NovelToon NovelToon
Sang Penakluk! - Semalam Bersama Pria Asing

Sang Penakluk! - Semalam Bersama Pria Asing

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nathasya90

Berawal dengan niat baik untuk menolong membuatnya harus berurusan dengan seorang pria asing yang tanpa Marissa ketahui akan merubah hidupnya 180 derajat. Terlebih setelah insiden satu malam itu.

Kira-kira seperti apa tanggapan pria asing yang bernama Giorgio Adam setelah mengetahui kebenaran dari insiden malam itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nathasya90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MEMINTA PERTANGGUNGJAWABAN

"APA? Tuan Adam ingin bertemu denganku?" ucap Brian pada salah satu pegawai klub yang datang menghampiri dan memberitahukan padanya.

"Baiklah, dimana dia sekarang?" tanya Brian cepat.

"Tuan Adam yang akan kemari, Bos! Kata asistennya tadi padaku," sambung pegawai laki-lakinya itu.

"Baiklah, kembalilah bekerja," balas Brian memijat keningnya yang tiba-tiba berdenyut.

Setelah pegawainya pergi. Brian menunggu kedatangan Giorgio di kantornya dengan gelisah.

"Kira-kira apa yang akan dikatakan tuan Adam padaku? Apakah dia marah padaku karena meminta maaf tadi? Tapi 'kan aku sudah meminta maaf padanya, dan juga sudah mengusir pria itu!" gumam Brian berdialog pada dirinya sendiri.

15 menit kemudian. Giorgio datang bersama dengan Roby sang asisten.

"Duduklah, Mr. Brian," ucap Giorgio saat melihat Brian yang tak kunjung di kursinya.

Brian lalu menundukkan kepalanya dan duduk di kursinya.

"Atas nama pribadi, saya meminta maaf atas kekacauan tadi. Saya jamin, pria itu tak 'kan lagi bisa menginjakkan kakinya ke klub kami," ucap Brian membuka pembicaraan saat Giorgio tak berkata apapun padanya dan hanya melihatnya dengan tatapan tajam.

"Baiklah, saya hanya akan bertanya satu kali saja, maka dengarkan baik-baik," kata Giorgio. "Panggilkan wanita itu sekarang!"

Brian tertegun mendengar perkataan pria wajah berwajah datar itu.

"Mr. Brian!" seru Roby kali ini.

"Ah, iya, maaf. Maksud Tuan, wanita yang mana? Di klub kami hampir sebagian pekerja wanita semua, Tuan," jawab Brian ambigu.

Giorgio menghela napasnya panjang lalu beralih menatap Roby.

Roby lalu maju kedepan dan memberikan cerutu pada Giorgio lalu menyalakannya.

Giorgio kemudian memberikan tanda pada Brian untuk mendekat ke arahnya. Lalu menghembuskan asap cerutunya tepat di wajah Brian dengan kasar.

"Apa kau sudah mengingatnya? Aku yakin kau tak sebodoh itu, Mr. Brian?" ucap Giorgio dengan tatapan menusuk.

"Oh, wanita itu! Ya, saya ingat, Tuan. Dia pegawaiku yang paling suka membuat masalah disini. Aku mohon maafkan dia, Tuan. Saya akan pastikan dia tak akan lagi membuat masalah dan mengganggu kenyamanan, Tuan selama berkunjung ke klub kami," tandas Brian seraya menundukkan kepalanya.

"Saya paling benci pada laki-laki bermulut wanita, saya harap kau tidak termasuk di kategori itu Mr. Brian," kata Giorgio lalu mematikan cerutunya diatas meja kayu Brian.

***

"Marissa kamu dipanggil Mr. Brian ke ruangannya sekarang," kata Niki saat mendapati orang yang dicarinya.

Marissa menghembuskan napas ke udara, seakan sudah tahu apa yang akan dikatakan Mr. Brian padanya nanti.

"Baiklah, terima kasih, Nik," ucap Marissa mengangguk lalu berlalu dari hadapan Niki.

Marissa lalu pergi menuju kantor Brian dengan hati yang gamang. Sudah sering kali dia membuat keributan dengan pengunjung nakal di klubnya.

"Apakah kali ini dia akan memecat ku?"

Wanita bermata biru itu lalu mengetuk pintu yang ada di hadapannya saat ini. Marissa lalu mengatur napas sebelum masuk ke dalam sana.

"Permisi, Mr. Brian," ucap Marissa saat sudah berada di depan pintu.

"Masuklah, Ris!" sahut Brian dari dalam.

Marissa masuk dengan gagah berani, dia sudah siap apapun dengan keputusan yang akan dibuat Brian padanya.

"Ris, perkenalkan, Tuan Giorgio Adam," ucap Brian memperkenalkan salah satu pria yang ada di depannya.

Marissa lalu menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat pada tamu bosnya tanpa melihat wajahnya.

Lalu Giorgio memberikan kode pada Brian untuk segera keluar.

Karena takut, otak cerdas Brian bekerja. Pria itu bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Marissa sebelum keluar dari ruangannya sendiri.

