*Harap bijak membaca. novel ini mengandung cerita dewasa*
Kisah cinta antara Alaska dan Kejora yang diawali dengan perjodohan
Alaska mahasiswa kedokteran tingkat akhir di Universitas terkenal di Bandung yang Gaul, ganteng dan terkenal, banyak gadis yang mengejarnya tetapi agak arogan dan dingin atau cuek dipaksa menikah dengan dengan seorang gadis 19 tahun yang tidak dia kenal sebelumnya bernama Kejora gadis dari Bali yang seorang anak pesantren yang lemah lembut, cantik dan mempunyai mata yang indah dan kulit yang putih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Raya
Sudah beberapa bulan ini adik sepupu Aska dari Jakarta tinggal di rumah Bu. Dania dan Pak. Dirga, Raya masih sekolah kelas tiga SMA. Raya pindah ke Bandung karna kedua orang tuanya pindah ke Jerman. Dan Raya rencana nyusul orang tuanya setelah lulus SMA.
"Raya mana ma?Kok mobilnya belum datang!" tanya Aska menanyakan keberadaan sepupunya itu.
"O iya Raya belum pulang ya? Mungkin dia ada tugas di sekolahnya!' jawab karena kesibukannya Bu. Dania juga gak menyadari kalau Raya belum pulang.
" Ya udah nanti Mama telpon setelah Mama makan"Bu. Dania mulai duduk menghadap hidangannya.
"Biar Aska aja yang telpon sekarang!" Pria itu segera membuka ponselnya dan menelpon nomor sang adik.
Namun, beberapa kali panggilannya tak di balas oleh gadis itu.
Bahkan ada pula panggilan Aska yang sengaja ditolak.
Untung saja Aska sudah sempat menyimpan nomor telepon Raka yang kini menjadi sopir Raya.
Tanpa menunggu lama, panggilan teleponnya langsung terhubung.
"Hallo Raka! kalian sekarang dimana?kenapa Raya belum juga pulang?" Tanya Aska beruntun
"Hallo Pak! Maaf katanya non Raya ada les di sekolahnya. Jadi saya hanya menunggu diluar" jawab Raka
"Hah, les! trus kamu menunggu di sana hampir seharian?" Aska cukup terkejut.
"Betul pak! karna sesuai yang bapak katakan, kalau tugas saya bukan hanya mengantar jemput non Raya, tapi juga menjaganya" tutur Raka yang lagi - lagi membuat Aska tercengang.
Walaupun masih muda, tapi Raka kelihatan profesional ketika bekerja.
"Lagi menelpon siapa?" terdengar suara seseorang dari seberang telpon Aska, ia sudah hafal betul kalau itu suara Raya
"Raka pasti itu Raya kan? kalian pulang sekarang! Titah Aska dengan tegas.
"Siap, pak! balas Raka tegas.
Setelah itu Aska mematikan sambungan teleponnya.
Sebenarnya Aska gak yakin Raya ada les sampe sore begini.
Mungkin ini akal - akalan gadis itu saja supaya bisa pulang sore. atau mungkin ada sesuatu yang Dias sembunyikan
Raya biasa bebas kalau tinggal bersama orang tuanya karna Mamanya yang orang Jerman cara mendidik beda dengan kebanyakan orang Bandung.
"Silahkan masuk, non!" titah seorang pemuda ketika sudah membukakan pintu mobilnya.
Raka mempersilahkan majikannya untuk masuk.
Raya menuruti perkataan pemuda itu tanpa bicara.
Ia masuk ke dalam mobil. Namun Raya menahan pintu mobil ketika Raka hendak menutupnya
"Kenapa, Non!" Tanya Raka dengan dahi mengkerut.
Tetapi Raya malah membalas dengan menempelkan jari telunjuk di bibirnya , meminta pemuda itu untuk diam.
Raya mengalihkan pandangannya pada sebuah motor yang baru keluar dari gerbang sekolah.
"Hati - hati!" teriaknya dari dalam mobil.
Reflek Raka menoleh ke arah motor tersebut.
