Rahasia Bos Muda

"Hahaha, Malang banget nasib kamu Ratih. Berani bermain main dengan bos Muda yang langsung memblokir semua kartu kamu" Ledek madam Jeli saat Ratih meminta bantuan.

Ratih terdiam mendengar perkataan madam Jeli yang benar adanya. Ia telah mencari masalah dengan orang yang salah. Rasa takut begitu besar menyelimuti dirinya. Entah harus bagaimana agar bisa keluar dari lingkaran bos muda.

"Tolong aku madam, aku gak bisa melakukan apapun tanpa uang yang ada di kartu ATM. Gak mungkin kalau bos muda yang memblokir kartu nya, pasti ada orang lain karena itu area pribadi yang gak bisa sembarangan orang untuk mengakses" Balas Ratih dengan rasa ragu.

"Hanya bos muda lah yang bisa mengakses area pribadi siapapun tanpa terkecuali. Asal kamu tahu saja kalau sekarang polisi sudah angkat tangan dan otomatis yang akan memberikan kamu hukuman adalah bos muda Gavin" madam Jeli senang melihat Ratih bergidik ngeri. Orang yang telah membantah nya tidak bisa berkutik lagi.

"Aku mau meminjam uang sama madam, nanti akan aku kembalikan kalau situasi nya sudah membaik" Ratih menundukkan wajah karena tidak berani menatap madam Jeli. Kesombongan nya langsung luntur seketika bagaikan kain perca yang sudah menjadi keset. Hidup nya terombang ambing tidak berarah mengikuti perintah si pemilik.

"Silahkan cium kakiku terlebih dahulu" Madam Jeli mengulurkan kaki nya dengan senyum kemenangan karena bisa membalaskan penghinaan Ratih kepada nya waktu itu.

Ratih berlutut dengan terpaksa lalu mencium kedua kaki madam Jeli secara bergantian. Ia meneteskan air mata tanpa sadar karena harga diri nya telah jatuh di hadapan wanita paruh baya itu.

"Pergi! Jangan harap kamu akan mendapatkan bantuan dari ku! Bahkan untuk sepeser pun aku gak akan kasih! " Madam Jeli menghempaskan tubuh Ratih dari kaki nya. Ia tidak sudi membantu orang yang pernah berani membangkang. Biarkan saja dia hidup dalam penderitaan akibat perbuatan nya sendiri.

"Apa? Madam kan tadi bilang kalau mau meminjamkan aku uang setelah mencium kaki. Kenapa sekarang gak mau bantuin? " Balas Ratih marah dengan tenaga yang pas pas an.

"Siapa yang gak senang melihat hidup mu menderita Ratih? Mungkin ini karma dari Tuhan atas sikap kamu yang selama ini berbuat jahat kepada banyak orang. Makanya aku gak mau menghalangi penderitaan kamu" Madam Jeli menyeret Ratih sampai ke depan gerbang. Orang sekitar yang melihat nya ada yang merasa senang tapi ada juga yang merasa kasihan. Ia tidak peduli dengan permintaan ampun yang keluar dari mulut Ratih.

Pakaian Ratih berubah menjadi lusuh seketika karena noda kotor yang menempel bersama tetesan air mata nya sendiri. Ia berlari menjauh dari kos an itu karena rasa malu yang teramat dalam dan tidak bisa dibendung. Langkah nya terasa berat tanpa arah tujuan. Ia menyesal karena telah membangunkan singa yang kelaparan. Harapan terakhir nya adalah Naya, orang yang dianggap bisa menyelamatkan nya dari amukan bos muda.

Ratih nekat menemui Naya yang berada di rumah Gavin. Ia tahu letak kamar nya karena pernah menyuruh Kuco untuk memata matai waktu itu. Sebelum menyelinap masuk, ia memperhatikan ke sekeliling yang dirasa aman karena mobil Gavin tidak terparkir di depan rumah, artinya dia sedang pergi.

Tok.. tok..

"Naya buka jendela nya, ini aku Ratih"

Naya dikagetkan oleh suara dari balik jendela. Ia segera membuka nya karena penasaran dengan tujuan Ratih yang tiba tiba datang menemui. Ia terkejut melihat kondisi Ratih yang acak acakan seperti gelandangan.

