NovelToon NovelToon
Tanpa Cinta (Istri Kedua)

Tanpa Cinta (Istri Kedua)

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Trilia Igriss

Tak pernah terpikirkan sebelumnya jika Aruna harus menikah setelah kehilangan calon suaminya 1 tahun yang lalu. Ia dengan terpaksa menyetujui lamaran dari seorang pria yang ternyata sudah beristri. Entah apapun alasannya, bukan hanya Aruna, namun Aryan sendiri tak menerima akan perjodohan ini. Meski demikian, pernikahan tetap digelar atas restu orang tua kedua pihak dan Istri pertama Aryan.
Akankah pernikahan tanpa cinta itu bertahan lama? Dan alasan apa yang membuat Aruna harus terjebak menjadi Istri kedua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trilia Igriss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21. Kunjungan Oma Setya

"Ibu gak tenang Isma. Anak kamu gak bisa dihubungi. Dia cucu Ibu. Wajar Ibu khawatir." Ujar Oma Setya setelah beberapa hari tak bisa menghubungi cucu kesayangannya.

"Tapi apa harus ke sana Bu? Apapun yang terjadi, Aruna sekarang bersama suaminya." Protes Isma seakan menghalangi niat Oma Setya untuk menyusul Aruna.

"Kamu itu dibayar berapa sama besan kamu itu? Kenapa kamu gak pernah mikir situasi terburuknya? Aruna itu istri kedua. Bahkan kita gak tahu tujuan Sundari menikahkan anaknya dengan Una itu apa? Ibu mana yang tega menikahkan anak yang sudah beristri pada wanita lain? Kecuali kalau ada tujuan. Kamu menikahkan Una dengan dalih ingin dia bahagia. Isma, Una tak akan bahagia menikah dengan orang yang tidak dia inginkan. Setahun itu waktu yang sebentar untuk Una melupakan Athar. Kamu sendiri tahu bagaimana Athar pada anak kamu. Jangankan Una, Ibu saja belum bisa melupakan semua kebaikannya memperlakukan Una." Mendengar penuturan Ibunya tersebut, Isma terdiam menunduk tak berani menyanggah sedikitpun. Ia tak akan menghalangi lagi. Ia akan membiarkan Ibunya menyusul Aruna, tapi Ia juga akan ikut sebagai bukti bahwa dirinya pun memang merindukan Aruna. Meski nyatanya Aruna lebih sering menghubungi Oma daripada dirinya, namun Ibu tetaplah seorang Ibu.

...----------------...

"Aruna masih di kamar, Bi?" Tanya Aryan yang belum sempat naik ke lantai atas. Ia baru saja sampai dari kantor setelah mampir ke rumah Gita sebelum ke rumah Aruna. Ibunya terus mendesak untuk menceraikan Aruna, Namun Ia meyakinkan jika Aruna akan mengandung dalam waktu dekat. Ia tak akan membiarkan Aruna mengonsumsi obat itu lagi. Meski masih merasa marah, hatinya tergugah untuk memaafkan kesalahan Aruna yang tak sepenuhnya bersalah. Ia sadar jika kedekatan Aruna dengan Adnan sejatinya karena kesalahannya yang tak bisa menjadi suami yang selalu ada untuk Aruna. Dan keputusan Aruna menolak untuk mengandung mungkin karena dirinya yang terlalu memperlihatkan sikap yang seakan tak menginginkannya.

"Ibu di kamar terus Pak. Sejak hari itu, Ibu juga jarang makan. Setiap saya antarkan makanan untuk Ibu, makanannya hanya disentuh sedikit." Jawab Bi Ima. Aryan menghela nafas dalam sesaat kemudian berlalu ke lantai atas untuk menemui Aruna. Apa dia tidak bosan? Ponselnya belum Aryan ganti, lalu apa yang menjadi temannya saat sendiri? Pikirnya.

Aryan perlahan membuka pintu dan Ia dapat menghela nafas lega mendapati Aruna tengah menonton lewat laptop miliknya. Ah ya, Aryan terlupa jika Aruna memiliki sebuah laptop. Hanya saja, Ia tak menggunakannya untuk menghubungi siapapun.

"Aruna..." panggilnya tak ditanggapi oleh Aruna. Ia diam, namun menyahuti dengan lirikan mata dan tindakan menghentikan aktifitasnya. Ia mematikan putaran film yang Ia tonton, lalu Ia duduk di tepi ranjang menunggu Aryan berucap. Siapa sangka, Aryan duduk di sampingnya sehingga membuat Aruna menggeser tubuhnya menjauh. Saat Aryan ingin meraih tangannya, sontak saja Aruna menutupi wajahnya dengan waspada. Hal itu membuat Aryan berpikir apakah Aruna trauma dengan tindakannya tempo hari?

"Aruna..." panggilnya lagi. Wanita itu hanya menoleh lalu kembali menunduk seraya meremas jemarinya. "Aku... minta maaf." Masih tak ada tanggapan apapun. Aryan menatap dalam wajah istrinya dari samping, lalu tangannya meraih tangan Aruna tanpa izin.

"Mas..." lirihnya masih tak berani menoleh.

"Hemmm?" Sahut Aryan sedikit antusias menunggu lanjutan ungkapan Aruna.

"Apa setelah 3 bulan, kita akan resmi bercerai?" Secara tiba-tiba, Aruna mempertanyakan hal yang sebenarnya tak ingin Aryan bahas saat ini.

