Menceritakan seorang remaja yang bertekad untuk bertahan hidup apapun caranya. Kenapa harus begitu ? Karena dirinya telah berpindah ke dunia lain.
Cerita ini masih berlatar Multiverse dari cerita 'Pindah Dimensi Lain'.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryn_Frankenstein, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 : Dua Rubah.
Teknik guntingan adalah salah satu teknik bela diri dari pencak silat, teknik ini biasa digunakan untuk menjatuhkan target atau lawan dengan menggunakan kedua tungkai kaki. Sasaran saat akan menjepit lawan yaitu pada ke leher, pinggang, dan tungkai lawan sehingga kehilangan keseimbangan dan membuat lawan jatuh.
Seperti itulah yang saat ini Dika lakukan ke undead, ia menggunakan teknik guntingan dan berhasil dilakukannya. Sasarannya adalah bagaian bawah yaitu tepat di kedua tulang kering kaki. Undead yang ia lawan tak hanya kehilangan keseimbangan, tapi juga berhasil remaja itu jatuhkan.
Dengan cepat, Dika bangkit dan mengambil sebuah batu sebesar kepalannya, ia langsung menghantamkan batunya ke arah tengkorak undeadnya. Kraaakk...!! Tengkorak berhasil ia pecahkan, dengan ini selesai lah sudah. Dika masih terduduk di tempatnya, sejenak ia mengontrol nafasnya.
"Hah.., ya kalau lawannya begini, tak masalah." gumamnya.
Tiba-tiba indra pendengarannya mendengar lagi suara, suara itu terdengar sangatlah dekat. Dika menoleh, seketika ia terbelalak, karena ia melihat kedua undead yang ia kalahkan perlahan menyatukan tubuh mereka. Sungguh tak disangka, kedua undead ini seperti memiliki kemampuan regenerasi.
"Apa-apaan ?!?!" teriaknya.
Dika dengan cepat bangkit untuk berdiri dan mengambil tasnya. "Sialan, curang sekali."
Melihat kedua undead itu kembali pulih dan berjalan ke arahnya, Dika segera melompat mundur dan juga mengarahkan tangan kanannya ke arah kedua targetnya. "Wahai dewa api yang mampu menghanguskan segalanya, pinjamkanlah api untuk membakar musuh yang ada di depanku, mega flame..!!"
Keluarlah bola api besar dengan ukurannya mungkin setengah tubuhnya Dika, setelahnya bola apinya langsung melesat ke arah kedua targetnya. Duaaar....!! Terjadilah sebuah ledakan yang cukup membuat remaja itu terpental beberapa meter, karena kedua undead yang ia serang cukup dekat, maka efek ledakannya mengenainya.
Dika pun melihat hasilnya, apakah berhasil setelah merapal mantra sihir tingkat atas. Ia tersenyum, karena tak hanya sihirnya berhasil, tapi kedua undead itu juga tergeletak dan hanya menyisakan tubuh bawahnya. Perlahan senyumannya menghilang, karena kedua musuhnya kini bangkit dan memulihkan diri.
Sudut bibir kanannya Dika berkedut-kedut. Tak ingin membuang waktu, ia segera membalikkan tubuhnya, ia berlari sekuat tenaga. Remaja ini memilih meneruskan menulusuri lorongnya dan segera menjauhi kedua undead itu yang kini telah pulih. Entah mengejarnya atau tidak, yang terpenting adalah melarikan diri adalah keputusannya.
"Curang banget, bisa-bisanya mayat hidup punya kekuatan kaya gitu. Aku yang masih hidup aja masih saja kesusahan pakai sihir." gumamnya disela-sela ia berlari.
.....
Beberapa lama kemudian, Dika berhenti berlari, mungkin sudah ada setengah jam ia berlari, dan untuk kedua undead yang mengejarnya, entah masih mengejar atau tidak. Yang terpenting, ia merasakan dirinya sudah aman, terlebih lagi ia sudah berlari dan hampir mengerahkan semua energi mananya.
Andai saja dirinya tak menggunakan energi mana untuk menguatkan fisiknya, pasti tak ada 10 menit ia sudah berhenti berlari.
"Apes..., apes bener nasibku." ucap Dika sambil duduk di tanah, lalu ia menyenderkan tubuhnya ke dinding goa dan memindahkan tasnya di depan badannya.
Saat ini Dika memang masih berada di dalam goa, hanya saja tempat yang saat ini jauh lebih luas dari tempat sebelumnya. Dan dari tempatnya ia melihat ada 3 lorong 10 meter di tempatnya.
"Cih, sekarang apa lagi ? Mau main tebak-tebakan jalan ?" gumamnya.
