NovelToon NovelToon
Prajurit Perang Di Dunia Sihir

Prajurit Perang Di Dunia Sihir

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Anak Genius / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sapoi arts

Letnan Hiroshi Takeda, seorang prajurit terampil dari Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II, tewas dalam sebuah pertempuran sengit. Dalam kegelapan yang mendalam, dia merasakan akhir dari semua perjuangannya. Namun, ketika dia membuka matanya, Hiroshi tidak lagi berada di medan perang yang penuh darah. Dia terbangun di dalam sebuah gua yang megah di dunia baru yang penuh dengan keajaiban.

Gua tersebut adalah pintu masuk menuju Arcanis, sebuah dunia fantasi yang dipenuhi dengan sihir, makhluk fantastis, dan kerajaan yang bersaing. Hiroshi segera menyadari bahwa keterampilan tempur dan kepemimpinannya masih sangat dibutuhkan di dunia ini. Namun, dia harus berhadapan dengan tantangan yang belum pernah dia alami sebelumnya: sihir yang misterius dan makhluk-makhluk legendaris yang mengisi dunia Arcanis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sapoi arts, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perpisahan menuju Eldoria

Saat kesadarannya perlahan kembali, Hiroshi membuka matanya, menatap langit-langit ruangan yang asing. Bau herbal dan rempah-rempah samar tercium, menyadarkannya bahwa dia kini berada di tempat yang berbeda.

Dia mencoba menggerakkan tubuhnya dan merasakan perban membalut luka-lukanya—meski nyeri masih terasa, setidaknya tubuhnya sudah lebih baik dari sebelumnya.

Hiroshi menoleh dan mendapati Calista tertidur di meja kerjanya. Wajahnya terlihat lelah, dengan sedikit bekas lingkaran hitam di bawah mata, tanda bahwa ia telah berjaga semalaman.

Dalam keheningan ruangan, Hiroshi tersenyum kecil, kagum pada usaha Calista yang rela mengorbankan tenaganya untuk menyelamatkannya.

Tidak lama kemudian, Calista terbangun dan mengucek matanya pelan. Dia terkejut melihat Hiroshi telah bangun dan tersenyum padanya.

“Kau sudah sadar!” serunya, meski suaranya terdengar lelah namun penuh lega.

“Iya, terima kasih banyak, Calista. Sepertinya kau yang menyelamatkanku,” balas Hiroshi dengan nada tulus.

Calista mengangguk sambil tersenyum tipis. "Kau mengalami luka yang cukup parah… aura gelapnya begitu kuat. Aku hampir kehilangan kendali beberapa kali."

Dia mengambil napas dalam, mengumpulkan kembali kekuatannya yang tersisa.

Setelah berbincang singkat, Calista menjelaskan keadaan terakhir pada Hiroshi. Dia juga memberitahukan bahwa teman-temannya, Elfina, Aira, dan Seraphine, telah diselamatkan dan berada dalam kondisi baik di markas keamanan kerajaan.

Calista kemudian menawarkan untuk mengantar Hiroshi ke sana.

Beberapa saat kemudian, Hiroshi tiba di markas keamanan. Di pintu gerbang, dia langsung disambut oleh Elfina dan Aira yang berlari menghampirinya dengan wajah cerah.

Elfina tersenyum lebar, meski matanya berair, menandakan kelegaan yang mendalam.

“Hiroshi! Kau benar-benar selamat!”

seru Elfina dengan antusias, tak mampu menahan rasa haru yang memenuhi hatinya. Aira hanya mengangguk dengan wajah ceria, tak sanggup mengucapkan kata-kata tetapi senyumnya sangat berarti bagi Hiroshi.

Seraphine yang sedikit lebih tenang datang mendekat.

“Syukurlah, aku takut sesuatu yang buruk terjadi padamu,” ujarnya dengan nada lega.

Hiroshi hanya mengangguk, merasa hangat dengan sambutan penuh kehangatan dari mereka semua. Pertemuan singkat ini memberikan kekuatan baru baginya.

Setelah suasana kembali tenang, Calista menoleh ke arah Aira dan Elfina.

“Anak-anak elf ini akan segera dipulangkan ke desa mereka. Mereka sudah ditunggu keluarga mereka yang khawatir,”

jelas Calista sambil menatap mereka dengan lembut.

Elfina dan Aira saling pandang, ada rasa enggan berpisah dari Hiroshi dan Seraphine, tetapi mereka mengerti bahwa pulang ke keluarga adalah keputusan yang bijak.

Mereka berdua kemudian memberi pelukan hangat kepada Hiroshi sebagai perpisahan singkat.

“Kita akan bertemu lagi, kan, Hiroshi?” tanya Aira dengan wajah penuh harap.

“Pasti,” jawab Hiroshi sambil tersenyum, berusaha menyakinkan mereka.

Setelah itu, Calista beralih ke Seraphine. “Seraphine, kau akan ikut bersama Hiroshi ke Kerajaan Eldoria untuk kembali ke keluargamu.”

Seraphine tersenyum kecil, tampak sedikit cemas namun juga bersemangat.

“Baik, Calista. Terima kasih sudah menjagaku dan Elfina serta Aira selama ini.”

Dengan langkah mantap, Hiroshi dan Seraphine bersiap untuk perjalanan menuju Kerajaan Eldoria. Sebelum berpisah, Calista memberikan anggukan hangat pada Hiroshi, menunjukkan bahwa dirinya selalu ada jika dibutuhkan.

Hiroshi pun membalasnya dengan senyum tulus, merasa berterima kasih atas bantuan Calista yang telah memberikan banyak untuk menyelamatkannya.

Dengan pandangan yang penuh harapan, mereka meninggalkan markas keamanan, siap untuk menghadapi perjalanan panjang menuju rumah mereka masing-masing.

