Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang sudah berumur 35 tahun.
Berry ingin pensiun dari pekerjaan gelap nya karena dia ingin menikmati sisa hidup nya untuk kegiatan normal. Seperti mencari kekasih dan menikah lalu hidup bahagia bersama anak-anak nya nanti.
Namun siapa sangka, keinginan sederhana nya itu harus hancur ketika musuh-musuh nya datang dan membunuh nya karena balas dendam.
Berry pun mati di tangan mereka tapi bukan nya mati dengan tenang. Wanita itu malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak SMA. Yang ternyata adalah seorang figuran dalam sebuah novel.
Berry pikir ini adalah kesempatan nya untuk menikmati hidup yang ia mau tapi sekali lagi ternyata dia salah. Tubuh figuran yang ia tempati ternyata memiliki banyak sekali masalah yang tidak dapat Berry bayangkan.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang mantan pembunuh bayaran ditubuh seorang gadis SMA? Mampukah Berry menjalani hidup dengan baik atau malah menyerah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Alice kembali bermimpi. Kali ini, dia melihat sebuah acara pesta cukup meriah. Pestanya di buat di luar seperti halaman rumah, rumah yang sangat besar.
Banyak tamu yang hadir namun jika di lihat lagi sepertinya mereka dari keluarga berada.
Mereka memakai pakaian yang bagus, tertawa dengan kecil dan berbicara dengan pelan. Terlihat seorang anak kecil yang sedang menari di atas panggung sederhana yang seperti nya itu sebagai di buat hanya untuk dirinya.
Beberapa tamu bertepuk tangan melihat penampilan gadis kecil itu, dia terus menari dengan senyuman yang merekah.
"Alice sangat berbakat, ya"Ucap seorang wanita pada Kanna. Kanna mengangguk dan tersenyum malu mendengar pujian terhadap anak nya.
"Terimakasih tapi dia masih perlu belajar lagi"Jawabnya dengan santai sambil menatap anak nya yang masih menari di temani beberapa teman nya.
"Bakat nya membuat ku berpikir, kalian tidak mirip"Ucap seorang pria yang memegang gelas anggur, dia menggoyang kan gelasnya pelan sambil melirik Kanna.
"Tidak ada kemiripan antara dia maupun suami mu."
Kanna terdiam mendengar ejekan itu, dia menatap tajam pria tersebut. Sedangkan tamu lain berpura pura tidak tahu apa yang sedang di maksud oleh pria tadi.
"Dia lebih mirip pada si gitaris terkenal itu, pria yang harus melepaskan karir nya karena terkena skandal dengan salah satu artis. Sungguh sangat di sayangkan"Lanjut pria itu lagi dengan senyuman tipis nya namun matanya penuh dengan penghinaan.
Kanna hanya bisa diam sambil mengepalkan tangan nya. Alice masih sibuk menari namun dari atas panggung dia melihat wajah ibunya yang murung, membuatnya bersedih. Hingga tak ada lagi senyuman di wajah nya meski tubuh nya sibuk bergerak.
Tempat berganti, kali ini Alice melihat ibu nya sedang duduk sambil menghadap jendela rumah.
Menatap taman yang luas di tangannya, dia memegang sebuah foto. Ayahnya mendekati ibu nya dan mengambil foto itu.
"Sampai kapan pun, dia tidak akan bisa
menggantikan anak kita"Ucap Kanna pada suami nya pelan.
Sang suami yang bernama Marcell. Mengerutkan kening nya, "Bukan tidak bisa, kamu hanya menutup hatimu untuk nya. Salah mu yang selalu menganggap dirinya, Viara. Kamu harus terima kenyataan, anak kita sudah lama meninggal."
Marcell mengelus foto di tangannya, foto seorang gadis kecil memegang Selo sedang tersenyum manis ke arah kamera.
"Alice adalah Alice, dia bukan Viara."
