Pelabuhan Cinta Triple R

“Maafkan Kakak! Hiks ….”

Pecah sudah tangis keluarga itu melihat betapa hancurnya putri kesayangannya karena ulah para bajingan tak bertanggung jawab. Jangan bayangkan betapa pilunya hati orang tua yang melihat putrinya terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan penuh luka baik fisik maupun mentalnya. Jangan bayangkan betapa sakitnya seorang Kakak yang melihat adik kesayangannya di rusak, hingga meninggalkan trauma yang begitu mendalam untuk sisa hidupnya.

...****************...

Kesedihan itu juga tidak luput dari keluarga Xavier yang kehilangan dua keluarga tercintanya sekaligus dan para anak buah setianya. Melihat keluarga inti Xavier yang tengah dalam keadaan duka mendalam. Will, Felix dan Jaydon akhirnya memutuskan untuk menggantikan mereka mencari tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.

Ketiganya keluar dari ruangan tersebut, membiarkan mereka menangisi kepergian Tuan dan Nyonya besar untuk terakhir kalinya. Ketiganya menghampiri para Dokter dan petugas keamanan rumah sakit yang tampak ketakutan.

“Apakah ada dari kalian yang bisa menjelaskan apa yang terjadi?” tanya Will dengan intonasi nada bicaranya yang begitu dingin dan penuh penekanan.

Tiada satu pun orang diantara mereka yang mau menjawabnya, bukan karena mereka takut disalahkan tetapi karena sebenarnya mereka sama sekali tidak mengetahui apapun yang terjadi. Semua cctv yang berada di rumah sakit telah dihancurkan, bukan dirusak tapi dihancurkan oleh seseorang. Dan begitu memeriksa ruangan dimana Noland dan Julia mendapat perawatan, semua orang dikejutkan dengan para pengawal yang berjaga di sana menjadi mayat.

Sementara Jack, Max dan Matt beruntungnya masih hidup dan saat itu masih menjalani operasi secara bersamaan. Kondisi ketiganya sangat kritis, karena ada beberapa luka tusukan yang ternyata pisau yang digunakan untuk menusuk ketiganya terdapat racun yang cukup berbahaya.

“Tuan, ini beberapa foto yang kami ambil sebelum mereka mengevakuasi semua korban, termasuk memindahkan posisi kematian Tuan Noland dan Nyonya Julia.” Seorang detektif polisi kemudian maju dan menyerahkan berkas penyelidikan asli yang mereka dapatkan.

Will menerima berkas tersebut dengan tangan yang mulai gemetar dan air mata yang luruh begitu saja tanpa bisa dia kendalikan. Perlahan tangannya mulai membuka setiap berkas yang ada, hingga satu persatu foto ditempat kejadian itu terlihat dengan jelas. Darah berada dimana-mana, keadaan mereka sangat mengenaskan termasuk Jack, Max dan Matt yang sudah tidak sadarkan diri dalam foto tersebut.

Dan yang membuat Will, Felix dan Jaydon menangis pilu ketika melihat bagaimana keadaan Dr. Olivia yang penuh luka sayat disekujur tubuhnya. Darah yang bercampur air mani pria itu memenuhi tubuh dokter cantik kepercayaan Lucia. Hingga sampai pada beberapa foto terakhir dimana Noland dan Julia ditemukan dalam keadaan meninggal dunia di lantai, seolah ingin menolong Dr. Olivia dari kekejaman para musuh keluarganya.

“Arghh … Tuan dan yang lainnya tidak akan sanggup melihat semua ini,” ucap Will ditengah tangisannya yang memilukan.

Felix dan Jaydon pun hanya bisa terdiam dengan air mata yang sama derasnya dengan Will. Mereka tidak menyangka bahwa musuhnya akan membuat keluarga Xavier sehancur ini, bukan hanya membunuh Noland dan Julia tapi juga memperlakukan keduanya seperti binatang hingga detik terakhir keduanya meninggalkan dunia ini.

“Apa yang tidak sanggup kami lihat?” Suara serak yang terdengar sangat lemah itu sontak mengalihkan perhatian Will dan yang lainnya. Suara itu berasal dari Rayden yang keluar bersama dengan Levi dan Luca setelah puas menangisi kepergian dua orang yang paling berarti di dalam hidup mereka.

