Terpaksa Menikahi Pria Amnesia

Baik Dave maupun Inara seketika mengurai pelukan dengan perasaan terkejut. Keduanya sontak menatap wajah Angelina yang saat ini berjalan menghampiri dengan wajah marah.

"Mom," lemah Dave seketika menghela napas panjang.

"Tan-Tante?" gumam Inara seraya mengusap kedua matanya yang membanjir.

"Dasar kurang ajar kalian," decak Angelina murka. "Kalian itu saudara tiri, mana boleh kalian pacaran kayak gini! Dari awal Mommy udah gak setuju kamu mencari wanita ini, ketakutan Mommy terbukti 'kan?"

"Ma-maafin sa-saya , Tante," lemah Inara terbata-bata seraya menundukkan kepala.

"Kamu gak usah minta maaf, Inara. Kamu gak salah, saya yang salah," pinta Dave seraya meraih lalu menggenggam telapak tangan Inara.

"Kamu memanfaatkan kondisi Dave yang lagi amnesia dan merayu dia, begitu?" bentak Angelina menatap penuh rasa benci wajah Inara. "Orang lagi hilang ingatan bukannya diobati malah kamu goda dan dijadikan pacar? Astaga!''

"Cukup, Mom. Jangan maki Inara kayak gini, dia gak salah saya yang salah," sahut Dave, berdiri tepat di depan Inara. Ia tidak ingin kalau sampai ibunya menyakiti sang istri.

"Dia itu sodara tiri kamu, Dave. Mana boleh kalian pacaran?" seru Angelina. "Mommy gak mau tau, pokoknya kamu harus menikahi Anggi secepatnya."

"Maaf, saya tak bisa menikahi wanita bernama Anggi itu, Mom," jawab Dave balas menatap wajah sang ibu. "Selain karena saya tidak ingat dia, saya juga ngerasa kalau saya gak cinta sama Anggi."

"Tidak, kamu gak berhak menolak pernikahan ini, Dave. Mommy gak sudi punya menantu udik, kampungan apalagi dia anak tiri Mommy sendiri. Mau di taro di mana muka Mommy ini, Dave?"

"Saya gak peduli," decak Dave penuh penekanan. "Kalau Mommy gak mau nerima Inara, maka saya akan pergi dari sini. Toh, saya gak ingat apa-apa dan berharap ingatan saya gak pernah balik lagi sekalian."

"Dave!" bentak Angelina, bola matanya seketika memerah dan berair.

Wanita itu benar-benar merasa kecewa dengan sikap putranya. Selama ini, Dave selalu mengikuti apapun yang ia perintahkan. Tidak pernah sekalipun dia membantah apalagi berani membentak dan menatap tajam wajahnya seperti itu. Dave Sebastian benar-benar telah berubah menjadi orang yang berbeda, sebagai seorang ibu Angelina tentu saja merasa kecewa.

"Berani kamu melangkah keluar dari rumah ini, maka kamu akan ngeliat Mommy mati!" ujar Angelina, buliran bening seketika bergulir membasahi wajah cantiknya.

"Mom," lemah Dave seraya mengusap wajahnya kasar. "Saya amnesia, Mom. Saya gak ingat apapun, sungguh! Mana mungkin saya menikahi wanita yang tak saya cintai dan gak saya ingat sama sekali."

"Mommy yakin ingatan kamu bakalan balik lagi suatu saat nanti, Dave. Kamu itu sangat mencintai Anggi," jawab Angelina. "Dia itu lebih baik segalanya dari Inara. Anggi wanita terhormat, sedangkan dia?" Angelia menatap Inara dari ujung kaki hingga ujung rambut dengan tatapan sinis.

Entah mengapa wanita itu terlihat begitu membenci Inara, padahal yang seharusnya terjadi adalah sebaliknya. Inara yang semestinya membenci wanita itu karena telah merebut sang ayah darinya juga mendiang ibunya.

"Cukup, Mom!" bentak Dave dengan kedua mata membulat. "Saya gak suka Mommy menghina Inara seperti itu."

Angelia seketika menggelengkan kepala semakin kecewa dengan sikap sang putra. "Kamu berani membentak Mommy hanya gara-gara wanita ini?"

