Giska adalah anak dari seorang sopir di sebuah perusahaan. Ia terkejut saat ayahnya mengatakan bahwa Giska akan menikah dengan anak dari bos tempat papanya bekerja. Giska kaget saat tahu kalau lelaki itu dingin, sombong, arogan. Ia berkata : "Kita menikah, kamu harus melahirkan anak laki-laki untukku lalu kita bercerai."
Mampukah gadis berusia 19 tahun itu menjalani pernikahan seperti ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Yang Tak Biasa
3 hari Giska harus duduk di kursi roda. Kini ia sudah bisa berjalan sendiri walaupun masih agak tertatih.
"Dokter bilang apa, nak?" tanya Delon yang baru tahu kalau putrinya mengalami musibah. Giska mengunjungi ayahnya setelah dari dokter.
"Kata dokter nggak ada luka dalam. Luka di luar juga sudah mengering. Besok aku mulai kuliah lagi." kata Giska lalu duduk di samping ayahnya. "Ayah, kenapa makin kurus saja?" tanya Giska.
"Ayah baik-baik saja, kok. Di mana Alka?"
"Dia ke kantor sebentar. Nanti sore dia akan menjemput aku di sini."
Delon tersenyum. "Jadi istri yang baik ya nak? Jangan terlalu capek agar kamu cepat hamil. Ayah rindu sekali melihat kamu memeluk anakmu. Pasti itu akan menjadi sesuatu yang menyenangkan hati ayah."
Hati Giska menjadi tak enak. Wajah ayahnya penuh harap.
"Ayah selalu mendoakan kamu."
"Terima kasih, ayah." Giska hanya bisa mengatakan itu. Ia tak mau banyak bicara karena tak ingin lebih dalam membohongi papanya.
Menjelang sore, secara tak terduga, April datang mengunjunginya. Untunglah ayah Delon sedang keluar sehingga Giska bisa bersandiwara di depan teman pengkhianatnya itu.
"Aku menelpon kamu sejak kemarin namun ponselmu tak kamu angkat." kata April begitu masuk.
"Maaf, saat kamu menelepon, aku sedang tidur." Giska berbohong.
"Hasil ujian sudah keluar. Seperti biasa, nilai mu yang tertinggi. Nilai ku lumayan, ada di deretan ke-9." April duduk sambil memperhatikan seisi ruangan.
"Kamu sendirian?"
"Ayah baru saja pergi. Katanya ada acara untuk lansia di kantor lurah. Sekalian pemeriksaan kesehatan gratis, pembagian susu dan makanan sehat."
"Oh, gitu ya? Ayahmu tak kerja lagi?"
Giska menggeleng. "Ayah kan sedang sakit."
"Terus kehidupan kalian setiap hari bagaimana? Kalau kamu butuh sesuatu, bilang saja ke aku."
Giska tersenyum. Seandainya dia belum tahu kelakukan April tentu saja ia akan merasa bangga seperti dulu karena April memang selalu membantunya. Namun kali ini Giska merasa April hanya sekedar basa-basi saja.
"Ayah masih punya tabungan karena bos ayah sangat baik. Juga, pamanku banyak membantu kami."
"Pamanmu yang waktu itu ketemu di mall kan?"
"Iya."
"Oh....." April mengangguk. Baru saja ia akan bertanya lagi, ponsel Giska berdering.
"Hallo sayang....!" sapa Deo dari seberang.
"Hallo juga sayang."
April langsung menatap Giska dengan wajah serius saat mendengar ada kata sayang.
"Bagaimana keadaanmu?"
"Aku sudah membaik. Besok pagi nanti kita ketemu di kampus."
"I Miss you so much."
"Miss you too."
"Aku mau lanjut main bola dulu ya? Bye..!"
Giska meletakan ponselnya sambil tersenyum.
"Dari siapa?" tanya April penasaran.
"Dari Deo."
"Kalian kan sudah putus?"
