My Destiny

HAPPY READING...

***

Nyatanya, membawa Karin dan Sasa makan bukan lah ide yang bagus untuk membuat mereka lupa tentang rumah baru yang Mika tempati. sepanjang makan, kesuksesan sahabatnya itu terus bertanya tentang tempat tinggal Mika dan beberapa pertanyaan lainnya. bahkan lebih dari itu, mereka mendesak untuk melihat tempat tinggal Mika yang sekarang. karena pada kenyataannya Mika adalah gadis manja dari keluarga kaya raya yang tentu saja tak bisa melakukan apapun tanpa bantuan Pelayan.

Tapi yang membuat Karin dan Sasa heran adalah kenapa Mika sampai bisa meninggalkan kenyamanan yang selama ini diberikan dan memilih tinggal sendiri. apa ada alasan lain?

"Bagaimana kalau kita mampir besok? setelah pulang kuliah?". Lagi-lagi Sasa mendedak agar dirinya bisa berkunjung ke rumah sahabatnya.

"Aku setuju..." ucap Karin. ia juga penasaran bagaimana rumah yang sahabatnya itu tinggali. apakah sebuah Apartemen atau kawasan perumahan yang elite dan aman.

Mika kembali mendengus kesal. Aduhhh.. bagaimana aku menjelaskannya ya?

"Kenapa kau terlibat keberatan Mik? apa ada sesuatu yang kau sembunyikan?" ucap Karin. karena melihat ekspresi Mika yang tak antusias untuk memperlihatkan tempat tinggalnya pada sahabat-sahabatnya itu.

"Bukan begitu... hanya saja-,".

"Hanya saja apa?".

Mika menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali.

"Apa jangan-jangan...". Sasa dengan pemikirannya.

Apa?

"Kau tidak aneh-aneh kan? atau mungkin kau tinggal dengan pacarmu begitu? kumpul kebo.." tuduh Sasa. sebenarnya hanya bergurau saja. hanya saja Mika menanggapinya dengan ekspresi panik.

"Kau punya pacar, Mik?" Karin saja terkejut mendengarnya. karena yang ia tau, selama ini Karin tak pernah melihat Mika terlihat menjalin hubungan dengan pria manapun. mungkin terakhir kali saat mereka masih menjadi mahasiswi baru saat itu. dan hubungan Mika dengan pacarnya hanya bertahan beberapa bulan saja karena perbedaan prinsip. tapi setelah nya Mika menjomblo sampai sekarang. itulah yang Karin tau.

"Apa-apaan sih kalian itu... mana ada yang begituan?" protes Mika.

Kumpul kebo apanya... aku bahkan sudha punya buku nikah sekarang... sah secara hukum... batinnya.

"Baiklah.. kita akan kesana besok sore..." ucap Sasa memutuskan. sedangkan Mika, tentu saja gadis itu ingin berontak tapi tak bisa.

hingga yang dilakukannya hanyalah pasrah.

Aku akan bicara dengan Rehan nanti...

***

Malam hari. setelah Mika sampai di rumah. terlihat lampu di setiap ruangan menyala. menandakan Rehan yang menghidupkan nya. terlebih sebuah mobil terparkir di Carport membuat Mika bersemangat untuk segera menemui suaminya itu.

"Rey.." panggil Mika. tapi tak ada sahutan.

dari anak tangga terdengar suara gemericik air dari kamar atas, yang tak lain adalah kamar Rehan.

Dia sedang mandi.. batin Mika.

Hingga yang di lakukan gadis itu adalah menuju ke kamar Rehan. Mika tak mau membuang kesempatan untuk bicara dengan pria itu. jadi Mika tetap menuju ke kamar dan menunggu Rehan selesai mandi.

"Eh," sadar bahwa kamar pria itu tidak di kunci. entah kenapa Mika justru langsung menyelonong masuk ke dalam.

mengamati isi dari ruangan itu, yang tak pernah sekalipun Mika menginjak-injak kakinya disana.

Kamar yang didominasi dengan warna hitam dan Abu-abu. benar-benar perpaduan warna yang terasa tenang. penempatan setiap perabotan yang terlihat estetik, benar-benar menambah kesempurnaan kamar ini.

Tatapan Mika terpaku pada rak buku di dekat balkon. langkah kaki gadis itu semakin mendekat

mengamati setiap deret buku dengan judul yang berbeda. Ck... buku apa ini? dia menyimpan buku romantis juga?

Mika ingin tertawa. karena seorang Heran bahkan memiliki beberapa buku novel dengan tema romantis. jelas-jelas tak masuk akal bukan?

Tangan Mika terangkat untuk mengambil salah satu buku di sana.

tapi baru menyentuhnya dan belum sempat menariknya, Rehan mengejutkannya.

"Apa yang kau lakukan?".

membuat Mika terjingkat dan mundur beberapa langkah.

Astagaa..