Setelah mengatakan itu, Marcell pergi meninggalkan istrinya yang sedang menangis. Alice kecil yang mendengar semuanya dari balik tembok hanya bisa terdiam.
Dia melirik dinding, dimana ada foto ibu nya ketika masih muda sedang memegang sebuah Selo.
Dia memikirkannya sesuatu di kepala kecil nya dengan penuh tekad dia pun pergi dari sana.
Di tempat yang sama namun di waktu yang berbeda. Alice menatap ibunya dari belakang, wanita itu masih sering duduk termenung sambil menatap taman luar dengan pandangan kosong.
"Ayah pergi kerja dulu, sayang"Ucap Marcell yang berjalan mendekati Alice. Pria itu berjongkok agar setara dengan tinggi gadis kecil itu.
"Jangan pikirkan ibu mu, dia hanya sedang bersedih sesaat. Setelah itu, dia akan kembali seperti semula"Lanjutnya menenangkan Alice.
Gadis kecil itu hanya tersenyum dan mengangguk, matanya menutup saat Marcell mengecup keningnya pelan.
"Jaga diri mu, ayah"Balas Alice pelan, Marcell mengangguk dan pergi meninggalkan Alice untuk bekerja.
Gadis kecil itu kembali menatap ibunya, dia tahu jika dia bukan anak kandung orang tua nya, dia hanya anak adopsi.
Mereka membawanya kesini agar sang ibu tidak begitu depresi karena kematian anak kandung nya.
Alice sudah berusaha menjadi yang terbaik untuk ibunya tapi itu masih belum cukup. Sang ibu masih terbayang-bayang atas kematian anak nya dan masih selalu mengingat nya.
Alice berjalan mendekati ibunya, wanita itu hanya meliriknya sesaat. "Pergi bermain Alice, ibu sedang tidak ingin di ganggu"Ujar Kanna pelan. Dia memijat kening nya yang sedikit sakit.
Alice tersenyum tipis, "Bu, ada yang ingin Alice katakan"Ucap gadis kecil itu, Kanna hanya berdehem sebagai tanggapan.
"Aku ingin belajar bermain Selo, Bu. Aku ingin memainkan nya untuk mu"Lanjut Alice dengan penuh tekad.
Kanna membeku, dia menatap anaknya terkejut. "Kamu serius ingin belajar Selo?"Tanyanya untuk memastikan dia tidak salah mendengar.
Alice mengangguk, Kanna pun tersenyum senang. Kala itu, Alice berpikir dia sudah
mengambil keputusan yang tepat. Demi kebahagiaan ibunya, dia melupakan siapa dirinya yang sebenarnya.
Mimpi itu berlalu,
Alice membuka mata nya dan ternyata sudah pagi. Cahaya masuk ke dalam kamar tidurnya dan itu sedikit mengganggu.
Dia pun bangkit dari kasur dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Untung dia tidak telat seperti kemarin terkadang dia lupa jika dia berada di tubuh anak sekolah.
Kenyamanan membuatnya malas bangun dan ingin tidur seharian saja. Jika bukan karena kewajiban, dia tidak ingin pergi.
Alice berjalan pelan menuruni tangga, dia ingin sarapan sebentar biar tidak lari ke kantin lagu nanti.
Ribet, apa lagi kalau si ketos sialan itu yang bertugas. Alice tidak mau lagi di hukum.
Dia melihat ibunya sedang duduk di salah satu kursi sambil meminum... alkohol? Hei! Orang gila mana yang minum alkohol di pagi hari, ibunya sudah sangat kelewatan.
Alice ingin membuka mulut dan melarang ibu nya minum tapi dia ingat kalau saat ini dirinya sedang berpura pura bisu.
Yang bisa dia lakukan hanya duduk sambil mengolesi selai cokelat di rotinya. Kanna hanya melirik Alice sebentar, dia kembali fokus pada minumannya.
Alice memakan roti nya dengan santai, mata nya masih menatap sang ibu. Dia ingin bertanya tentang diri nya yang seorang anak adopsi jika dia hanya anak yang di ambil dari panti asuhan lalu dimana keluarga asli nya?