"Mana mungkin sih Deo berlama-lama marah padaku. Katanya aku cinta matinya. Di rumah sakit saat aku kecelakaan waktu itu, Deo sampai menangis karena aku sempat pingsan." Giska sengaja menambah bumbu di akhir ceritanya untuk membuat April cemburu. Dan wajah gadis itu memang terlihat merah. Ada emosi yang nampaknya tertahan.
"Baguslah kalau kalian sudah bersama." April pura-pura tersenyum walaupun terlihat sedikit dipaksakan.
"Kamu mau minum apa?" tanya Giska.
"Nggak usah repot. Aku mau pulang saja. Senangnya melihat kamu sudah membaik." April berdiri lalu mengambil tasnya. "Aku pergi dulu ya?" Gadis itu pun melangkah keluar. Ternyata, ada Alka yang baru saja masuk dengan Rubicon hitamnya.
"Siapa itu, Gis?" tanya April.
"Paman ku."
Alka turun dengan jas mewahnya. Ia menggunakan kacamata hitam, menambah kegantengan wajahnya.
"Hallo paman....!" panggil Giska sambil mengedipkan matanya.
Alka tertawa melihat tingkah Giska. Apalagi ia menyadari ada April di sana.
"Paman datang melihat keadaanmu."
April melirik ke arah Alka. Ada rasa terpesona saat menatap wajah si pria blesteran ini. Nani. J
"Terima kasih, paman."
"Aku pergi dulu ya?" April langsung masuk ke dalam mobilnya dan pergi.
"Ngapain dia ke sini?" tanya Alka sambil melangkah masuk.
"Mau melihat keadaanku."
"Mungkin dia berharap kalau kamu akan mati setelah kejadian itu."
Giska hanya tersenyum saja.
Alka mendudukkan pantatnya di sofa. Ia merasa sangat lelah.
"Aku buatkan kopi?" Giska menawarkan.
"Boleh."
Giska menuju ke dapur. Ia harus memanaskan air di teko sambil menyiapkan kopi di gelas. Kopi tanpa gula, itulah kesukaan Alka.
Namun, saat Giska kembali ke ruang tamu sambil membawakan segelas kopi panas untuk Alka, lelaki itu nampak sudah tertidur di atas sofa.
"Alka......!" Giska menepuk bahu Alka. Ia menunduk dan posisi mereka sangat dekat. "Alka..., kopinya sudah siap."
Alka membuka matanya. Tatapan mereka bertemu dan Giska merasakan jantungnya hampir copot saat tangan Alka membelai wajahnya.
"Ada kotoran di pipimu." ujar Alka lalu menunjukan jarinya yang ada bekas hitamnya.
"Oh, astaga.....!" Giska mengangkat tubuhnya sehingga berdiri tegap.
Alka menyesap kopi itu secara cepat sampai habis. "Aku mengantuk. Pinjam kamarmu ya?" Giska tak sempat mencegahnya hanya menatap Alka yang berjalan memasuki kamar nya.
*********
"Bangunkan suami mu, nak. Ajak dia makan malam." kata Delon setelah semua makanan sudah diatur di atas meja makan.
"Iya, ayah." Giska menuju ke kamarnya. Setelah lampu dinyalakan, Giska melihat Alka yang masih terlelap di atas ranjang.
"Alka.....! Alka....! Ayo bangun!" kata Giska sambil duduk di tepi ranjang. Ia menepuk pundak Alka yang tidur membelakanginya. Saat Alka mulai sadar, ia membalikan tubuhnya dan tanpa di duga, ia menarik tubuh Giska sehingga gadis itu jatuh ke atas tubuhnya.
"Alka....!" Giska berteriak panik karena ia tidur di atas tubuh Alka. Gadis itu berusaha melepaskan diri dari Alka namun Alka tak mau melepaskan kedua tangannya yang melingkar di tubuh Giska.
"Lepaskan ....! Alka.....!"
"Sayang ...." Alka mengecup bibir Giska lalu kembali tertidur.
"Kamu mimpi?" tanya Giska kaku turun dari atas tubuh Alka.