"Kamu mau kita pisah?" Tanya Aryan tanpa menjawab pertanyaan Aruna. Wanita itu tak lagi menjawab pasti. Ia bahkan memalingkan wajahnya menghindari Aryan yang mungkin akan marah lagi padanya. Lagi, tanpa izin Aryan memeluk Aruna tiba-tiba. Meski pelukannya Ia berikan sehangat mungkin, namun Ia merasakan jika Aruna kini tengah gemetar. Seperti ketakutan, dan panik yang berlebih. Nafasnya terdengar tak beraturan, sepertinya Istrinya itu memang tengah panik. Baru Aryan menyadari jika suhu tubuh Aruna lebih hangat dari dirinya. Jika sakit pun, wajar saja. Karena hari itu Aruna terkena hujan, dan sudah tidak makan berhari-hari.

"Kamu sakit?" Tanya Aryan segera ditanggapi gelengan kepala oleh Aruna. Ia benar-benar tak bisa mengendalikan dirinya. Gemetarnya semakin hebat, Aruna beberapa kali berusaha menghindar dan Aryan membiarkan istrinya menjauh untuk menenangkan diri.

"Kalau kamu mau keluar, gapapa. Aku gak akan larang." Namun lagi-lagi wanita itu menggeleng cepat. Bukan Ia tak mau keluar, namun Ia tak mau bertemu dengan Adnan di kebetulan manapun.

...----------------...

Malam menjelang, Aryan baru saja akan mengajak Aruna makan malam, namun Ia mendengar suara mobil berhenti tepat di depan rumahnya. Siapa yang bertamu malam-malam? Apakah Adnan? Aryan sedikit murka jika memang tamu itu adalah Adnan. Ia berjalan cepat menuju pintu depan, dan menyambut siapa tamu yang datang ke rumahnya di jam ini. Ternyata, dugaannya salah. Ia mendapati Oma Setya bersama Isma turun dari mobil hitam tersebut.

"Bu... Oma?" Sapanya jelas memperlihatkan keheranan.

"Kok kamu kaget gitu? Una mana?" Tanya Oma tanpa basa-basi. Ia tak begitu menyukai Aryan karena statusnya. Sebab Ia belum bisa menerima kenyataan jika cucu kesayangannya harus menikah dengan suami orang.

"Ada di kamar, Oma. Kebetulan mau saya ajak makan malam." Jawabnya seraya mengajak kedua wanita itu masuk. Setelahnya Ia memanggil seorang pelayan untuk memberitahu Aruna.

"Ibu dan Oma sudah makan?" Tanyanya kemudian seramah mungkin. Seorang Aryan yang dikenal dingin di kantor, ternyata bisa bersikap ramah kepada mertuanya.

"Sudah tadi di perjalanan." Jawab Isma diiringi sebuah senyum untuk menjaga sikap di depan Aryan.

Tak lama, dari atas terdengar teriakan Aruna yang mendadak mempercepat langkahnya. Oma merasa khawatir dengan langkah Aruna yang tergesa menuruni tangga. Secepatnya Ia memeluk cucu tersayang setelah Aruna berada di hadapannya.

"Oma dan Mama tumben ke sini?"

"Karena kamu gak bisa dihubungi. Kenapa? Tiba-tiba nomor kamu gak aktif. Kamu gapapa kan?" Jawab Oma seraya memeriksa setiap inci tubuh cucunya yang terasa berbeda. "Badan kamu hangat. Kamu sakit?" Lanjutnya kembali bertanya. Aruna hanya menggeleng menanggapi pertanyaan tersebut.

"Enggak Oma. Una gak enak badan aja." Mendengar hal ini, Isma ikut meraih Aruna dan menyentuh dahinya untuk memastikan.

"Kenapa gak berobat?" Protes Isma sedikit kesal.

"Ini gapapa Ma. Pusing sedikit aja. Nanti juga hilang." Sanggahnya memaksa senyum untuk meyakinkan.

"Atau jangan-jangan kamu hamil?" Tuduh Oma membuat Aruna dan Aryan terkejut mendengarnya. Mengapa dugaan Oma harus mengarah ke sana?

"Ishhh enggak Oma. Aku baru selesai haid 2 minggu yang lalu." Kembali Aruna mengelak.

"Ya bisa jadi baru seminggu kan?"

"Bisa tidak jangan bahas itu, Oma. Nanti Una tambah pusing." Keluhnya mengundang senyum Oma. Aryan terheran akan perubahan sikap Aruna yang terasa begitu cepat.

"Terus kenapa kamu gak bisa dihubungi?" ~Oma

"Ponsel aku rusak, Oma. Jatuh dari sana. Hancur. Jadi belum bisa hubungi Oma sama Mama." ~Aruna

"Ishhh kenapa gak hati-hati. Itu kamu belinya kesusahan loh. Sampai harus nabung diam-diam padahal Oma bisa belikan." ~Oma

"Hehe... ya namanya juga kecelakaan Oma. Aku juga gak nyangka. Nanti lah beli lagi. Lagian masih ada laptop. Kalau bosan tinggal nonton aja." ~Aruna

"Kamu ini kebiasaannya nonton terus. Inget loh sekarang udah punya suami." Tegur Isma ikut menimpali obrolan Oma dan Aruna.

"Iya Ma..." sahutnya terdengar malas.

Di samping itu, Aryan yang melihatnya benar-benar tak menyangka jika Aruna akan menyembunyikan fakta kekerasannya. Jelas kebohongan itu terdengar seperti kejujuran. Apa Aruna memang begitu pandai berbohong?

"Sejauh mana lagi hal yang tak aku tahu tentang perempuan ini?" Batinnya semakin penasaran dengan wanita bergelas istri ke duanya itu.

...-bersambung...

1
Siti Khoiriah
sakut banget ja aruna😭😭😭😭😭
Jumiah
menjadi istri ke2 bukan menyelesaikan masalah mallh menambah penderitaan .
berlipat lipat ,
memikiran gk masuk akal sehat..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!