Dari mimpi yang ia dapat, sepertinya sang ibu tahu tentang orang tua kandung nya. Meski dia sebenarnya tidak begitu perduli toh, dia hanya tinggal melanjutkan hidup saja.
Alice menyelesaikan makan nya, dia pun segera pergi dari meja makan. Kanna menatap kepergian Alice, dia menghela nafas dan kembali meminum alkohol nya dalam sekali teguk.
***
Sampai di sekolah, seperti biasa Alice akan di periksa oleh petugas OSIS tapi tunggu dia tidak melihat Gama.
Itu bagus, dia tidak perlu kehilangan kesabaran. Karena setiap dia melihat pemuda itu hanya satu yang ada di otaknya, mengoyak kepala pemuda itu dan menghancurkan otak nya menjadi potongan-potongan kecil.
Agak brutal ya! Tapi itulah isi yang berada di otaknya saat bersama Gama.
Alice berjalan masuk dengan santai, dia memakai earphone. Sampainya di kelas, dia langsung duduk di bangkunya paling pojok.
Yang dia syukuri, dia duduk di dekat jendela. Ada alasannya untuk tidak menatap teman sekelas nya yang seperti nya sangat menaruh dendam pada nya.
Lihat saja, para gadis penggosip beberapa meja dari nya. Mereka menatapnya dengan penuh kebencian dan selalu membicarakan tentang hal buruk dirinya.
Dia bahkan berpikir hal buruk apa tentang dirinya yang harus di bahas? Dia tidak memiliki kekurangan ya hanya berpura-pura bisu selain itu apa?
Oh, tidak bisa bersosialisasi yah yang satu ini memang cukup buruk. Tapi bukan tanpa sebabkan?
Bel berbunyi, menandakan pelajaran segera di mulai. Seorang guru wanita masuk tidak lama bel berbunyi, dia menatap sekeliling kelas dengan tajam tanpa basa basi dia menulis beberapa kata di papan.
Dan begitulah, pelajaran pun di mulai.
***
Alice duduk di kantin, bagian pojok. Itu telah menjadi tempat favorit nya untuk bersantai sambil menikmati makanan nya.
Hanya... satu hal yang tidak dia mengerti untuk apa tiga orang lainnya duduk bersama nya di meja pojok?
Biar ku katakan Karla si antagonis dalam novel sedang makan siomay dengan santai di sampingnya, di depan nya ada Gama yang duduk sambil membaca buku, di samping pemuda itu, ada pemuda yang pernah ia temui di atas atap kemarin ngomong-ngomong dia belum tahu nama pemuda itu.
"Gue belum tahu siapa nama lo"Ucap pemuda di samping Gama.
Alice memutar mata nya malas, "Nggak perlu tahu"Jawabnya ketus.
"Nama nya Alice"Balas Karla dengan senang hati memperkenalkan teman barunya.
Alice menatap nya datar, "Oh, terimakasih banyak"Ucap gadis itu sinis, Karla tersenyum, "Sama-sama."
Pemuda itu mendadak bingung tapi segera sadar, dia menunjuk pada name tag nya. "Nama gue Cakra Akio Everest. Senang berkenalan dengan lo, Alice"Ucap pemuda di samping Gama.
Alice terdiam, dia menatap pemuda itu yang ternyata menatap nya juga. Everest? Bukankan, itu marga yang sama dengan si protagonis perempuan?
Dia melirik Karla, gadis itu mengangguk, "Dia kembaran Ruby"Jawabnya seakan-akan mengerti pertanyaan yang tidak terucapkan dari Alice.
"Lo kenal adik kembar gue?"Kata Cakra penasaran pada Alice. Sedangkan gadis itu, dia menarik nafas nya dalam-dalam dan menghembuskan nya pelan.
Gama memberikan kue kecilnya pada Alice, gadis itu segera memakan nya dengan brutal.
