"Jika aku harus mati, maka aku akan mati karena Allah dan kembali pada Allah, bukan menjadi budakmu."
"Hati - hati Jingga, Semakin tinggi kemampuanmu, maka semakin Allah akan menguji dirimu. Tetaplah menjadi manusia yang baik, menolong sesamamu dan yang bukan sesamamu."
"Karena semakin tinggi kemampuanmu, semakin pula kamu menjadi incaran oleh mereka yang jahat."
Dalam perjalanan nya membantu sosok - sosok yang tersesat, Rupanya kemampuan Jingga semakin meningkat. Jingga mulai berurusan dengan para calon tumbal yang di tolong nya.
Dampak nya pun tidak main - main, Nyawa Jingga kembali terancam karena banyak sosok kuat yang merasa terusik oleh keberadaan Jingga. Jingga semakin mengasah dirinya, tapi apakah dia bisa kuat dan bisa menolong mereka yang meminta bantuan nya? sementara nyawanya sendiri juga terancam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 23. Jangan menilai buku dari Sampulnya.
Esok nya, Jingga berangkat ke sekolah bersama Elang dan Gani seperti biasanya. Jingga sangat tidak tenang dan terus memikirkan Jonah yang berada di bagian gedung olah raga.
"Gani, El. Kalian mau nggak bantuin gue?" Tanya Jingga.
"Mau lah, pake di tanya. Apapun itu kalo butuh bantuan bilang aja, Ngga." Ujar Elang, dia menjawab lebih dulu.
"Hehe, makasih El." Ujar Jingga, dan Elang langsung besar kepala sambil menaik turunkan alis nya.
"El, kenapa lo bisa baik banget kalo sama Jingga, tapi dingin banget kalo sama orang lain?" Tanya Gani, Elang langsung melirik Gani.
"Tuh, gitu tuh. Lirikan matanya udah kayak macan hutan aja, serem." Ujar Gani. Sungguh Gani sangat ingin bertanya tentang pertanyaan itu, setelah sekian lama akhirnya dia berani juga bertanya.
"Itu lah elo, nilai orang dari muka nya. Lo mana tau isi hati gue, nggak kayak Jingga." Ujar Elang, dengan tatapan sinis.
Gani melongo mendengar nya, padahal jelas - jelas wajah Elang sudah seperti orang ngajak perang, tapi Elang malah menyalahkan nya karena tidak pandai menilai.
"Emang kamu tau isi hati nya Elang, Ngga?" Tanya Gani.
"Enggak juga." Sahut Jingga, Elang pun menatap Jingga sedih.
"Noh! Jingga aja nggak tau." Ujar Gani.
"Tapi aku tahu Elang anak baik, pendiam dan dingin itu bukan berarti jahat. Kadang orang diem itu hanya nggak mau berinteraksi sama orang lain, bisa juga karena malu, atau males ngurus urusan orang." Jingga meluruskan ucapan nya.
"Lebih tepat nya males ngurusin urusan orang, terutama elo." Ujar Elang, menatap Gani.
"Dih, siapa juga yang mau di urusin elu." Gumam Gani.
"Semua pasti ada asal - usul dan sebab nya mengapa Elang menjadi pendiam, yang kita lihat sekarang ini.. Bukan nya udah lebih baik??" Ujar Jingga, entah mengapa Elang tersenyum merona.
"Betul, muka gue setelan pabrik nya begini, yang ngerasa terintimidasi sama gue ya bukan salah gue." Ujar Elang.
Gani tahu Elang sepertinya suka dengan Jingga, tapi entah mengapa Elang tidak pernah mengutarakan perasaan pada Jingga. Tapi Gani pun sedikit lega, jika Elang tidak maju itu berarti Jingga masih belum ada yang memiliki.
"Gini ya.. dulu gue pernah ketemu sama anak kecil di taman, kejadian nya dua tahun lalu. Anak kecil itu mau ngambil mainan nya dia yang nyangkut di pohon, dia noel - noel gue yang lagi duduk." Jeda.
"Gue nengok nih, eh belom apa - apa dia udah berkaca - kaca padahal gue belom ngomong apa - apa. Gue inisiatif buat ngambilin mainan tuh anak, terus gue kasih ke dia. Karena gue tahu tuh bocah takut sama gue, akhirnya gue senyum, kalian tau apa yang terjadi??" Ujar Elang.
"Apa?" Tanya Jingga.
"Nangis tuh bocah. Lari manggil emak nya." Ujar Elang dengan ekspresi kesal.
"Pfft!!" Gani menahan tawa.
"Hahahahaha." Jingga tertawa juga.
"Astagfirullah, sorry El." Ujar Jingga.
"Capek - capek gue ngambilin mainan nya, tuh bocah malah nangis, mana mak nya ngira gue ngambil mainan tuh bocah, terus dia marah - marah sama gue." Jeda.
"Udah fiks! Gue nggak mau ngurus orang sekitar. Muka gue ini udah datar dari sono nya, niat nya mau senyum biar nggak keliatan serem, eh.."
"Malah makin serem." Celetuk Gani sambil terkekeh, Elang hanya bisa melirik sinis Gani saja.
"Puas lo!?" Ujar Elang, Gani masih tertawa saja.
Siapa yang sangka seorang Elang yang sebelumnya di kenal dingin seperti kutub utara itu ternyata malah lebih lucu saat bicara, memang benar yang pepatah bilang.. Jangan menilai buku dari sampunya.