"Ris, dia tamu kita yang sangat penting. Aku harap kamu bisa lebih bersabar lagi. Dia orang yang sangat disegani di kota ini, tidak.. bukan di kota ini, tapi di negara ini. Bahkan dia tak segan akan membunuh orang yang membuatnya marah." Akhirnya Brian keluar setelah memberikan wejangan pada Marissa, salah satu pegawai kesayangannya.

Marissa menelan saliva dengan berat saat mendengar betapa menakutkannya pria yang ada di hadapannya saat ini.

Pria itu menatap manik mata biru Marissa dengan tajam.

"Akhirnya kita bertemu kembali, Nona Marissa."

Kepalanya tiba-tiba terangkat ke atas saat mendengar suara bariton yang terdengar tidak asing di telinganya.

Dan betapa terkejutnya saat melihat sosok pria di hadapannya. Marissa lalu memundurkan langkah saat pria didepannya itu semakin mendekat ke arahnya.

"Apa kau ingat sudah berapa kali kita bertemu, Nona Marissa?" kata Giorgio.

Marissa tak menjawab. Dia masih berpikir apakah dia harus jujur dan mengakui jika dirinya adalah wanita yang sudah tidur dengannya malam itu?Pikirnya.

"Satu, tidak tidak maksud saya dua kali, Tuan. Saat kejadian tadi dan saat ini," akhirnya Marissa memilih berbohong dan berpura-pura tak mengingat kejadian malam itu.

"Benarkah?" kata Giorgio yang semakin membuat Marissa memundurkan langkah hingga tak ada celah lagi untuk mundur.

Lalu Giorgio mengungkung wanita cantik itu agar tidak bisa bisa menghindarinya.

"Apa kau lupa kejadian malam itu!" seru Giorgio mengingatkan dengan malam panasnya seraya meraih dagu Marissa dan menyentak wajah wanita itu ke arahnya. Sejujurnya Giorgio kesal merasa tidak dihargai dan dirasa penting hingga begitu mudahnya dilupakan.

Marissa lalu menepis tangan Giorgio dari dagunya.

"Kejadian apa, Tuan? Saya sungguh tidak mengerti ucapan Anda sejak tadi," jawabnya, kekeuh pura-pura tak tahu.

Lalu Giorgio mengulurkan tangan ke arah Roby yang masih setia berdiri tidak jauh darinya. Kemudian Roby mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan memberikan pada Giorgio .

"Apakah kau masih mengingat wajah wanita ini?" seru Giorgio memperlihatkan video berdurasi beberapa detik yang menampilkan seorang wanita berlari kecil menuju lift dengan wajah ketakutan.

"Kau sudah seperti seorang pencuri, Nona. Setelah kau berhasil meniduri ku lantas meninggalkanku begitu saja tanpa memberi penjelasan apapun padaku? Begitu!" kata Giorgio mengintimidasi.

Baru kali ini Giorgio bertemu dengan seseorang yang dengan berani menginjak harga dirinya berulang kali. Biasanya para wanita dengan suka rela meminta perhatian bahkan kesempatan untuk bisa bercinta dengannya. Tapi wanita yang ada didepannya ini seolah-olah menjatuhkan harga dirinya yang tinggi kemudian menginjaknya kuat-kuat.

"Kau tak usah mengelak lagi, Nona. Jujurlah dan minta maaf pada pria itu agar ia tak sakit hati lagi," celetuk Roby tiba-tiba. Dan membuatnya mendapat tatapan tajam dari Giorgio .

"Baiklah, aku keluar! Dan ya, Nona berhati-hatilah pada pria ini, dia belum jinak pada orang lain." Roby lalu keluar dengan cepat sebelum mendapat amukan dari bos sekaligus sahabatnya itu.

Marissa lalu menghela napas dengan panjang.

"Sebenarnya ini sangat memalukan karena aku harus bertemu denganmu lagi, padahal jujur aku sudah tidak ingin bertemu denganmu lagi setelah pertemuan pertama kita malam itu." Akhirnya Marissa berucap, tentunya dengan jujur.

"Lupakan semuanya, Tuan! Anggap itu tak pernah terjadi, lagi pula aku yakin jika saat kita melakukannya malam itu, itu bukanlah yang pertama bagimu, aku benar 'kan? Jadi kau tak mengalami kerugian berarti karena kejadian itu," pungkas Marissa dengan elegan dan tenang padahal jantungnya sudah berdebar tak karuan karena berdekatan dengan pria yang sudah mengambil sesuatu yang berharga yang selama ini dijaga.

"Ya, kau benar! Aku seorang pemain wanita. Dan kau sudah menjadi salah satu wanitaku. Mau tidak mau, suka tidak suka kau adalah wanitaku. Dan kau akan aku hukum karena dengan berani meninggalkanku sendirian di kamar hotel waktu itu."

"A-apa maksudmu, Tuan?" tanya Marissa terbata. Takut dengan ancaman pria itu.

