Pernikahan Rere dan Haikal yang tinggal menghitung hari, terpaksa batal karena Rere diketahui hamil. Rere merasa jika dirinya menjadi korban perkosaan, tapi dia tak tahu siapa yang melakukannya karena dia dalam kondisi tidak sadar saat itu. Disaat dia hancur karena pernikahannya batal dan mengandung janin dari orang yang tidak dia kenal, Romeo datang dan menawarkan diri untuk menikahinya. Tanpa Rere tahu, jika sebenarnya, Romeo adalah orang yang telah menodainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HANYA MENANYAKAN KABAR
Romeo tak bisa tidur. Dia rebahan diatas ranjang sambil menatap print out USG anaknya. Hanya terlihat bulatan kecil, tapi itu sudah bisa membuantnya senang dan tak bosan menatap.
Rere, apa kabar wanita itu? Kalau ditanya apakah Romeo rindu, jawabannya jelas iya. Tapi dia menahan diri untuk tidak menghubungi Rere. Berharap dengan demikian, Rere akan merindukannya dan menghubunginya duluan.
Sehari, 2 hari, bahkan hingga 3 hari ini tak ada chat apalagi telepon dari Rere. Romeo merasa putus asa. Sepertinya memang mustahil Rere akan merindukannya.
Romeo meletakkan foto USG, beralih menatap foto pernikahannya dengan Rere dilayar ponsel. Diusapnya wajah Rere dengan ibu jarinya. Tak ada senyum diwajahnya, tapi tetap saja terlihat cantik dimata Romeo.
"Aku merindukanku Re."
Romeo tak tahan lagi. Sepertinya dia memang harus mengakui kekalahannya dengan menelepon Rere duluan.
Romeo mulai menggerakkan jarinya, mencari nomor kontak Rere yang tersimpan dengan nama my wife diponselnya.
Tapi sebelum dia sempat menekan call, ponselnya lebih dulu berdering.
My wife calling
Romeo sampai melompat dari atas ranjang saking girangnya. Padahal jika Rere telat beberapa detik saja, Romeo pasti sudah lebih dulu menghubunginya.
Tak mau Rere menunggu lama, Romeo segera menggeser tombol hijau dilayar ponselnya.
"Hallo." Hanya mendengar suaranya saja, jantung Romeo sudah berdetak tak karuan. Tak bisa disangkal lagi, dia telah jatuh cinta pada Rere. Hatinya telah tertaut pada wanita yang tengah mengandung anaknya itu.
"Hallo." Rere kembali bersuara karena Romeo diam saja.
"Ha, ha , hallo Re." Romeo sampai gagu karena gugup.
Untuk beberapa saat, mereka sama sama terdiam. Bingung harus bicara apa karena meski status mereka suami istri, mereka baru kenal dan belum akrab.
"Kamu belum tidur?" Romeo bertanya lebih dulu.
"Belum."
"Tak bisa tidur? Merindukanku?"
Rere langsung salah tingkah saat Romeo berkata seperti itu. Entah apa yang dia rasakan, rindu atau cemas karena tak ada kabar. Yang pasti, beberapa saat lalu, dia merasa sangat ingin menghubungi Romeo.
"Aku merindukanmu Re."
Romeo tak peduli lagi dengan perasaan Rere, entah wanita itu rindu atau tidak. Dia hanya ingin mengungkapkan perasaannya, jika dia merindukan Rere saat ini.
"Apa aku boleh melakukan panggilan video?"
"Em...i, itu." Rere seketika kebingungan. Rasanya tak pede melakukan video call disaat dia tengah berantakan seperti ini. Piyama tidur yang kusam, wajah tanpa make up dan rambut yang sedikit berantakan karena dia tiduran dikasur membuatnya tak percaya diri.
"Kenapa, tak percaya diri? Lagi jelek ya?" ledek Romeo sambil cekikian. Kalau saja dia bisa melihat wajah Rere yang merah padam karena ketahuan alasan tak mau video call, Romeo pasti makin ngakak.
"Heran sama cewek, penampilan selalu nomor satu. Bahkan kalau diajak vcall, bukannya memperhatikan lawan bicara, tapi malah sibuk memperhatikan penampilan diri sendiri dikamera."
Entah itu berlaku bagi semua cewek atau hanya beberapa. Tapi yang pasti, kebanyakan seperti itu.
"Aku alihkan kevideo call ya?"
Alih alih menjawab iya atau tidak, Rere malah tergesa gesa turun dari ranjang lalu berlari ke meja rias. Menyisir rambutnya yang berantakan dan memoles sedikit bedak diwajah.
Romeo tersenyum sambil garuk haruk kepala melihat Rere yang belum juga beralih ke panggilan video. Senang sekali wanita itu menyiksanya dengan membuatnya menunggu.
"Gak usah dandan dulu."
Rere yang sedang menepuk pipinya dengan spon bedak seketika berhenti. Romeo tak melihatnya, tapi kenapa bisa tahu apa yang sedang dia lakukan? Apa pria itu punya keahlian khusus, yaitu menerawang?
"Mataku sudah ada filter otomatisnya. Seperti apapun penampilan kamu, selalu terlihat cantik dimataku."
Spon bedak yang dipegang Rere, tak terasa terjatuh begitu saja. Pipinya merona bahkan tanpa dipoles blush on.
Romeo menatap ponselnya. Entah berapa lama lagi dia harus menunggu Rere mengalihkan panggilan ke video. Rasanya dia sudah tidak sabar.
"Kau sendiri yang bilang jika rindu itu berat. Tapi sepertinya kau sengaja menyiksaku dengan rasa itu. Harus berapa lama lagi aku menahan rindu untuk melihat wajahmu dilayar ponsel?"
Dan akhirnya, Rere mengalihkan ke panggilan video. Sesuai dengan apa yang Romeo katakan tadi, Rere justru sibuk melihat penampilannya sendiri dikamera.
Romeo tersenyum melihat wajah yang dia rindukan 3 hari ini akhirnya muncul dilayar ponsel. Meski tak bisa mengobati kerinduan 100 persen, tapi setidaknya, ini lebih dari cukup.
"Apa kau menelepon karena merindukanku?"
Mata Rere seketika membulat sempurna.
"A, a, i, itu, aku hanya ingin memastikan kabarmu. Sudah tiga hari kamu gak ada kabar, takut terjadi sesuatu."
"Yah, aku kecewa." Romeo tertunduk lesu. "Padahal aku pikir kau telepon karena merindukanku?"
Timbul penyesalan dihari Rere. Kanapa tadi dia tak pura pura rindu saja untuk menyenangkan hati Romeo. Bukankah kata mamanya dia harus membalas kebaikan Romeo. Mungkin dengan membuatnya senang bisa dianggap salah satu cara balas budi.
Romeo tiba tiba mengangkat wajahnya sambil tersenyum. Ternyata barusan dia hanya pura pura saja.
"Meski kau menelepon hanya untuk menanyakan kabarku, aku tetap senang. Karena itu artinya, kau sudah mulai perhatian padaku."
Dan semoga tak lama lagi, perhatian itu akan berubah menjadi cinta .
Romeo hanya bisa melanjutkan kalimatanya tadi dalam hati.
selamat meo n rere 💐🤗
momen yg dinanti reader, pengakuan Romeo, dan akhir cerita kisah Romeo nd Rere /Slight/
deg-degan juga menuggu momen itu 🙁