NovelToon NovelToon
Cinta Ceo Posesif

Cinta Ceo Posesif

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Time Travel / Persaingan Mafia
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Desfitri

**Karlina/Lina**: Seorang pekerja kantoran yang berdedikasi untuk ibunya yang sakit. Saat mengunjungi ibunya di rumah sakit, Karlina kecelakaan fatal dan meninggal. Rohnya kemudian bertransmigrasi ke tubuh Alia, yang dikenal sebagai Lia, di dalam buku novel romantis yang sedang populer. Karlina memiliki tekad kuat untuk mengubah alur cerita yang mengarah pada kisah tidak bahagia dalam novel tersebut.

**Alia/Lia**: Protagonis utama wanita, siswi SMA yang cerdas dan berbakat. Dia adalah target cinta dari Langit, pacarnya yang memanfaatkannya dan dari Dora, antagonis wanita yang iri padanya. Setelah diselamatkan dari penculikan oleh Levi, Lia jatuh cinta pada pandangan pertama. Perjalanan cintanya dengan Levi penuh dengan rintangan, termasuk pernikahan tidak bahagia dengan Keyla yang dipaksa oleh situasi.

**Levi Nata Samudra**: Protagonis pria, CEO muda yang cerdas dan posesif terhadap Lia. Dia adalah anak dari seorang pemimpin mafia luar negeri, Dafi, dan menemukan dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desfitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 23

**Kantor Nata Samudra Corp**

Levi duduk tegang di ruangannya, memandangi tumpukan dokumen di meja. Ervin masuk dengan ekspresi serius, membawa laptop di tangannya.

"Ada perkembangan apa, Ervin?" tanya Levi sambil mengalihkan pandangan ke arah layar.

Ervin meletakkan laptop di meja dan duduk. "Kita punya petunjuk kuat. Aku berhasil melacak aktivitas mencurigakan dari salah satu komputer di perusahaan. Tampaknya ada seseorang yang mencoba menjual informasi kita."

Levi mengangguk, fokus sepenuhnya. "Baik. Mari kita lihat lebih dekat."

Ervin membuka laptop dan menunjukkan serangkaian log aktivitas jaringan. "Ini dia. Ada akses tidak sah yang masuk melalui VPN dari lokasi yang tidak terdaftar. Aku sudah mencoba menelusuri IP ini, tapi perlu bantuanmu untuk penetrasi lebih dalam."

Levi meraih laptop dan mulai mengetik dengan kecepatan luar biasa, matanya penuh dengan konsentrasi. "Mari kita lihat apa yang bisa kita temukan."

Dalam hitungan menit, Levi dan Ervin berhasil mengakses jaringan yang digunakan pelaku. Mereka menemukan bukti kuat yang mengarah pada salah satu karyawan tingkat menengah yang telah berusaha menjual informasi ke pihak luar.

"Ini dia," kata Levi sambil menunjukkan nama dan aktivitas karyawan tersebut. "Sekarang kita punya cukup bukti untuk bertindak."

Ervin tersenyum lega. "Bagus sekali. Kita harus segera mengamankan pelakunya dan memperbaiki celah keamanan ini."

Levi mengangguk. "Segera panggil tim keamanan internal. Kita akan menanganinya sekarang juga."

**Kampus Universitas Harapan**

Di kampus, Lia dan Rina masih berdiskusi tentang proyek mereka, sementara Abi mencoba menenangkan pikirannya setelah kunjungannya ke rumah sakit.

"Abi, apa yang kamu pikirkan?" tanya Lia, melihat temannya yang tampak cemas.

Abi menghela napas. "Hanya memikirkan kondisi ayahku. Tapi aku yakin dia akan pulih sepenuhnya."

Lia tersenyum menghibur. "Kamu harus tetap optimis. Aku yakin semuanya akan baik-baik saja."

Rina, yang masih semangat dengan proyek, mengalihkan pembicaraan. "Jadi, kita sudah memiliki data tambahan. Kita bisa mulai analisis besok?"