Giorgio menarik pinggang Marissa dengan keras hingga membuatnya masuk ke dalam dekapan pria bermata coklat itu.

"Kau harus membayar menggunakan tubuhmu karena kau sudah membuat harga diriku terinjak-injak!" Seru Giorgio dengan pelan hingga seperti sedang berbisik.

Jarak keduanya kini sudah sangat dekat hingga hembusan napas mereka bisa mereka rasakan di kulit mereka masing-masing.

Marissa menelan saliva dengan susah payah karena untuk kali pertama bisa berdekatan dengan pria tampan yang sudah berhasil mengambil sesuatu yang berharga di hidupnya.

Dan siapa yang tak terhipnotis dengan wajah tampan Giorgio? Pria tampan dengan sejuta pesona dan menjadi para incaran wanita tak terkecuali dengan Marissa tentunya.

"Ada apa? Apa kau ingin mengulang malam panas kita kembali?" ucap Giorgio yang semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Marissa .

Napas Marissa tercekat saat wajah Giorgio yang begitu dekat dengan wajahnya.

"Bernapas lah, Baby, kau masih tak boleh mati tanpa seizin dariku!" bisik Giorgio ditelinga Marissa dan menjilatnya kemudian melepaskan rengkuhan pada pinggang wanita itu.

Sejenak Marissa terhipnotis akan ketampanan pria di hadapannya saat ini, namun dengan cepat Marissa menghilangkannya.

"Aku bukan wanita yang ada di pikiranmu saat ini, Tuan! Jika kau ingin teman ranjang, maka carilah wanita diluar sana. Kau sudah salah menilai jika kau pikir aku akan mengulang kesalahan itu untuk kedua kalinya," ucap Marissa dengan tegas.

"Dan ya, malam itu kita sama-sama mabuk dan aku tak menampik jika aku pun menikmatinya saat itu." Jujur Marissa. "Tapi sekarang kondisinya sudah berbeda, Tuan. Aku tak akan meminta pertanggungjawaban karena telah mengambil keperawananku. Dan masalah aku yang meninggalkanmu di sana pagi itu adalah karena aku benar-benar menganggap kejadian itu tak berarti apa-apa untukku.

"Dan satu hal lagi. Jangan pernah mencari ku lagi. Anggaplah kau sedang beruntung karena kau menjadi yang pertama merasakan tubuhku." Marissa lalu keluar dari ruangan manajernya dengan jantung yang berdetak sangat kencang.

"Oh God, Marissa! Apa yang sudah kau katakan tadi? Kau sungguh sangat berani dan siap mati sepertinya!" ucap Marissa dalam hati lalu berjalan dengan cepat. Ia merutuki kebodohannya atas apa yang sudah dia katakan pada pria itu.

Giorgio yang melihat keangkuhan wanita sombong itu hanya menyunggingkan senyumnya tipis dengan tatapan datar hingga wanita itu menghilang dari pandangannya.

***

Sebulan kemudian.

"Are you okay, Ris ?" tanya Rossa, sang sahabat.

Sudah beberapa hari ini Rossa menemani Marissa yang sedang sakit di kosan.

Beberapa hari yang lalu, Marissa jatuh pingsan di klub. Beruntung saat itu klub belum buka hingga tak terjadi kehebohan.

"Hem, sudah lebih baik, Ros. Thanks," ucap Marissa tersenyum.

Marissa sudah bisa bangun dan bergerak walau hanya sebentar saja, karena setiap kali bangun, kepalanya terasa berat dan seperti akan terhuyung ke belakang.

"Kau harus ke dokter, Ris. Aku khawatir meninggalkanmu sendirian di kosan saat aku pergi bekerja," kata Rossa dengan cemas.

"Sungguh, Ros. Aku baik-baik saja. Bekerjalah, kau sudah cukup lama izin. Aku takut Mr. Brian akan gulung tikar jika primadona klubnya izin semua," canda Marissa yang membuat Rossa tergelak.

"Hem.. baiklah, aku akan masuk malam ini. Aku juga tak enak padanya karena izin terus," kata Rossa menimpali ucapan Marissa.

Pagi berganti siang dan siang berganti malam. Begitupun dengan sinarnya, matahari tenggelam meredupkan cahayanya. Dan bulan serta bintang menggantikan tugas sang mentari menyinari langit malam ini.

"Aku akan terus mengaktifkan ponselku, jika terjadi apa-apa langsung hubungi aku, oke!" kata Rossa kembali mengingatkan.

"Kau sudah seperti, ibu-ibu cerewet yang mengomeli anak gadisnya," kata Marissa memanyunkan bibirnya kedepan.

"Ya, dan kau seperti bayi besar yang begitu menyebalkan dan keras kepala karena tidak ingin ke dokter!" balas Rossa menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu.

"Bye, Sweetheart!" kata Rossa yang berada di depan pintu.

"Okay, be careful! kata Marissa lalu menutup pintu kosan dan meninggalkan kosan Marissa.

1
Dewi @@@♥️♥️
coba mampir baca,,semoga bagus,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!