Belum selesai sampai disitu saja. ketika Mika ingin menjelaskan apa yang terjadi, memutar tubuhnya menghadap ke belakang dimana Rehan berdiri gadis itu kembali berteriak.

"Aaaa...".

spontan menutup matanya karena sudah melihat pemandangan asing dari Rehan.

"Apa yang kau lakukan?" protes Mika masih menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Bagaimana ia tak terkejut sedangkan saat ini, mata suci Mika harus ternodai dengan pemandangan dari Rehan yang hanya berbalut handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya saja. sedangkan dada pria itu dibiarkan terbuka dengan sisa air bekas mandi yang terlihat mengkilap.

sungguh Mika tak bisa berpikir jernih. ini pertama kalinya ia melihat tubuh pria dewasa yang seperti itu.

"Justru aku yang harusnya bertanya.. kenapa kau disini? masuk ke kamarku tanpa meminta ijin..." omel Rehan.

tak ada yang salah darinya. karena kamar ini adalah kamar Rehan. pria itu dengan bebas melakukan apapun di kamarnya.

"Ada apa?" tanya Rehan. menanyakan alasan Mika mendatangi kamarnya.

"Tutup dulu tubuhmu..." protes Mika. ia masih tak mau membuka tangannya dan melihat tubuh Rehan lagi. memalukan!

"Kenapa? memangnya ada yang salah denganku?". Rehan tidak gila yang memamerkan tubuhnya. ka hanya habis mandi dan juga mengenakan handuk. wajar bukan?

"Aku tidak bisa Rey... tutup dulu tubuhmu, atau ganti baju dulu..." desak Mika.

Rehan tersneyum. entah kenapa kejailannya tiba-tiba muncul begitu saja. ia ingin mengerjai Mika lagi.

"Kenapa malu? kita kan sudah menikah... halal bukan?" godanya.

Mika mendengus kesal.

"Melihat tubuh masing-masing adalah hal wajar bukan? ayo Mika... buka matamu...". sungguh Rehan ingin sekali tertawa dengan ucapannya sendiri.

Dia benar-benar gila!

"Ayolah Mika... kau datang kesini untuk ini bukan? melihatku ketika selesai mandi... jadi apa yang membuatmu malu? buka matamu Mika... lihatlah diriku...".

Mika merinding mendengar ucapan gila dadi Rehan. dasar sinting! umpatnya kesal.

"Kau mau mati ya? cepatlah ganti pakaianmu dan kita bicara... ada sesuatu penting yang ingin aku katakan..." perintah Mika. kesal sendiri melihat tingkah Rehan yang terus menggoda nya.

"Hahaha... kau yakin tak mau melihat pemandangan ini?".

"REHANNN!" teriak Mika kesal.

"Baiklah baiklah... aku akan ganti pakaian dulu... tunggu disini.." ucap Rehan.

Rehan baru hendak pergi menuju ke ruang ganti pakaian. tapi kembali menghentikan langkahnya dan berucap, "Jangan menyentuh barang-barangku! mengerti?" amcamnya.

"Iya-iya..." jawab Mika masih dengan mata yang tertutup. memang apa yang membuat Mika penasay dengan barang-barang milik pria itu? sama sekali tidak ada yang menarik.

"Termasuk buku itu! jauhi rak buku itu...".

Gleekk... Mika terdiam. benar, beberapa saat yang lalu Mika penasaran dengan koleksi buku milik Rehan. dan mendengar pemiliknya melarang untuk menyentuhnya, tentu saja Mika tak lagi berani melakukannya.

"Oke, aku tidak akan menyentuhnya..." ucap Mika mengangkat kedua tangannya dan menjauh dari rak buku. tentu saja dengan mata yang masih tertutup rapat. takut kalau melihat pemandangan seperti tadi.

"Jangan menyentuhnya..." ucap Rehan dan pria itu langsung pergi ke ruang ganti pakaian.

Akhirnya Mika bisa menghela nafasnya dengan lega.

Astagaaa... mataku benar-benar ternodai... batinnya bicara.

"Tapi kenapa dia bisa seperti itu ya?" gumam Mika pelan. bohong jika ia tak melihat jelas tubuh Rehan tadi.

tubuh pria dewasa dengan pahatan otot di perutnya. membuat Mika merinding.

Gila! kenapa aku membayangkannya.. batinnya sambil menonyor kepalanya sendiri. menyadarkan kegilaannya.

Cukup lama menunggu.

Rehan datang dengan pakaian normalnya. celana pendek dan kaos putih. aroma parfus seketika menguar menusuk indra penciuman Mika. dan entah kenapa parfum milik Rehan memiliki aroma yang harum dan menenangkan.

"Jadi, ada perlu apa kau sampai datang ke kamarku?" ucapnya.

Pasangan itu duduk di ranjang dan berhadapan.

"Aku butuh bantuanmu.." ucap Mika jujur.

***