Seorang pemuda yang menggunakan seragam putih abu - abu melambaikan tangannya seraya menjalankan motor itu.
Raka yakin orang itu bukan sekedar teman Raya.
"Siapa? pacar ya, Non?" tanya Raka.
"Bukan urusan kamu!" jawab Raya cuek
Raka membuang napas kasar, setelah itu ia menutup pintu mobil di samping Raya, kemudian ia ikut masuk duduk di kursi kemudi.
Raka langsung menjalankan mobil tersebut meninggalkan sekolah Raya.
"Tadi ngerjain tugas apa aja, Non?" tanya Raka setelah mobil itu melaju beberapa meter.
"Matematika, ngapain nanya terus" jawab Raya ketus.
"Saya cuma ingin tau, Non. Perasaan tadi saya tidak melihat siswa lain yang keluar dari gerbang sekolah. Di Sana juga sepertinya sepi sudah tidak ada orang. Apa Non hanya mengerjakan tugas berdua dengan orang tadi? tanya Raka lagi karna tadi dirinya hanya menunggu diluar dan ia tidak tau apa yang terjadi di dalam sekolah.
"Jangan sok tau, kamu tu hanya sopir aku, tugasmu hanya ngantar jemput doang," kesal Raya.
"Jangan salah Non saya juga mendapat tugas untuk menjaga Non" timpal Raka membuat gadis si belakangnya itu semakin merasa kesal.
"Ck.. kenapa harus lo sih yang jadi sopir gue? gerutu Raya.
" Karna saya harus bekerja Non, walaupun cuma jadi sopir atau bodyguard bocah SMA" tutur Raka yang membuat mata Raya terbuka lebar.
"Apa lo bilang? Bocah?" sergah Raya dengan suara lebih jelas.
"Trus mau disebut apa? Orang dewasa? Atau lansia?" Raka sedikit menoleh ke Raya yang sedang berwajah kesal.
"Raka, ikh!"
"Aw, jangan kenceng - kenceng, Non!" Protes Raka ketika gadis itu mencubit lengannya.
"Makanya, jadi orang jangan ngeselin dan sok tua, padahal lo juga masih bocah! sok - sok an ngatain orang bocah" Raya bersedekap dada
"Iya kalau gitu wanita dewasa" celetuk Raka yang masih terdengar tidak nyaman ditelinga Raya.
"Ck.. lo ngeledek ya?" geram Raya lagi.
"Maaf, Non. Salah mulu trus saya harus bagaimana? Disebut bocah gak mau, disebut wanita dewasa juga gak mau"
"Ya biasa ajalah, gak usah embel - embel kaya gituan, aku tuh lebih suka dipanggil nama, daripada dipanggil bocah, wanita dewasa atau Non aku juga gak suka, lebih suka dipanggil Raya!" tegasnya di akhir kalimat.
"Emang gak apa - apa ya saya panggil nama doang?" Tanya Raka lagi.
"Serah lo deh!" gadis itu menyenderkan kepalanya pada jok mobil
Raka membetulkan kaca sun visor agar dapat memantulkan wajah kesal gadis dibelakangnya.
Ia terkekeh melihat wajah cemberut Raya.
Raka membelokkan mobilnya ke sebuah rumah mewah dan membawa mobil itu masuk kedalamnya.
Raka turun dari mobil itu dahulu setelah berhenti.
Ia membukakan pintu untuk majikannya
Raka mengikuti dari belakang ia akan memberikan kunci mobil kepada sang nyonya.
Setelah tiba di rumah Raya langsung disambut oleh suara sang tante
"Raya sayang ayo makan" titah Bu. Dania ketika menyadari keponakannya baru datang
"Nanti aja, Tante" jawab gadis itu dengan malas.
"Ayo sini makan dulu! skalian temenin tante"
mau - gak mau gadis itu menurut, ia duduk disamping Bu. Dania dan mengambil piring dan makanan lalu menyuapkan ke mulutnya dengan malas.
ndak kuliah dulu