Giska menepuk pundak Alka dengan keras sampai akhirnya cowok itu membuka matanya dengan kaget. "Ada apa?"
"Kamu ngapain tadi memeluk aku?" hanya Giska sambil melotot.
"Peluk kamu? Aku sedang terlelap Giska. Dan sekarang aku lapar."
"Makanya bangun dan makan."
Alka bangun dan segera ke kamar mandi. Ia mencuci wajahnya dengan sabun lalu menuju ke ruang makan.
perasaan Alka menjadi terharu melihat bagaimana papa Giska melayani mereka dengan baik.
"Nak Alka, segeralah ke dokter dan periksa kan kembali kandungan Giska. Agar kalian cepat diberikan momongan."
"Iya, ayah." kata Alka lebih wibawa. Ia melirik ke arah Giska yang nampak hanya diam saja.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, Giska memilih diam.
"Gis, bagaimana kalau kita mewujudkan harapan ayahmu dan papaku."
"Maksudnya?"
"Kita harus punya anak."
"Kamu gila ya? Masakan kita harus berhubungan pada hal tak memiliki perasaan satu dengan yang lain."
"Kamu bisa hamil tanpa aku menyentuhmu. Kan ada program bayi tabung?"
Giska menggeleng. "Nggak mau!"
"Kamu dapat melahirkan secara operasi cecar. Kamu akan tetap perawan saat anak kita lahir."
Giska kembali menggeleng. "Alka, memiliki anak itu bukan perkara yang mudah."
Alka menghentikan mobilnya di tepi jalan. "Gis, demi ayahmu dan papaku. Tak dapatkah kita berkorban?"
"Kamu sudah berubah menjadi anak baik?" tanya Giska sambil menatap Alka kesal.
"Bukan berubah menjadi anak baik. Tapi semenjak tahu kalau Lana adalah darah dagingku. Aku merasa ingin memiliki anak darimu."
"Kenapa?"
"Aku tak tahu. Yang ada di pikiranku hanya ayahmu dan papaku." Alka tiba-tiba menyentuh wajah Giska. "Bagaimana menurutmu?"
Sentuhan tangan Alka di wajah Giska .e.buat gadis itu merasakan jantungnya kembali berdebar. Ia merasa ada sesuatu yang mengalir di seluruh bagian tubuhnya yang membuatnya merasa panas.
**********
Apakah itu?
walopun di awal2 bab sedikit gemes dg karakter Alka yg super duper cuek, tapi pada akhirnya berubah jadi super bucin ke Giska..
finally happy ending.. saya suka.. saya suka..
Akhirnya mereka bisa mewujudkan impian kedua ortu masing2, walopun pada akhirnya hanya papa Geo yg bisa melihat langsung anak Alka-Giska dan itupun hanya sebentar..
benar2 perjuangan yg luar biasa ya papa Geo..
tetep berbau "bule" ya mak, walopun cuma blasteran..
secara visual benernya lebih suka sama Rudi, hehe.. tapi itu kan preferensi masing2..
seneng banget deh bisa reunian sama Juragan Wisnu-Naura..
kangennya lumayan terobati..
jujur, karya2 awal (alias para sesepuh) menurutku yg paling ngena di hati..
mulai dari empat sekawan Faith-Ezekiel, Ben-Maura, Edward Kim-Lerina, Arnold Manola-Fairy, trus jgn lupakan Giani-Geronimo dan yg khas nusantara tentunya juragan Wisnu-Naura..
semuanya karyamu aku suka mak, tapi kisah mereka yg paling tak terlupakan..
anyway, semoga sehat selalu ya mak..
tetap semangat berkarya apapun yg terjadi dan semoga sukses selalu baik di dunia halu dan nyata.. 💪🏻😘😍🥰🤩
alur cerita menarik dengan alur yg lambat dan terkadang juga cepat dengan mengalir dan tidak muter2.
terimakasih atas bacaannya yang menarik thor.
terus semangat berkarya...❤️❤️