Lia dan Abi mengangguk, setuju dengan rencana Rina. Mereka membahas detail strategi untuk proyek, memastikan semua berjalan lancar.

**Malam di Apartemen Levi**

Malam itu, Levi dan Lia duduk di sofa apartemen mereka, membicarakan kejadian hari ini.

"Bagaimana hasilnya, Levi?" tanya Lia dengan penuh perhatian.

Levi meraih tangan Lia, mencoba meredakan ketegangan. "Kami menemukan siapa pelakunya. Ervin dan aku berhasil melacaknya dengan bantuan keahlian kami sebagai peretas. Sekarang tim keamanan sedang menanganinya."

Lia terlihat kagum. "Aku selalu terkesan dengan kemampuanmu. Kamu benar-benar hebat, Levi."

Levi tersenyum lembut, merasa lega karena masalah besar telah ditangani. "Terima kasih, Lia. Aku merasa lebih baik sekarang setelah mengetahui bahwa kita telah menyelesaikan masalah ini."

Mereka berdua merasakan kelegaan dan saling mendukung, menyadari bahwa kekuatan mereka bersama lebih kuat dari segala rintangan.

**Rumah Sakit Pusat Kota**

Abi duduk di ruang tunggu rumah sakit, menunggu kabar terbaru tentang ayahnya. Dokter akhirnya keluar dengan senyum lega.

"Ayahmu sudah menunjukkan kemajuan yang sangat baik. Kami akan memindahkannya ke ruang perawatan biasa besok," kata dokter.

Abi merasa lega. "Terima kasih, Dokter. Itu kabar yang sangat melegakan."

Dia mengirim pesan kepada Lia, memberitahukan kabar baik tersebut, dan merasa sedikit beban di hatinya terangkat.

**Pagi Berikutnya di Apartemen Levi**

Pagi itu, Levi dan Lia bersiap untuk hari baru dengan semangat yang lebih baik. Levi merasa lebih tenang setelah mengetahui bahwa masalah kebocoran informasi telah diatasi.

Lia meraih tangan Levi sejenak sebelum mereka berpisah untuk kegiatan hari itu. "Jaga dirimu, Levi. Semoga hari ini lebih baik."

Levi menggenggam tangannya dengan lembut. "Terima kasih, Lia. Kamu juga hati-hati, ya?"

Mereka saling mencium sebelum berangkat, membawa harapan dan tekad yang kuat untuk menghadapi hari dengan semangat baru.

---

**Kantor Nata Samudra Corp**

Setelah berhasil menangani kebocoran informasi, Levi dan Ervin memutuskan untuk melakukan pertemuan dengan seluruh tim keamanan perusahaan. Di ruang rapat, layar besar menampilkan diagram jaringan perusahaan, dengan tanda-tanda perbaikan yang harus dilakukan.

Ervin berdiri di depan tim, menjelaskan langkah-langkah untuk mencegah kebocoran di masa mendatang. "Kita perlu meningkatkan sistem firewall, memperketat akses pengguna, dan menerapkan enkripsi data yang lebih kuat. Ini adalah langkah-langkah utama yang harus kita ambil segera."

Sementara itu, Levi duduk di ujung meja, memperhatikan dengan seksama. "Pastikan kita tidak hanya memperbaiki kerentanan yang sudah ada. Kita juga harus proaktif mencari kemungkinan celah lain yang bisa dimanfaatkan oleh pihak luar."

Salah satu anggota tim, Maya, mengangkat tangannya. "Kami juga bisa mempertimbangkan untuk menjalankan simulasi serangan siber internal secara berkala untuk menguji keamanan sistem kita."

Levi mengangguk setuju. "Ide yang bagus, Maya. Simulasi tersebut akan membantu kita mengidentifikasi kelemahan yang mungkin tidak kita sadari."

Setelah pertemuan selesai, Levi dan Ervin tetap tinggal sebentar untuk mendiskusikan beberapa detail tambahan.

"Aku masih merasa ada sesuatu yang tidak beres," kata Levi, matanya menyipit menatap layar komputer.