Tidak ada jawaban dari Will maupun Felix dan Jaydon, hingga Levi memaksakan langkahnya untuk menghampiri ketiganya dan merampas secara paksa berkas yang saat itu berada ditangan Will. Dia kemudian menyerahkannya kepada Rayden dan melihatnya bersama dengan Luca. Tampak jelas terlihat, rahang ketiganya mengeras hingga menampakkan urat lehernya. Tangan mengepal erat, tapi air mata yang tiada bisa mereka bendung dan semakin membanjiri wajah tampan yang kini hanya tersisa kesedihan dan luka diwajah tersebut.

“Aku pasti akan membunuh mereka semua! Semuanya akan aku bunuh dan hancurkan dengan tanganku sendiri,” geram Rayden menahan segala amarahnya yang tidak bisa dia luapkan saat itu juga.

“Bukan hanya anda saja, Tuan! Kita semua … Kita semua akan memastikan mereka mati dengan cara yang lebih mengenaskan dari yang mereka bisa bayangkan,” imbuh Will.

Akan tetapi, mereka harus mengesampingkan misi balas dendam itu terlebih dahulu dan fokus dengan pemakaman Noland, Julia dan para pengawal yang telah tiada dalam penyerangan tersebut.

Setelah mendapatkan keputusan bersama bahwa pemakaman Noland dan Julia akan dilakukan di Negara A, lebih tepatnya di pemakaman pribadi keluarga Xavier. Dimana semua anggota keluarga Xavier yang berpulang lebih dulu juga di makamkan di tempat tersebut. Hanya Nathan, Felix dan Jaydon yang terpaksa harus tetap berada di Negara K untuk menemukan penyebab kematian Noland dan Julia serta menjaga Jack, Max, Matt dan Dr. Olivia yang masih dalam perawatan.

Kabar bahwa pemakaman Noland dan Julia akan dilakukan di Negara, kini telah tersebar dikalangan relasi bisnis dan juga keluarga berpengaruh lainnya. Banyak sekali karangan bunga yang bertuliskan kata turut berduka cita memenuhi halaman Mansion hingga sampai ke jalanan.

Langit seolah mengerti kepedihan yang dirasakan keluarga Xavier, awan mendung terus menghiasi langit sepanjang pemakaman berlangsung. Hingga saat dua peti mati yang dimasukan kedalam liang kuburan yang sama, disaat itu juga hujan turun dengan derasnya. Seakan langit saja tidak bisa membendung kesedihan yang dirasakan oleh seluruh anggota keluarga Xavier.

Tangisan penuh luka, perasaan kehilangan untuk selamanya dan kesedihan yang begitu mendalam begitu terasa setiap melihat tanah basah itu terus dimasukan ke dalam liang untuk menutupi dua peti jenazah. Selesai pemakaman, mereka akhirnya mendapat informasi penting penyebab kematian Noland dan Julia sekaligus menemukan posisi markas musuh yang sebenarnya.

Tanpa buang waktu, mereka pun segera bersiap kembali ke Negara K untuk melakukan pembalasan pastinya. Namun, disela kesibukannya menyiapkan serangan balik ke markas musuh diam-diam Ryuga menyempatkan waktunya untuk melihat keadaan sang pujaan hati.

Karena keluarganya belum mengucapkan permintaan maaf secara resmi, Ryuga pun terpaksa menemui Dr. Olivia secara sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan keluarganya maupun keluarga Jansen.

Air mata mengalih begitu saja saat melihat sosok yang dulu bagaikan seorang malaikat sekaligus bidadari itu, kini bagaikan seekor kupu-kupu yang meski masih terlihat cantik tapi sayangnya begitu rapuh dan sayapnya pun tak bisa membuatnya terbang tinggi lagi.

“Sosok malaikat cantikku kini menghilang! Bidadariku hancur! Bunga indah yang berhasil menjadi pelabuhan cintaku kini layu,” gumam Ryuga disela suara tangisnya yang berusaha dia tahan sebisa mungkin, “Aku pasti akan membunuh mereka semua yang telah melakukan hal keji ini padamu.” Lanjutnya.

Bersambung, ....