MUSUHKU MENJADI SUAMIKU

"Mama!" seru Keyra manja seraya menghamburkan diri memeluk sang ibu.

Vivi pun kaget, hingga menjatuhkan sendok yang ada ditangannya. "Kamu ini ya! Sudah nikah masih saja bertingkah seperti anak kecil."

"Tapi Kei kangen berat sama mama."

"Mama.juga kangen sama kamu." Vivi tersenyum seraya mengusap lembut pipi mulus Keyra. Hatinya selalu saja luluh melihat tingkah manja putri satu-satunya tersebut.

"Malam ma!" sela Albian yang sedari tadi berdiri di dekat sudut meja. Dia sengaja tidak mengganggu istri dan mertuanya melepas rindu. "Ini ada sedikit buah tangan, ma!"

Vivi pun menerimanya dari tangan Albian. "Tdak perlu repot-repot!. Mama lebih senang melihat kedatangan kalian kemari."

"Kami juga senang membawanya, ma", timpal Keyra.

Vivi membalas dengan senyuman manisnya. "Ayo, duduk dulu! Kita makan malam bersama."

Keyra dan Albian pun sama-sama menarik kursi. Lalu mereka duduk di sana.

"Kei!" seru Diandra girang. Langkahnya sedikit terburu-buru kala berjalan mendekati Keyra.

"Diandra... !" balas Keyra dengan menatap kagum sepupunya itu. "Kau terlihat semakin cantik saja. Sepertinya kamu sangat bahagia selama bersana kak Dirga."

Diandra membalas dengan tersenyum dingin. "Ayo, kita makan. Kamu pasti kangen dengan masakan tante kan?"

"Iya dong! Masakan mama memang yang terbaik", sahut Keyra dengan tersenyum kaku. Kenapa tadi reaksi Diandra sangat dingin? Apa Diandra dan kak Dirga sedang bertengkar? Tanya Keyra di dalam batin.

"Ternyata ada pengantin baru", ucap Dedy yang tiba-tiba ikut bergabung di meja makan.

"Papa..." sahut Keyra dan Albian hampir bersamaan.

"Kenapa mama mertua kamu nggak ikut sekali, Ke?" tanya Dedy kala bokongnya berhasil menempel di kursi.

"Tadinya mama mertua pengen ikut pa. Tapi mama masih ada pekerjaan yang harus selesai.malam ini."

"Oh, begitu. Kalau begitu kalian menginap saja malam ini."

"Menginap?" ulang Keyra.

Dedy membalas dengan anggukan. "Iya! Emangnya kenapa Kei?" tanyanya setelah makanan di dalam mulutnya berhasil melewati tenggorokan.

"Besok Kei ada kelas pagi, pa."

"Kamu kan bisa berangkat dari sini."

"Kei mungkin masih punya beberapa pakaian yang bisa di pakai. Tapi gimana dengan Bian, pa?"

"Jangan di ambil pusing, sayang!" sela Vivi. "Nanti Bian pakai baju papa kamu saja! Kayaknya ukuran baju papa kamu nggak jauh beda sama Bian. Kamu mau kan Bian?"

Albian mendelik kala mendengar pertanyaan sang mertua. "Iya ma. Lagipula besok Bian hanya ada kelas praktek saja."

"Oke, berarti tidak ada masalah lagi!" ujar Dedy. Lalu dia meletakkan sendok dan garpu bersamaan.

Keyra terkejut melihat sang ayah telah menyudahi makan malamnya. "Papa kok makannya dikit banget?"

"Kalau makan banyak, entar papa gemuk. Kalau gemuk, berarti ukuran baju papa nggak sama lagi dengan Bian", jawab Dedy seraya bergurau.

Mereka pun tertawa mendengar penuturan Dedy. Sementara Diandra tampak menikmati makanannya dengan santai. Dia seakan tidak tertarik dengan obrolan keluarga tersebut.

"Lain kali ajak kak Dirga juga! Biar Diandra nggak merasa sendirian", ucap Keyra yang membuat Diandra langsung meletakkan sendok di atas piring.

"Maaf semuanya. Diandra harus buru-buru kembali ke kamar. Diandra baru teringat, masih ada tugas kampus yang belum selesai", katanya seraya bangkit berdiri.

"Oke, sayang", jawab Vivi dengan lembut.

Diandra gegas meninggalkan ruang makan.

"Diandra!" seru Keyra yang membuat Diandra menghentikan langkahnya.

