. Agen yang bertindak sebagai supir pun langsung turun ke jalan menghadap kepada dua polisi itu.
Entah apa yang sedang mereka bicarakan, tapi tak lama kemudian sang agen kembali masuk ke dalam mobil dan kedua polisi kembali berjalan menuju mobil mereka.
"Gimana, Pak?" tanya Yoyo.
"Aman. jalur ini memang rawan kejahatan katanya," jawab sang agen sambil menyalakan mesin mobil.
"Gila! Baru nyampe sini, malah mau setor nyawa," seru Tito.
"Maka itu, kalian harus waspada. Kalian lihat kan tadi? Tampang dan pakaian mereka bukan seperti penjahat?" ucap sang agen sambil melajukan mobilnya.
"Gila yah? Mau berbuat jahat aja bisa modal gede gitu? Pakai Jas dan mobil bagus. Apa mereka pikir kita orang kaya apa gimana?" oceh Yoyo.
"Bisa saja mereka tidak mengincar hartamu," sang agen menimpali.
"Terus?"
"Bisa saja, mereka mengincar apa yang ada di tubuhmu."
"Maksudnya, Pak?" cerca Yoyo semakin tak mengerti.
"Ya mereka bisa saja mengincar ginjalmu, atau jantungmu atau yang lainnya. Bukankah itu semua harganya mahal?"
"Hih! Amit amit!" seru Tito dan Yoyo secara bersamaan. Sedangkan sang agen malah terbahak melihat kedua pemuda yang duduk dikursi belakang bergidig ngeri.
Mobil melaju dengan sangat santainya hingga tanpa terasa, sampailah mobil itu di tempat tujuan. Mata Yoyo dan Tito serentak membulat sempurna, begitu pintu gerbang terbuka. Dengan perasaan takjub, dua pria itu melihat rumah yang akan menjadi tempat kerja mereka.
"Gila! Ini rumah apa istana? Gede banget!" seru Tito.
"Kira kira menghabiskan berapa duit ya untuk membangun rumah sebesar ini?" Yoyo menimpali.
"Yang pasti duitnya bisa buat biaya hidup kalian bertahun tahun," Sang agen ikut bersuara.
"Waw!"
Mobil berhenti di tempat yang sudah disediakan. Ketiganya langsung turun. Yoyo dan Tito tak henti hentinya menunjukkan rasa kagum dengan mata yang terus mengedar keliling, hingga mereka tidak menyadari ada dua wanita mendekat ke arah mereka.
"Apa anda orang dari agen Jolonk yang tadi diberitahukan oleh penjaga rumah?"
Yoyo dan Tito merasa kaget saat mendengar suara wanita. Tatapan mata mereka langsung saja beralih. Kening mereka berkerut saat melihat dua wanita yang ada dihadapannya. Wajah keduanya seperti wajah orang dari negara yang sama dengan mereka.
"Iya, kami orangnya," jawab sang agen.
"Baiklah, ikuti saya. Kalian sedang ditunggu."
"Baik," sang agen menoleh ke arah Yoyo dan Tito. "Ayo masuk! Majikan kalian sudah menunggu."
Deg!
...@@@@@...
semangat
author bikin cerita nya nalar dikit
canda aja thoor