NovelToon NovelToon
Keluarga Untuk Safina

Keluarga Untuk Safina

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak / Ibu Tiri / Istri ideal
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Secara kebetulan aku bertemu dengan keluarga kecil itu, hadir sebagai seorang istri terutama ibu pengganti untuk anak pria itu yang berstatus duda saat menikahiku.

Sungguh berat ujiannya menghadapi mereka, bukan hanya satu, tapi empat. Namun, karena anak bungsunya yang paling menempel padaku, membuatku terpaksa bersabar. Mungkinkah aku akan mendapatkan cintanya mereka semua? Termasuk Ayah mereka?

Kami menikah tanpa cinta, hanya karena Delia, anak bungsu pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Meninggalkan Rumah

🌻🌻🌻

Perdebatan terjadi begitu teruk. Mas Lintang yang sejak tadi diam mendengarkan kemarahannya tidak bisa menahan emosinya lagi. Pria itu membentak gadis itu, menyuruhnya diam sampai tidak ada suara terdengar lagi dari dalam. Suara Revan dan Zien terdengar kecil, aku menoleh ke belakang, dan melihat mereka berdiri di pintu dapur sedang memandangku dengan kebencian, menyalahkanku atas semua yang terjadi. Kedua putra Mas Lintang membicarakanku secara terang-terangan. 

“Jika bukan karena dia, semua ini tidak akan terjadi,” kata Zien. 

Respons seperti apa yang bisa aku tampilkan? Diriku hanya bisa diam dan terhanyut dengan perkataan mereka yang rasanya benar. 

Pintu kamar dibuka Mas Lintang, pandanganku langsung beranjak dari kedua putranya kepada suamiku itu. Kehadirannya sedikit membuatku kaget karena sudah berada tepat di hadapanku dengan wajah memerah karena marah. Sejenak kami saling menatap dalam diam. 

“Kalau Ayah memilih dia, aku akan pergi dari rumah ini!” seru Shani dari dalam setelah melihatku. 

Pria itu menoleh ke belakang, menatap tajam ke arah Shani. 

“Jika kamu memang ingin melakukannya, mengapa Ayah menghalanginya? Silakan,” balas Mas Lintang. 

Shani semakin marah mendengar itu. Gadis itu langsung mengambil tas, memasukan pakaian dari lemari ke dalam tas. Ketika aku hendak masuk untuk menahan gadis itu, Mas Lintang menahanku dengan merentangkan salah satu tangannya, menjadi palang di pintu dan menggelengkan kepala. Ia tidak ingin aku menahan Shani untuk meninggalkan rumah. 

“Ayah membiarkan Kak Shani pergi hanya karena wanita itu?” tanya Revan. 

“Kami sudah lama bersama Ayah dibandingkan dia, Ayah,” tambah Zien. “Seharusnya orang yang Ayah usir adalah dia,” lanjut Zien. 

“Diam!” bentak Mas Lintang. “Jika kalian ingin ikut pergi meninggalkan rumah ini, Ayah persilahkan. Kalian tidak pernah menurut lagi dengan perkataan Ayah, kalian semua sudah membangkang, tidak pernah membuat Ayah merasa bangga seperti dulu. Sekarang terserah kalian. Karena kalian merasa sudah besar, lakukan.” Mas Lintang membungkam kedua putranya itu sampai mereka hanya berdiri terpaku.

“Kalian tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan di rumah ini,” ujar Shani sambil berjalan melewati keberadaan Mas Lintang yang masih berdiri di salah satu sisi pintu, gadis itu keluar dari sama bersama tas yang di jinjingan tangan kanannya.

“Shani …!” panggilku dengan suara membujuk sambil mengikuti gadis itu. 

“Jangan sok baik!” Shani berhenti berjalan di tengah ruang tamu dan menoleh tajam ke belakang. 

“Masuk kamar!” titah Mas Lintang kepada kedua anak laki-lakinya. 

Mereka menatap Shani dengan wajah prihatin, lalu berjalan menuju kamar mengikuti titahan Mas Lintang. Mereka tidak sekeras kepada Shani saat menghadapi Mas Lintang. 

Setelah mereka masuk, aku hendak menghampiri gadis itu untuk membujuknya, tetapi Mas Lintang menggenggam pergelangan tanganku, masih menahan. Gadis itu menatap aksi tangan Mas Lintang dan tersenyum bodoh, lalu lanjut berjalan keluar dari rumah. 

Barulah Bu Sulis keluar dari dapur dan mengikuti gadis itu, berusaha membujuk Shani. Sejak tadi Bu Sulis di dapur, ia sengaja berdiam diri di sana karena menemani Delia dan tidak ingin gadis kecil itu melihat pertengkaran di luar. 

“Mas. Dia masih labil. Kuta seharusnya yang bisa menghadapinya. Jangan keras kepala, Mas. Kita bujuk dia kembali,” ucapku, berusaha membuat pria itu memahami maksud perkataanku. 

“Kamu pikir dia mau kamu bujuk? Biarkan saja. Jika dibiarkan, dia akan selalu melunjak. Biarkan dia merasakan bahagia kerasnya dunia luar tanpa orang tua. Mendingan temani Delia di dapur, aku menenangkan diri dulu di kamar.” Mas Lintang melepaskan tangannya dari tanganku dan memasuki kamar kami. 

