Florin, yang baru saja mengalami patah hati, secara tidak sengaja bertemu dengan Liam, mantan ketua gangster yang memiliki masa lalu kelam. Dia terjebak dalam hasrat cinta semalam yang membuat gairah itu terus berlanjut tanpa rencana. Namun saat hubungan mereka semakin dalam, masa lalu Liam yang gelap kembali menghantui, membawa ancaman dan bahaya dalam kehidupan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyaliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Cahaya remang-remang ruangan memperjelas tatapan tajam Killean yang tampak lelah. Wajahnya tampak tirus dengan garis-garis kerutan terlihat jelas di dahinya. Tapi sorotan matanya jelas sedang menyembunyikan sesuatu. Sementara Liam masih menunggu penjelasan, dia tampak gelisah bercampur marah. Otot-otot lengan nya yang menjiplak di jaket kulitnya tampak tegang seakan siap untuk berkelahi kapan saja.
"Kau tak punya pilihan lain, kau tak akan bisa bersama dengannya," suara Killean terdengar berat dan penuh keyakinan. "Dia tak akan pernah melepaskan keponakannya padamu."
"Keponakan? Dia pamannya?" mata Liam menyipit, diikuti oleh keningnya yang mengkerut. "Tapi dia tak punya alasan tak merestui ku. Aku menyelamatkan nya, aku melindunginya. Dia milikku. Dan Mr. Ada apa denganmu, kau tak biasanya menuruti seseorang. Dia bahkan bukan dari Geng manapun."
Killean menghela napas panjang, memandangi lurus ke depan sebelum melanjutkan. "Dia mantan gangster, dia adalah bosku saat aku masih di Geng Exe dulu. Aku sangat mengenalnya, dia tak suka orangnya di ganggu tanpa izinnya."
"Tapi Mr. Kau mengenalku, kau tahu betapa keras aku ingin berubah. Kalau dia dulu adalah mantan Gangster dia pasti mengerti, Mr. Tolonglah, aku tak ingin kehilangannya."
"Tidak Liam, dia sudah mengawasi mu dari awal. Dia bahkan rela membiarkan wanita itu di culik hanya untuk mengujimu. Dan kau—kau lepas kendali dan membuat situasi nya menjadi lebih sulit." Killean menggeleng pelan. "Aku menyuruh Jarrel membereskan kekacauan yang kau buat semalam, dan saat dia datang semuanya bersih. Seakan tak terjadi apa-apa disana. Dia sudah membereskan nya. Sekarang kau mengerti maksudku?"
Liam terdiam, dia memang hilang kendali semalam dan melakukan hal yang seharusnya tak dilakukannya lagi. Dia tak berani untuk membantah, suaranya tertahan dengan genggaman kuat di sisi tubuhnya. Dia memikirkan dengan baik-baik perkataan Killean sebelum berkata, "Aku— aku melakukan kesalahan. Tapi tak bisakah dia memberiku waktu untuk membuktikannya?"
Matanya memancarkan ketulusan yang tak pernah Killean lihat selama ini, sangat dalam seakan berasal dari dalam jiwanya. Jauh dari lubuk hatinya yang paling dalam dan tersembunyi. Killean mencoba untuk mencari solusi, dia tetap tak bisa membiarkan Liam berada dekat dengan Florin untuk saat ini. Dia belum yakin.
"Pergilah ke Kanada. Mulailah hidup baru disana, akan ada seseorang yang menunggumu disana," lanjut Killean menawarkan solusi terbaik yang terfikirkan olehnya.
"Lalu bagaimana dengan Florin?" Emosinya sedikit mereda, dia setengah setuju meskipun ada pergulatan batin yang begitu jelas di matanya.
"Dia akan baik-baik saja, aku jamin itu. Kau bisa kembali saat kau yakin kau sudah benar-benar berubah."
Liam hanyut dalam lamunannya, dia berusaha menebak apa yang bisa terjadi jika dia pergi. Tapi mengingat siapa pamannya dan betapa yakinnya Killean, dia tak ada alasan untuk khawatir. "Oke. Aku akan pergi," lanjut Liam sebelum berdiri dan pergi meninggalkan ruangan bar itu dengan langkah berat.
Kepergian Liam membuat kesunyian ruangan itu terasa lebih berat dari sebelumnya, Killean menatap pintu yang perlahan menutup rapat. Dia terdiam dengan pandangan kosong, dengan kepingan ingatan masa lalu yang mulai bermunculan dalam kepalanya. Dia mengingat seseorang, seorang wanita. Bayangan samar senyum wanita itu membuat jantungnya berdegup kencang. Dia adalah cinta pertamanya. Cinta pertama yang berakhir di salah satu pihak.
"Jane—kuharap kau tenang disana. Aku akan menjaga putrimu dan memastikan dia bahagia," gumamnya pelan hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri. "Aku seharusnya menghentikan semuanya sejak dulu, sejak kau menyuruhku berhenti. Maafkan aku.., aku sangat terlambat."
Killean menutup matanya perlahan, meratapi penyesalan yang mulai mengusik batinnya.
...----------------...