Gani dan Jingga masih seru menertawakan Elang sepanjang jalan mereka menuju kelas, sampai siswa dan siswi sekitar heran karena melihat Jingga dan Gani yang cekikikan dengan Elang yang berceloteh.
Mereka juga pertama kalinya melihat Elang banyak bicara, lebih tepat nya sejak bersama Jingga, Elang jadi seakan lebih bernyawa.
Akhir nya mereka sampai di kelas dan saat sampai di kelas siswi yang bernama Caca itu tidak masuk karena sakit katanya. Jingga menjadi merasa bersalah, karena target nya adalah dia tapi orang lain jadi ikut terkena imbas nya.
'Aku akan selesaikan secepat nya.' Batin Jingga.
Kelas pun di mulai, Jingga fokus dengan pelajaran nya meski banyak yang sedang mencoba menyerang nya dan masuk pada dirinya.
Sampai akhir nya pada saat jam istirahat tiba, Jingga, Elang dan Gani datang ke gedung olah raga. Jingga melihat aura yang sangat pekat dan gelap itu berasal dari salah satu ruangan di belakang gedung olah raga, yang ternyata adalah gudang penyimpanan alat - alat olah raga dan lain - lain.
Elang merinding berada di sana, dia bisa melihat mata - mata yang berada di balik kegelapan.
"Susah buat bikin dia keluar di siang hari, apalagi ini sekarang di sebelah lagi rame." Ujar Gani.
Tapi tatapan Jingga terus terarah ke atas, seolah dia sedang bertatapan dengan seseorang. Elang yang melihat itu pun mencoba ikut melihat apa yang Jingga lihat dan dia terkejut saat tahu bahwa yang Jingga lihat adalah sosok yang sangat tinggi, besar, hitam, tapi tidak berbentuk dan di depan sosok itu ada perempuan tua berdiri.
Gani menyorot kesana kemari dengan senter handpone nya, tapi tidak terlihat apapun kecuali anak - anak kecil (Tuyul) berlarian kesana kemari.
"Ngga?" Gani memanggil.
"Shh! Jingga lagi fokus." Ujar Elang.
Jingga tidak bergeming, tapi matanya berkaca - kaca sekarang. Ia sedang berbicara dengan sosok yang jahat itu dan hanya Jingga yang tahu apa yang dia bicarakan.
"Jonah.. Denger aku, Jonah." Panggil Jingga.
"Jonah, kamu bisa pulang ke tempat kamu sendiri, kamu nggak mau pergi?? Jonah, bisa denger aku?" Jingga terus memanggil Jonah.
Di alam astral, Jingga sedang melihat Jonah yang hanya diam berdiri di depan sosok tua itu, tapi Jonah hanya diam saja. Jingga mencoba memanggil Jonah agar dia sadar tapi Jonah sama sekali tidak merespon.
"Cobalah, kalau kamu bisa ambil dia dariku." Ujar sosok tua jahat itu.
Jingga mengulurkan tangan nya untuk menyentuh Jonah, tapi saat Jingga sudah hampir meraih Jonah, tiba - tiba Jonah menarik tangan Jingga. Mata Jonah menghitam sepenuh nya dan wajah nya menjadi mengerikan, tidak lagi seperti Jonah.
Jingga pun menarik dirinya kuat - kuat sambil terus berteriak memanggil nama Jonah.
"JONAH! Jonah kamu jangan ikutin apa kata dia! Jonah, kamu temanku kan? Jonah kamu temanku! Jonah!" Teriak Jingga, tapi Jonah makin kuat menarik tangan Jingga.
"Jonah! Denger aku, kamu nggak seharus nya di sini, kamu bisa pulang ke rumah kamu! Aku bisa bantu kamu, Jonah! Jonah lepas! AKU JINGGA!!"
Mendengar Jingga menyebut namanya, Jonah seakan mendapatkan kembali kesadaran nya, Jonah melemas dan tidak menarik tangan Jingga lagi.
"Jingga.." Gumam Jingga.
"Iya Jonah, inj aku Jingga. Jonah, ayo pergi dari sini!" Ujar Jingga, dia hendak meraih tangan Jonah tapi sosok di belakang Jonah kembali mengendalikan Jonah.
"Mati!"
"Mati!"
"Mati!!"
Jonah kembali menarik tangan Jingga dan matanya kembali menghitam dengan wajah nya yang juga mengerikan. Jingga sedikit kesulitan sekarang karena Jonah sangat kuat.
"Mati!"
"Kamu! Harus! Mati!"
"Mati!"
"Enggak! Aku nggak akan mati di tanganmu." Ujar Jingga, dia membaca doa dan menarik Jonah.
Mereka berdua saling tarik menarik, Jingga menarik Jonah agar dia bisa membawa Jonah, tapi Jonah dalam kendali yang jahat menarik Jingga agar Jingga ikut dengan nya dan mati
"Mati!!"
"Mati!"
Jingga sudah sedikit demi sedikit ketarik oleh Jonah, tapi Jingga masih tidak melepas Jonah.
"JONAH!! SADAR INI AKU!!!" Teriak Jingga, karena dia sedikit lagi sampai di tangan perempuan yang jahat itu.
"Kamu! Harus! Mati!" Teriak Jonah.
"AHH!! AKI!!" Teriak Jingga, seketika Jingga terpental.
BERSAMBUNG..
berharap si dukun cabul dan si Kate dpt balasan yg sangat sadia.