Rasa kantuk sudah menyerangnya, dan membuatnya menguap mengantuk. Dika mulai merasa ingin sekali tidur, tapi bila ia tidur, ia takut tiba-tiba ada sesuatu datang dan menyerangnya. Lagian, sekarang sudah malam atau tengah malam saja ia tak tau.
Tak ingin rasa kantuknya menguasai dirinya, remaja itu duduk bersila, ia mencoba mengontrol energi mananya untuk menguat fisiknya. Yang ingin Dika lakukan adalah ingin mencoba-coba, siapa tau dengan apa yang ia lakukan bisa menunda rasa kantuknya. Dan benar saja, setelah beberapa saat kemudian, ia pun tergeletak tidur.
.....
Beberapa lama kemudian, Dika pun membuka kedua matanya. Ia merasakan rasa pegal di seluruh tubuhnya karena ia tertidur di tempat yang tempatnya tak senyaman kasur penginapan dan kamarnya di bumi. Ia bangkit berdiri dan meregangkan tubuhnya.
"Hah..., yaaa, meski badanku pegal semua, setidaknya aku bisa tertidur dengan aman." gumamnya.
Sudah entah jam berapa sekarang, Dika segera membuka tasnya untuk mengambil roti kering yang ia bawa yang kini tinggal satu. Entah bagaimana nanti nasibnya setelah ini, dan ia sudah bingung untuk bertahan hidup. Setelah makan, ia kembali melanjutkan penelusuran dan memilih salah satu lorong kedua yang berada di tengah-tengah diantara lorong pertama dan ketiga.
Cukup lama berjalan dan tak ada gangguan sama sekali, beberapa lama ia memasuki goa yang ukurannya luas dan cukup terang, dan ia melihat sebuah batu kristal yang sangat besar di ujung tempat ini. Batu kristalnya bercahaya, apa karena besarnya 5 kali lipat dari tubuhnya membuat seisi ruangan goa terang.
Sesekali ia menemukan beberapa kristal di tempat ini. Kristal yang terlihat unik dan indah, Dika pun mengambilnya. Bahkan setiap menemukan sesuatu batu kristal yang menurutnya bisa dijual, ia ambil semua semuanya. Lumayan kalau bisa dijual, jadi ia punya uang yang banyak untuk bertahan hidup.
Tiba-tiba muncullah dua rubah, dan salah satu dari mereka memiliki tanduk satu di kepalanya, mereka muncul dari belakang batu kristal itu. Yang memiliki tanduk berwarna hitam, sedangkan yang tidak berwarna ungu cerah. Ukuran tubuh kedua rubah itu sebesar harimau dewasa pada umumnya, melihat itu Dika mengangkat alis sebelahnya.
"Hmm.., sepertinya mereka rubah serasi."
"Bodo amat, yang penting bertahan hidup, jadi gak akan takut lagi kalau kelaparan, dari ukuran kalian bisa aku makan beberapa hari, meski aku gak pernah makan daging kalian." ucapnya lagi, lalu ia meletakan tasnya.
Dika langsung mengeluarkan kedua belatinya, tanpa aba-aba dia langsung maju ke arah mereka berdua. Sungguh sial sekali, karena kedua rubah itu sangatlah lincah meski tubuhnya besar, karena dengan mudahnya menghindari remaja itu mendekat, dan menyebar ke dua arah yang berbeda.
"Sialan, kalian cepat sekali sih." gumamnya.
Duagh...!!
Tiba-tiba hantaman datang dan mengenai punggungnya, dan itu membuat Dika jatuh tengkurap. Ternyata salah satu rubah yang bertanduk melompat ke arahnya dan menghantamkan punggung remaja itu dengan menggunakan tubuhnya. Tak ingin kalah dari mahluk seperti mereka, Dika segera bangkit.
Duagh...!!
Baru saja akan berdiri, lagi-lagi ada hantaman datang mengenai punggungnya lagi, kali ini rubah yang tak memiliki tanduk. Lagi dan lagi ia terdorong, sungguh sakit rasanya, tapi ia segera menahan dan mengimbangi tubuhnya agar tak terjatuh sepenuhnya, kali ini dalam posisi berlutut.
"Sial sial sialaaaannn...!!" teriaknya, lalu ia bangkit berdiri.
Dan tiba-tiba lagi salah satu rubah yang bertanduk itu datang cepat ke arahnya. Bukannya menghindar, Dika langsung memutarkan tubuhnya sekaligus melayangkan kaki kanannya. Benar, ia menyerang balik, tak hanya mengendalikan energi mananya untuk menguatkan fisiknya, ia menyalurkannya ke kaki kanannya.
lanjutkan