"Iya. Ada apa Kei?"

"Besok kita berangkat ke kampus bareng yuk!"

"Maaf Kei, besok aku sudah janji berangkat bareng kak Dirga."

"Oh, tidak apa-apa!"

Diandra pun melanjutkan langkahnya melewat ambang pintu.

Setelah kepergian Diandra, tidak ada lagi obrolan di meja makan. Mereka tampak diam dalam lamunan masing-masing, hingga akhirnya mereka mulai beranjak.satu persatu meninggalkan meja makan.

*-*

Di dalam kamar Keyra.

Albian menatap tidak senang sebuah foto yang sangat tidak disukainya. "Foto itu di ambil saat kapan?" tunjuknya dengan tatapan datar.

Sontak Keyra berlari untuk menurunkan foto tersebut. "Ini cuma foto lama. Aku lupa menyimpannya!" sahut Keyra seraya menyimpan foto dirinya dan Dirga yang sedang tertawa bahagia tersebut ke dalam laci.

"Kenapa di simpan? Fotonya kan bagus!"

"Sudah! Jangan bicarakan foto itu lagi!" kesal Keyra. Dia tahu sang suami sedang menyindir dirinya.

"Lalu kita harus bicara tentang foto yang mana?" tanya Albian seraya berjalan mendekati Keyra.

Jantung Keyra mulai berdegup kencang kala Albian semakin dekat dengannya, hingga tak ada lagi jarak yang bersisa di antara mereka.

Keyra mulai beringsut mundur, namun Albian juga memajukan langkahnya, hingga langkah Keyra berhenti kala punggungnya bersentuhan dengan dinding. "Ka- kau mau apa?"

"Kenapa kau takut Kei? Bukankah kita sudah pernah melakukannya?"

Cup.

Sebuah kecupan singkat mendarat di bibir Keyra.

"Ta- pi saat itu aku hanya menolongmu."

"Jadi, jika ada pria lain yang meminta bantuanmu, maka kau pun menolongnya?"

"Bu- bukan seperti itu. Maksud aku - "

Cup.

Albian membungkam mulut Keyra dengan ciuman. Dia ingin Keyra mengakui perasaannya malam ini juga. Namun Albian malah menginginkan lebih dari sekedar ciuman. Dia pun langsung menarik Keyra ke atas tempat tidur dan membuat Keyra berada dalam kungkungannya.

"Ke, aku sangat mencintaimu", ucap Albian lembut seraya menyibak helaian rambut Keyra. "Aku akan merasa cemburu bila melihatmu tertawa bahagia saat bersama dengan pria lain. Sementara saat kau sedang bersama denganku, kau seperti ketakutan dan selalu berusaha menjauh", lanjutnya dengan menghela nafas panjang.

Keyra dapat merasakan nafas Albian yang berbau udang bercampur mint itu. Namun dia tidak merasa terganggu dengan bau tersebut.

"Ke... Aku mungkin tidak seperti kakak Dirgamu itu. Tapi aku janji akan membuatmu bahagia. Bila perlu aku akan mengubah dari diriku yang tidak sesuai dengan keinginanmu."

Sontak Keyra menaruh jari telunjuknya di bibir Albian. "Kau tidak perlu jadi apapun untuk membuatku senang! Jadilah dirimu sendiri, karena kau adalah suamiku bukan kak Dirga."

Kedua sudut bibir Albian melengkung sempurna, hingga menampilkan senyuman indahnya. "Aku bahagia mendengarnya", katanya seraya mem*agut bibir ranum Keyra. Keyra pun membalasnya, hingga membuat Albian tidak menghentikan ciuman itu.

Lalu mereka saling mengisi pernafasan kala Albian telah memberi jeda. Netra mereka saling menatap dengan penuh mendamba. Tanpa menunda waktu, Albian kembali melanjutkan aksinya, namun kini tangannya ikut beraksi, hingga suara le*nguhan berhasil keluar dari mulut Keyra.

Albian senang mendengarnya. Tangannya pun kini aktif menanggalkan pak*aian Keyra, hingga tak bersisa sehelai benang pun. Albian semakin gencar menjelajahi tu*buh polos Keyra untuk memberikan sen*sasi hebat bagi sang istri.

Albian dan Keyra begitu menikmati malam ini, hingga membuat seseorang yang sedari tadi berdiri di luar pintu mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu kamar mereka. Orang tersebut pun pergi tanpa mengatakan apapun.