***

Sesekali aku menoleh ke belakang, mengarah ke kasur, melihat Mas Lintang yang kesulitan untuk tidur. Posisiku kala itu duduk di meja kerja Mas Lintang sambil memainkan laptopku, menyelesaikan pekerjaan. Tentu dirinya akan mengalami kesulitan tersebut, putrinya di luaran sana entah di mana dan bersama siapa. Dari luar pria itu terlihat begitu marah, tetapi di dalam sana, hatinya lembek. Rasa bersalahku jadinya semakin besar. Kehadiranku malah mencampakkan salah satu anggota lama di rumah itu. 

Melihat Mas Lintang melamun menatapnya loteng kamar, aku bergegas mengirimkan pesan kepada Brian, meminta pria itu untuk mencari Shani, dan memastikan gadis itu baik-baik. 

Pesanku langsung dibalas, tetapi bukan dengan pesan, melainkan panggilan telepon yang masuk darinya. Sebelum menjawab sambungan telepon, aku menoleh kembali ke belakang, melihat Mas Lintang sudah memejamkan mata, tetapi aku ragu apakah pria itu sudah tidur atau belum. Mengapa? Jika suamiku  itu benar sudah tidur, aku tidak perlu menjawab sambungan telepon di luar kamar karena Brian juga menjadi kegoyahan dalam masalah tadi. 

Pada akhirnya aku ke keluar dari kamar dan berbicara di ruang tamu dengan suara pelan. Semua masalah yang terjadi aku ceritakan sampai Shani meninggalkan rumah. 

“Jadi begitu. Sekarang gadis itu berada di salah satu rumah temannya. Setelah melihatnya di jalan tadi, aku mengikutinya. Untung saja aku mengikutinya. Jika aku mengikuti egoku, aku sudah mengatakannya karena kesal dengan sikap gadis itu yang tidak bisa menghargai orang lain,” jelas Brian dari seberang sana. 

Di situ perasaanku sedikit lega. 

“Baiklah. Terima kasih Pak Brian,” ucapku sebelum memutuskan sambungan telepon. 

Sejenak aku diam sambil menghela napas. Kemudian, memutar tubuh ke belakang dan langsung berhadapan dengan Mas Lintang. Pria itu hadir seperti hantu, entah sejak kapan ia berdiam diri di sana. 

“Mas …!” kataku. 

“Siapa?” tanyanya dengan dingin. 

“Itu, Pak Brian.”

“Bisa tidak jaga jarak dengannya? Itu menambah kebencian anak-anak padamu karena mereka mengira kamu tidak setia padaku.”

Permintaan pria itu membuatku sadar kalau pembicaraanku bersama Brian mengenai Shani tadi tidak tertangkap oleh indra pendengarannya. Berarti, suamiku itu belum lama di belakangku dan tentunya tidak mendengar suara Brian karena volume suara teleponnya kecil. 

“Maaf, Mas,” ucapku. 

Pria itu aku ajak kembali ke kamar dengan menarik tangannya. Mas Lintang aku ajak duduk di tepi kasur dan aku minta maaf mengenai masalah yang terjadi selama ini gara-gara kehadiranku.

“Maaf, Mas,” ucapku, lagi dengan wajah memelas. 

“Untuk apa minta maaf? Mereka yang seharusnya minta maaf padamu. Maafkan anak-anakku yang selalu menyakitimu. Oh iya.” Mas Lintang berdiri dan berjalan menuju meja kerjanya. 

Pria itu membuka laci meja, mengambil sebuah kotak kecil persegi panjang dari sana dan membawanya padaku. Kotak tersebut diserahkan ke tanganku sambil kembali suamiku itu duduk di sampingku. Mas Lintang mengangkat dagunya sejenak, menyuruhku membuka kotak tersebut. 

Sebuah kalung indah tersimpan di dalam kotak tersebut.

“Itu hadiah pernikahan dari bosku,” terang Mas Lintang. 

Mas Lintang mengambilnya dari kotak tersebut dan memakaikannya di leherku. Pria itu memperhatikan kalung di leherku dengan senyuman sampai pandangannya menjalar ke wajahku, kami saling menatap dengan senyuman yang sama-sama dilemparkan.

1
Mariyam Iyam
lanjut
Darni Jambi
bagus,mendidik
Ig: Mywindersone: Terima kasih.
🥰🥰
total 1 replies
LISA
ya nih penasaran jg..koq bisa yg menculik itu mengkambinghitamkan Fina..pdhl Fina yg sudah menolong Shani..
LISA
Moga dgn kejadian itu Shani sadar dan tidak memusuhi Fina lg jg mau menerima Fina sebagai Mamanya
Darni Jambi
upnya yg rutin kak,
Darni Jambi
kok ngak up2 to mbk ditungguin, bagus critanya
LISA
Ya nih Kak
LISA
Pasti ibunya anak²
LISA
Ya Kak..Fina bijak bgt..salut deh sama Fina..istri yg pengertian
LISA
Pasti ke rmhnya Delia
LISA
Aq mampir Kak
Rina Nurvitasari
semangat terus thor
Rina Nurvitasari
mampir dulu thor semoga ceritanya menarik dan bikin penasaran...

semangat terus rhor💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!