"Apa Mommy tau, wanita ini adalah anak yang Mommy rebut ayahnya. Anak yang harus bekerja keras demi memenuhi kebutuhannya sehari-hari bahkan tidak bisa mendapatkan kasih sayang Ayahnya, dan Mommy yang udah merebut cinta pertama Inara," sahut Dave penuh emosi. "Apa tak bisa Mommy bersimpati sedikit saja sama Inara?"

Dada seorang Angelina terlihat naik turun menahan rasa sesak. Ia tidak menyangka akan dihakimi oleh putranya sendiri. Ya, ia memang salah karena telah merebut Sebastian, tapi bukankah yang namanya perselingkuhan itu tidak akan terjadi jika hanya wanitanya saja yang menginginkan hal itu? Bukan hanya dirinya saja yang salah, tapi suaminya pun melakukan kesalahan yang lebih besar karena telah mengkhianati istrinya, ibu dari wanita bernama Inara itu.

"Cukup, Johan. Jangan bicara seperti itu sama Ibu kamu sendiri," pinta Inara lagi-lagi memanggil Dave dengan nama Johan, ia masih belum terbiasa menyerukan nama asli dari suaminya.

"Nama dia bukan Johan, Inara!" bentak Angelina. "Dave, nama dia Dave putraku! Sekali lagi kamu manggil dia dengan nama Johan, aku robek mulut kamu itu."

Inara seketika menundukkan kepala, sementara telapak tangan Dave nampak mengepal sempurna. Ia tidak menyangka bahwa ibunya mampu mengatakan hal sekasar itu kepada Inara yang notabenenya adalah anak sambungnya sendiri. Gelar ibu tiri yang kejam layak disematkan kepada wanita berusia awal 50-han itu.

"Mommy," lemah Dave menatap sayu wajah sang ibu. "Inara ini anak sambung Mommy, kenapa Mommy tega mengatakan hal sekasar itu? Astaga!"

"Anak tiri?" decak Angelina tersenyum menyeringai. "Andai saja dia gak mencuci otak kamu, mungkin Mommy bersedia menerima dia menjadi anak tiri Mommy, tapi apa? Dia malah menggoda dan menjadikan kamu anak pembangkang. Ingat satu hal, Dev. Kamu akan tetap menikahi Anggi, wanita pilihan Mommy. Paham?''

Ucapan terakhir wanita paruh baya itu sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan mereka berdua dengan perasaan murka. Sampai kapan pun, ia tidak akan pernah merestui hubungan mereka berdua. Angelina begitu membenci Inara karena satu hal, wajah wanita itu sangat mirip dengan ibunya. Meskipun Sebastian meninggalkan mendiang ibunya Inara, tapi ia tahu bahwasanya sampai detik ini pun, suaminya itu tidak pernah melupakan wanita itu.

"Aku harus kasih tau Anggi bahwa Dave udah kembali, pernikahan mereka harus diadakan secepatnya," gumam Angelina seraya merogoh lalu meraih ponsel dari saku dress yang ia kenakan.

***

Sementara itu, Inara semakin terisak. Kepalanya nampak menunduk dengan bahu yang berguncang. Dave segera memeluk tubuh istrinya erat. Dalam setiap rumah tangga, ujian pasti akan mewarnai perjalanan mereka, tapi ia tidak menyangka kalau ujian yang mereka hadapi akan seberat ini.

"Kalau kamu mau, gimana kalau kita pulang ke kampung aja, Inara? Mas gak mau kamu menderita di sini," ucap Dave seraya mengusap punggung sang istri.

"Lalu gimana sama Ayah, Mas?"

Dave diam seribu bahasa seketika dilanda rasa dilema

"Bagaimana kalau Ibumu sampai tahu bahwa ternyata kita sudah menikah?" tanya Inara seketika mengurai pelukan. "Aku yakin beliau gak akan pernah merestui pernikahan kita, sampai kapan kita akan menyembunyikan pernikahan ini?"

'Mereka sudah menikah? Tuan Muda menikahi saudara tirinya sendiri? Astaga, takdir macam apa ini?' batin Bibi, tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka.

Bersambung