_____

Setelah perpisahan singkat dengan Aira dan Elfina di markas keamanan, Hiroshi dan Seraphine berjalan menuju gerobak kuda yang sudah disiapkan di luar.

Calista menuntun mereka hingga ke sisi gerobak, di mana kudanya tampak tenang menunggu perjalanan panjang. Langit mulai beranjak senja, dan bayangan pepohonan membingkai jalan kecil yang akan mereka lalui menuju kerajaan Eldoria.

Sebelum mereka naik ke dalam gerobak, Calista melirik Hiroshi dengan pandangan yang penuh rasa penasaran. Meski tak diucapkan, terlihat jelas bahwa ada sesuatu dalam diri Hiroshi yang membuatnya ingin tahu lebih banyak.

Ia memutuskan untuk melontarkan beberapa pertanyaan, meski sebenarnya tidak terlalu lazim bagi seorang penyihir istana untuk beramah tamah dengan prajurit biasa.

“Jadi, Hiroshi,” Calista membuka percakapan dengan nada lembut namun terkesan serius, “Aku penasaran, berapa usiamu sebenarnya?”

Hiroshi, yang awalnya hanya bersandar santai pada sisi gerobak, menoleh ke arah Calista dan tersenyum kecil.

“Aku baru delapan belas,” jawabnya singkat.

Calista sedikit terkejut, tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Matanya sedikit membesar, dan sudut bibirnya membentuk senyum terkejut.

“Delapan belas?” ulangnya, seakan ingin memastikan dirinya tidak salah dengar.

“Aku kira... setidaknya kau seumur denganku.”

Hiroshi mengangkat bahu sambil tersenyum. “Kadang-kadang, situasi memaksa kita tumbuh lebih cepat daripada usia sebenarnya,” katanya, suara tenangnya mencerminkan kedewasaan yang tak biasa untuk pemuda seumurannya.

Calista menatapnya sejenak, lalu tersenyum kecil, seolah ada sesuatu yang mulai dipahaminya. Ada kekaguman dalam tatapan matanya, meski ia tak mengatakannya secara langsung.

“Aku mengerti… Kau memang terlihat jauh lebih dewasa daripada usiamu.”

Sejenak, suasana menjadi hening di antara mereka. Hanya angin senja yang menerpa dengan lembut, membawa aroma dedaunan hutan.

Hiroshi berdiri tegak di samping gerobak, dengan seragamnya yang terlihat rapi namun jauh dari kesan pelindung prajurit. Calista tampak memperhatikan hal itu dan merasa perlu untuk bertanya lagi.

“Lalu, kau prajurit… tapi kenapa tidak memakai zirah?” tanyanya dengan penasaran. “Prajurit di sini biasanya memakai zirah berat untuk perlindungan di medan perang.”

Hiroshi tersenyum kecil, tatapannya menerawang sejenak, seakan mengingat kembali medan perang di dunianya.

“Di duniaku, kami tidak menggunakan zirah seperti ini. Kami lebih mengandalkan kelincahan dan perlindungan lain yang… mungkin sulit dijelaskan di sini.”

Calista menatapnya dengan ekspresi penasaran yang masih belum terjawab sepenuhnya.

“Aku tak bisa bayangkan bertarung tanpa pelindung seperti zirah, tapi… sepertinya kau cukup percaya diri dengan kemampuanmu, ya?”

Ia berkata dengan sedikit senyum, meski matanya memancarkan rasa kagum yang tertahan.

Hiroshi hanya mengangguk, memberi anggukan sopan yang mencerminkan rasa hormat, tanpa mengesampingkan ketenangan yang selalu ada di wajahnya.

“Kadang, percaya diri itu satu-satunya perlindungan yang kita punya,” jawabnya dengan nada rendah yang terdengar bijaksana.

Calista mengangguk paham, meski tak sepenuhnya mengerti dunia yang Hiroshi bicarakan. Dia menyentuh pinggiran gerobak, lalu mengangkat pandangannya ke arah Hiroshi.

“Baiklah… Semoga perjalanan kalian ke Eldoria aman. Dan Seraphine,” katanya sambil menatap gadis muda itu,

“percayakan dirimu pada Hiroshi. Dia akan menjagamu.”

Seraphine mengangguk kecil sambil tersenyum polos, tanpa benar-benar mengerti percakapan di antara mereka. Sementara Hiroshi menaiki gerobak, ia menoleh kembali pada Calista, menatapnya dengan tatapan yang seakan berterima kasih, meski tanpa kata-kata.

“Terima kasih atas segalanya, Calista,” ucap Hiroshi sopan, menambahkan sedikit anggukan sebagai tanda hormat.

Calista membalas dengan senyum kecil, ekspresi wajahnya menunjukkan kepercayaan diri dan sedikit perasaan aneh yang tak bisa ia jelaskan.

“Sampai bertemu lagi, Hiroshi. Berhati-hatilah di perjalanan.”

Setelah itu, Calista mundur selangkah, memberi tanda pada kusir untuk memulai perjalanan. Hiroshi dan Seraphine duduk di dalam gerobak, sementara Calista berdiri di tempatnya, memandang mereka hingga gerobak itu bergerak menjauh, melintasi jalan yang dikelilingi pepohonan tinggi.

Dalam hatinya, Calista masih merasakan keheranan pada pemuda yang tampaknya membawa misteri dari dunia yang tak pernah ia kenal.

1
Yurika23
mampir ya thor
Yurika23: siap kak
Sapoi arts: Tentu @Yurika23 , terima kasih atas support-nya! Akan mampir juga 😊
total 2 replies
si Rajin
keren, penulisannya juga rapih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!