Gama juga mendorong minuman gadis itu yang di ambil Alice dengan cepat karena
dia tersedak. Karla yang melihat itu menyipitkan matanya sedikit tapi kemudian dia mengangkat bahu acuh.
"Nggak terlalu kenal. Hanya tahu nama doang"Jawab Alice setelah dia menelan minuman nya.
Cakra mengangguk paham. "Dia sama Karla nggak pernah bisa akur"Ucap pemuda itu santai. Karla memutar matanya malas mendengar itu.
"Sebenarnya yang bodoh disini jelas Karla sih"Ucap Alice blak-blakan.
"Heii!"Karla tidak terima di bilang bodoh.
"Gue kira cuman gue yang berpikiran kek gitu"Balas Cakra sambil tertawa kecil. Karla melemparnya dengan tutup botol karena kesal, cakra segera menghindar.
Alice menghela nafas mencoba terbiasa dengan tambahan orang-orang di sekitar nya.
Gama yang melihat nya hanya tersenyum tipis tentu saja tidak ada yang tahu itu, dia menutupinya di balik buku yang ia pegang.
Dari jauh, Ruby dan teman-teman nya baru saja duduk di meja mereka. Mora tidak sengaja melihat Cakra sedang berada di meja yang sama dengan Karla dan si gadis bisu. Dia mengerutkan kening nya merasa tidak nyaman.
"Kembaran lo ada sama si nenek lampir"Kata Mora pada Ruby sambil menunjuk pada meja di pojok. Ruby dan Ziva segera mengikuti arah yang di tunjukkan oleh Mora.
Ruby menaikkan alis nya terutama ketika melihat si ketua OSIS yang di gadang sebagai orang paling susah di dekati. Kini dia duduk dengan gadis aneh itu, si bisu.
"Ngapain kakak lo, duduk sama Karla?"Tanya Ziva terheran-heran.
Meski dia sudah berteman lama dengan Ruby, selama itu dia belum pernah terlalu banyak berinteraksi dengan Cakra, kembaran Ruby.
Dia pemuda yang bisa di bilang misterius dalam artian tidak banyak bersinggungan dengan orang-orang di sekitarnya.
Dia suka menyendiri bahkan untuk Ruby yang notabene nya sang kembaran, Cakra tidak terlalu ambil pusing. Terkadang Ziva merasa bingung dan berpikir di otak lemot nya, Apakah Cakra tidak menyayangi Ruby hampir setiap pertengkaran Ruby dan Karla, Cakra tidak pernah mau menolong adik nya ataupun membela nya sedikit pun tidak pernah.
Ziva melirik Mora sesaat ketika dia melihat Cakra mengacak-acak rambut Karla dengan iseng.
"Sok kecakapan banget, dasar perempuan gatal"Ucap Mora dengan sinis. Ziva mengecilkan lehernya dan berpura pura bingung mau memilih menu apa untuk makan siangnya.
Ruby hanya menatap sekilas reaksi Mora, dia hanya penasaran dengan si bisu. Gadis itu cukup mencurigakan menurutnya, tingkahnya yang sangat berbeda dari rumor yang pernah ia dengar.
Perhatiannya teralihkan, saat Darrel datang ke mejanya di ikuti teman-teman nya. Dia tersenyum tipis ketika pemuda itu mengelus kepalanya dengan lembut sudahlah, dia tidak perduli dengan si bisu.
Alice merasa dia di perhatikan dari tadi tapi tidak tahu siapa, selain Gama yang terkadang melirik lirik nya. Lupakan pemuda itu, dia menyenggol Karla, gadis itu menatap nya bertanya.
"Apa?"
"Tuh, cowok incaran mu. Lagi duduk sama si cewek yang kau benci. Nggak mau ngereog?"Ucap Alice penuh antisipasi siapa tahu, dia akan mendapatkan tontonan yang menarik.
Karla melihat ada cahaya-cahaya bersinar di mata gelap Alice sepertinya gadis ini sangat suka menonton keributan.