Ervin mengangguk setuju. "Aku juga punya firasat buruk. Mungkin ini belum selesai sepenuhnya."

**Kampus Universitas Harapan**

Di kampus, Lia bergegas menuju perpustakaan, membawa setumpuk buku referensi untuk proyek kelompoknya. Di dalam perpustakaan, dia bertemu dengan Rina dan Abi, yang sudah menunggu dengan beberapa dokumen.

"Kita perlu merapikan data ini sebelum mulai analisis," kata Lia sambil menaruh buku-bukunya di meja. "Aku pikir kita bisa mulai dengan membagi kategori berdasarkan subjek utama."

Rina mulai menyortir dokumen, sementara Abi membuka laptop untuk mengintegrasikan data yang sudah dikumpulkan. "Aku akan memasukkan data mentah ke dalam spreadsheet. Ini akan membantu kita melihat pola yang lebih jelas."

Mereka bekerja dalam keheningan selama beberapa saat, hanya terdengar suara ketikan keyboard dan kertas yang ber kresek. Tiba-tiba, suara langkah kaki mendekat. Lia menoleh dan melihat Langit berdiri di pintu masuk perpustakaan, menatap ke arah mereka.

Langit tersenyum tipis saat bertemu pandang dengan Lia. "Bisa bicara sebentar, Lia?"

Lia merasa canggung, namun mengangguk. "Tunggu sebentar, Langit. Aku akan keluar."

Dia meninggalkan meja kerja dan berjalan keluar dengan Langit, yang membawanya ke sudut sepi di koridor. "Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Lia, menjaga nada suaranya tetap tenang.

Langit menggaruk kepalanya, tampak gugup. "Aku hanya ingin meminta maaf atas semua yang telah aku lakukan. Aku tahu aku telah menyakiti kamu dan aku menyesalinya."

Lia terkejut mendengar permintaan maaf itu. "Apa yang membuatmu berubah pikiran?"

Langit menunduk sejenak, lalu menatap Lia dengan tatapan penuh penyesalan. "Aku melihat betapa bahagianya kamu dengan Levi. Itu membuatku sadar bahwa aku telah membuat banyak kesalahan."

Lia menghela napas panjang. "Aku menghargai permintaan maafmu, Langit. Tapi kamu harus ingat, hubungan kita sudah berakhir. Aku sudah memilih jalan hidupku."

Langit mengangguk dengan enggan. "Aku tahu, Lia. Aku hanya berharap kita bisa menjadi teman."

Lia ragu sejenak sebelum menjawab. "Kita bisa mencoba, tapi butuh waktu. Jangan harap semuanya akan berubah seketika."

Langit tersenyum kecil. "Terima kasih, Lia. Itu sudah lebih dari cukup."

**Sore di Taman Kota**

Sore itu, Lia memutuskan untuk berjalan-jalan di taman kota, mencoba meredakan pikirannya setelah percakapan dengan Langit. Dia duduk di bangku taman, menikmati udara segar dan suara burung berkicau.

Tidak lama kemudian, Levi datang, membawa dua cangkir kopi. "Kupikir kamu mungkin butuh ini," katanya, menyerahkan satu cangkir kepada Lia.

Lia tersenyum menerima kopi tersebut. "Terima kasih, Levi. Aku memang butuh sesuatu yang menenangkan."

Levi duduk di sebelahnya, menyesap kopinya. "Bagaimana harimu?"

Lia menceritakan pertemuannya dengan Langit di perpustakaan. Levi mendengarkan dengan seksama, matanya menunjukkan perhatian yang mendalam.

"Aku senang dia meminta maaf," kata Levi setelah Lia selesai bercerita. "Tapi jika dia membuatmu tidak nyaman, beritahu aku. Aku tidak ingin dia mengganggu kita."

Lia meraih tangan Levi, menggenggamnya erat. "Jangan khawatir, Levi. Aku bisa menghadapinya. Aku tahu siapa yang aku cintai, dan itu adalah kamu."