"Kamu kok bisa begini Rat? " Ujar Naya memegang bahu Ratih. Ia mempersilahkan untuk masuk ke kamar lalu menyuruh nya mandi agar lebih segar.

Setelah membersihkan tubuh dan memakai pakaian bersih, Ratih mengutarakan semua keinginan nya agar bisa ditolong oleh Naya. Ia juga meminta maaf kepada nya atas kejahatan yang pernah dilakukan.

Naya mau memaafkan Ratih tanpa syarat. Ia juga membiarkan nya tidur di kasur karena rasa lelah yang melanda membuat mata menjadi ngantuk. Pintu kamar dikunci dari luar agar tidak ada yang mengetahui keberadaan Ratih, terutama Gavin.

"Naya" Panggil Gavin dari kamar nya.

"Iya, ada apa? " Balas Naya yang langsung bergegas menghampiri.

"Aku mau kamu ambil alih restoran ku. Urusin semuanya dengan baik karena aku ada urusan yang lain" Ujar Gavin enteng seolah memberikan anak ayam warna warni yang mudah untuk diurus.

"Se-serius? Tapi aku gak bisa karena gak punya pengalaman" Aliran darah Naya terasa mengalir begitu cepat. Gavin selalu saja membuat nya senam jantung.

"Kamu itu akan jadi bos untuk menggantikan aku, jadi gak perlu repot karena tugas kamu cuman memantau dan mengecek setiap laporan yang masuk. Kamu juga bisa menggandeng kakak mu untuk bekerja di sana dengan posisi yang lumayan. Dengan begitu, kamu gak perlu jauh dari keluarga. Tapi ingat, jangan menampung mereka disini" Gavin sengaja mengiming imingi Naya agar mau bersedia tanpa banyak drama.

"Baiklah, serahkan saja sama aku. Semua nya bisa dilakukan dan dipelajari secara perlahan" Naya langsung tergiur setelah disangkutkan dengan keluarga nya. Ia senang jika bisa berdampak baik kepada perekonomian keluarga.

"Kalau begitu, silahkan pelajari semua berkas ini dengan baik. Didalamnya ada nama karyawan dan posisi yang ditempati. Ada juga denah restoran agar kamu mengenal lebih dalam tentang seluk belum nya terlebih dahulu. Ingat, namanya GV masakan jawa"

Naya membawa berkas itu ke kamar nya dan langsung dipelajari semua tanpa terkecuali. Ia sangat antusias karena ingin menarik Zidan dan ibunya ke kota agar tidak berjauhan lagi.

Ratih terbangun dengan tubuh terasa lebih segar. Ia memperhatikan Naya yang sedang sibuk membolak balik sebuah berkas. Ingin sekali bertanya karena penasaran namun takut mengganggu. Senyum nya melebar saat bisa menikmati kamar di rumah bos Muda, sesuatu yang diidamkan oleh banyak orang.

"Udah bangun Rat? " Ujar Naya saat membalikkan badan.

"Eh iya, aku gak enak kalau harus ganggu kamu. Berkas apa yang sedang kamu pelajari Nay? " Balas Ratih berpura pura baik. Dalam pikiran nya terbesit niat jahat untuk menggantikan posisi Naya sebagai asisten pribadi bos muda.

"Bukan berkas penting, kamu mau aku ambilkan makanan gak? " Naya tidak mempercayai Ratih begitu saja. Sifat buruk yang melekat padanya itu tidak akan menghilang secara singkat. Apalagi kemarin dia masih bisa menyombongkan diri karena kabur dari kejaran polisi. Naya sudah mengantisipasi dengan meletakkan sesuatu yang berharga di tempat yang tidak bisa dijangkau oleh Ratih. Bisa jadi kalau dia punya rencana licik dibalik sikap baik nya.

"Boleh kalau gak ngerepotin" Ratih menerima tawaran Naya dengan senang hati karena kebetulan perut nya terasa lapar.

Setelah Naya beranjak pergi keluar kamar. Ratih mendekati laci meja, tempat menyimpan berkas yang tadi dipelajari oleh Naya. Ia kesal karena laci nya dikunci sehingga tidak bisa dibuka. Tangan nya menyusuri sekitar meja untuk mencari letak kunci tetapi tidak ketemu. Rasa kesal membakar tubuh nya hingga pandangan teralihkan ke sebuah lemari besar.