Karla mendengus, dia menggeleng. "Lagi cape, mau istirahat bentar"Jawabnya singkat. Dia melanjutkan memakan siomaynya yang entah kenapa Alice lihat dari tadi tidak habis-habis.
Dia jadi lapar, ngomong-ngomong dia belum memesan apapun tadi. Niat nya hanya ingin duduk dengan santai tapi malah di ganggu ketiga orang ini hanya sebotol air minum dan kue berukuran kecil dari Gama yang ia makan.
Dia menghela nafas dan melirik jam tangan nya. Masih ada sepuluh menit lagi sebelum bel masuk. Dia pun berdiri dan berniat memesan makanan.
"Mau kemana?"Tanya Cakra penasaran ketika melihat gadis itu yang tadi nya diam tiba-tiba berdiri.
Gama pun ikut mengalihkan perhatian nya dari buku yang ia pegang dan baca sedari tadi.
"Beli makan"Jawab Alice singkat dan segera melangkah pergi tidak mau mendengarkan pertanyaan-pertanyaan lagi. Perut nya sudah terlalu lapar.
Cakra mengangguk paham, dia pun sibuk dengan ponsel nya. Bermain game.
Dua menit kemudian,
Prankk
Ketiganya segera berbalik karena terkejut mendengar suara pecahan piring. Ada Alice yang sedang terduduk di bawah untung saja tidak kena tumpahan makanan.
Karla ingin menolong Alice tapi Cakra menahan nya. "Apa sih?"Katanya kesal.
Cakra melirik Karla, "Gue penasaran, dia mau ngapain"Jawab Cakra santai.
Karla heran dengan jalan pikiran pemuda ini namun dia juga ikut diam. Apa yang akan di lakukan Alice setelah ini, dia juga menunggunya.
Alice menatap kosong orang di depan nya, seorang gadis dan kedua teman nya sedang tertawa sambil mengejeknya.
Dia tadi sedang berjalan dengan pelan
membawa piring berisi nasi goreng spesial nya tapi salah satu di antara gadis ini menjegalnya yang mana membuat nya jatuh.
Dan yah, dia menjadi pusat perhatian kantin sekarang. Dia menyayangkan nasi nya yang sudah jatuh berserakan, perutnya bergemuruh lapar. Belum sempat ia memakan sesuap namun, nasi itu sudah... Alice sangat marah sekarang.
"Ahaha, dasar bisu. Mati aja lo, Lo itu cuman buat pemandangan di sini jelek aja"Ucap gadis-gadis itu dengan penuh penghinaan padanya.
Dari jauh, Ruby tersenyum sinis melihat itu. Darrel mengerutkan kening nya ketika melihat gadis yang ia kenal sedang terduduk di lantai dengan nasi yang berserak di sekitar nya jangan lupa pecahan kaca juga.
Dengan penuh dendam, Alice menendang keras kaki ketiga gadis di depan nya dengan cepat hingga mereka terjatuh ke lantai dan berteriak kesakitan.
Alice melompat dan berdiri dengan tegak, dia segera mengambil air minum di meja yang entah milik siapa dan menyiram kan nya pada ketiga orang itu.
Alice mengacungkan jari tengahnya pada gadis-gadis. Dia kembali menendang kaki
mereka dengan penuh kemarahan. Hingga dari belakang, Gama memeluknya agar gadis itu tidak menendang lagi.
"Lepas! Akan ku bunuh gadis-gadis sialan ini!"Teriak nya dengan marah. Gama menggeleng, dia menarik Alice menjauhi ketiga gadis yang kaki nya berdarah akibat perbuatan Alice.
Semua orang yang mengenal Alice mendadak ternganga dan terkejut ketika mendengar suara gadis itu.
Bukankah dia bisu? Bagaimana dia bisa berbicara?! Ruby dan kedua teman nya juga merasa bingung dengan kejadian baru ini.