Levi tersenyum lembut, merasakan kelegaan di hatinya. "Aku juga mencintaimu, Lia. Kita akan melalui ini bersama."

**Malam di Apartemen Levi**

Malam itu, di apartemen, Levi dan Lia menikmati makan malam yang sederhana namun hangat. Suasana malam itu tenang, dan mereka berbicara tentang rencana masa depan mereka.

"Apa kamu sudah memikirkan kapan kita akan pindah ke rumah baru?" tanya Lia, mengingatkan mereka pada rencana untuk membangun rumah impian mereka.

Levi mengangguk. "Aku sudah memikirkan beberapa lokasi. Kita bisa mulai mencari lahan minggu depan. Aku ingin tempat yang tenang dan aman untuk keluarga kita."

Lia tersenyum bahagia. "Itu terdengar sempurna. Aku sudah tidak sabar untuk memulai hidup baru denganmu."

Levi merasakan kehangatan dari kata-kata Lia. "Aku juga. Ini adalah langkah besar, tapi aku tahu kita bisa melakukannya."

Mereka melanjutkan malam dengan berbicara tentang berbagai ide untuk rumah baru mereka, merencanakan setiap detail dengan penuh antusiasme.

**Pagi Berikutnya di Kantor Nata Samudra Corp**

Pagi berikutnya, di kantor, Levi menerima kabar dari Ervin bahwa mereka telah berhasil menangkap pelaku kebocoran. Pelaku tersebut diinterogasi dan memberikan informasi tentang rencananya.

"Dia mengaku bekerja untuk pesaing kita," kata Ervin melalui telepon. "Mereka mencoba menghancurkan reputasi kita dengan membocorkan informasi tersebut."

Levi merasa lega mendengar hasil interogasi itu. "Bagus, Ervin. Pastikan dia diserahkan ke pihak berwenang dan ambil tindakan hukum yang diperlukan."

Ervin mengangguk. "Sudah diurus. Kita juga memperbaiki sistem keamanan untuk mencegah hal seperti ini terjadi lagi."

Levi merasa tenang karena masalah besar ini telah diselesaikan. Dia merasakan beban di pundaknya berkurang, siap menghadapi tantangan lain yang mungkin datang.

**Sore di Kampus Universitas Harapan**

Di kampus, Lia dan teman-temannya menyelesaikan tahap awal proyek mereka. Rina terlihat senang dengan kemajuan yang mereka capai, sementara Abi tampak lebih tenang setelah kabar baik tentang ayahnya.

"Proyek kita berjalan lancar," kata Rina dengan semangat. "Aku yakin kita bisa menyelesaikannya tepat waktu."

Lia tersenyum, merasa lega dengan progres yang mereka capai. "Aku setuju. Kerja keras kita mulai membuahkan hasil."

Abi, yang tampak lebih ceria, menambahkan. "Dan aku sangat berterima kasih atas dukungan kalian. Ini membuatku merasa lebih baik."

Lia merasakan kebahagiaan dari kerjasama tim mereka, menyadari bahwa dukungan satu sama lain membuat segalanya lebih mudah.

**Malam di Apartemen Levi**

Malam itu, Levi dan Lia memutuskan untuk menonton film bersama di apartemen. Mereka memilih film yang santai dan menghibur, menikmati malam yang tenang setelah hari-hari penuh tantangan.

Saat film berakhir, Levi merangkul Lia dengan hangat. "Aku senang kita bisa melewati semua ini bersama."

Lia tersenyum, merasakan cinta dan keamanan dalam pelukan Levi. "Aku juga, Levi. Kita memang tim yang kuat."

Mereka menikmati keheningan malam itu, merasakan kehangatan satu sama lain, siap menghadapi hari esok dengan semangat baru.

---

Bersambung_-

1
Giuliana Antonella Gonzalez Abad
Gua setia nungguin update lo, thor! jangan bikin gua kecewa 😤
♥\†JOCY†/♥
Bikin susah move-on, semoga cepat update lagi ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!