"Dia bisa bicara?"Ucap Ziva kehabisan kata. Dia menatap ngeri pada kaki gadis-gadis itu sepertinya dia melihat tulang yang menonjol, apa kaki gadis itu patah ya?
Jika benar itu cukup mengerikan, dia menelan ludahnya sambil menatap kepergian Alice yang di bawa oleh ketos mereka.
Cakra menaikkan mulut Karla yang terbuka akibat terkejut melihat kegilaan Alice. Dia
sendiri hanya terkekeh geli, dia sudah tahu Alice itu bukan orang yang lemah.
"Gila, Alice..."Karla menunjuk ketiga gadis itu dan Alice yang telah pergi. Dia tidak bisa melanjutkan ucapannya, Cakra hanya mengangguk paham.
"Menarik bukan?"Katanya pada Karla. Dia masih tersenyum sepertinya, hidup nya akan penuh kejadian seru nanti. Ahaha, dia tidak sabar.
Di sisi lain,
"Lepasin! Apa yang sedang kau lakukan?"Bentak Alice pada Gama, mereka sudah keluar dari kantin dan kini berada di lorong sepi. Tentu, tempat yang jarang di lewati.
"Sedang mencoba menghentikan lo membunuh orang"Jawab Gama datar. Dia melepaskan gadis itu saat dia rasa sudah
membawa nya cukup jauh dari kantin.
Alice berdecak, dia mengatur nafas nya. Emosinya kembali mengambil alih tadi sampai-sampai dia lupa, kantin adalah tempat umum dan yang pasti nya banyak murid berkumpul disana.
Hal yang ia sembunyikan selama ini akhirnya terbongkar hanya karena sepiring nasi goreng.
Luar biasa.
Apa lagi yang akan terjadi selanjutnya?
"Lo bakalan di bawa ke BK nanti. Gue yakin, orang tua ketiga gadis itu akan menuntut siapa pun yang menyakiti anak nya"Ucap Gama tiba-tiba.
Bagus, inilah berita baik nya. Hah... dia akan kena kasus penganiayaan. Dia lupa, disini sekolah elit yang setiap murid nya pasti akan melakukan apapun agar menonjol di antara murid lain nya.
Itulah kenapa ada yang di sebut dengan, donatur. Bisa saja di si keluarkan dari sekolah tidak lama lagi. Apa lagi yang bisa lebih buruk?
"Orang tua mu mungkin akan di panggil ke sekolah"Lanjut Gama ketika melihat gadis itu hanya diam tanpa berbicara.
Alice membeku mendengar itu. Okey, ini benar-benar berita buruk. Orang tua nya akan di panggil? Hei, jika dia tidak salah ingat, keadaan keluarga nya sedang tidak baik-baik saja.
Ibunya yang pecinta alkohol masih dalam bayang-bayang kematian anak kandung nya serta ayah nya yang terjerat perselingkuhan.
Apa yang harus dia lakukan sekarang? Arghh, emosi sialan! Kenapa dia tidak bisa menahan diri sih?
Tumben sekali dia kelepasan biasanya, dia paling ahli dalam menjaga kesabaran. Baru ini dia kelepasan dan semua nya kacau.
Gama melihat gadis ini mendadak murung ketika dia berkata orang tua nya akan di panggil.
Ya, siapa yang tidak takut jika orang tuamu di panggil ke sekolah karena kau nakal?
"Lo sebaik nya kembali ke kelas. Mungkin sebentar lagi akan ada pengumuman, lo akan di panggil ke BK"Ucap Gama lagi, Alice hanya mengangguk dan tidak mengatakan apapun.
Dia segera pergi dari sana, dirinya hanya
akan menunggu nasib selanjutnya.
Gama melihat kepergian gadis itu dengan diam. Dia cukup terkejut dengan kebrutalan yang di lakukan gadis tadi pada lawannya.
Gama yakin, kaki mereka patah akibat tendangan mematikan dari Alice. Gadis ini bukan orang sembarang.
^^
tp yg baca ko dikit y..
yooo ramaikan hahhlah