Anhe gadis yang telah di besarkan dalam lingkaran kegelapan. Hanya mengerti akan pembunuhan, membantai tanpa henti, tugas mematikan yang siap datang setiap waktu. Tanpa di duga gadis itu terbunuh saat menghadapi musuh besarnya. Dia bangkit kembali menjadi seorang gadis muda yang masih berusia lima belas tahun. Gadis dengan tubuh lemah, sakit-sakitan dan terbuang.
Anhe terlahir kembali sebagai putri kelima orang yang hampir dia bunuh. Di menit terakhir Tuan besarnya meminta untuk mundur dan pembunuhan di hentikan. Sehingga keluarga itu selamat dari pembantaian. Dan kini dia harus menjadi salah satu dari Putri perdana menteri pertahanan itu sendiri. Terjerat dalam skema keluarga besarnya bahkan keluarga kerajaan yang saling bertentangan.
Gadis pembunuh itu kini harus siap menghadapi perubahan besar dalam hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Orang yang tidak terduga
~Setelah surat dari ibu kota diterima dan Li Anhe juga menyetujui pernikahan. Mereka memutuskan untuk berangkat dua hari berikutnya. Semua warga desa tahu jika Nona muda Chao Xian akan menikah tentu merasa ikut bahagia. Warga desa Han melepaskan keluarga Chao dengan kehangatan.~
Tepat di hari kedua Li Anhe sampai di ibu kota dan tinggal di keluarga Li. Semua persiapan pernikahan sudah selesai bahkan kediaman Li penuh dengan warna merah. Nyonya tua Chao juga menemani cucunya sebelum pernikahan diadakan.
Di halaman kediaman tempat tinggal Nona kelima. Gadis itu duduk santai menikmati waktunya.
"Nona muda." Pelayan Bi er datang membawa gaun pengantin. "Saya akan membantu anda mencoba gaun pernikahan."
Dari arah pintu masuk kedua kakak perempuannya datang membawa hadiah di tangan mereka. Namun tubuh mereka terhimpit di depan pintu masuk tidak ingin saling mengalah.
"Minggir. Aku yang tertua di sini. Kamu seharusnya mengalah." Nona pertama Li Wen menatap kesal mencoba mendorong tubuh adik keduanya agar mundur.
Nona kedua Li Rui tentu saja tidak ingin mengalah. "Kakak. Meskipun aku anak kedua tapi suami ku lebih unggul dari mu. Seharusnya kamu yang minggir."
Mendegar jawaban itu Nona pertama Li Wen menyunggingkan bibir sampingnya menatap dengan rendah. "Jabatan suami ku di pemerintahan tidak terlalu tinggi. Tapi dia sangat menghormati juga mencintai istrinya. Li Rui, bagaimana dengan suami mu yang penuh cinta kepada istri sah dan semua selirnya?" Nona pertama Li Wen langsung menerobos masuk menyingkirkan tubuh adik keduanya.
Di depan pintu masuk Nona kedua Li Rui menatap kesal dan menahan amarah. Dia tentu merasa iri dengan keberhasilan kakak pertamanya menjadi istri sah. Namun dia merasa bersyukur tidak dinikahkan dengan Raja kecil yang hampir sekarat di dalam kediamannya. Dia mengangkat wajahnya berjalan masuk. Dia ikut duduk di kursi yang masih kosong bersama kedua saudarinya. "Li Anhe, hadiah dari ku."
Nona kedua Li Rui menyodorkan kotak sedang yang telah ia siapkan sebelum datang.
"Meskipun aku tidak terlalu dekat dengan mu. Aku tetaplah kakak pertama mu." Nona pertama Li Wen memberikan bungkusan dari tangannya. "Mungkin suami mu sudah sekarat. Tapi kamu bisa memiliki hartanya. Tidak perlu merasa berkecil hati." Perkataannya cukup tajam namun dia tulus mengatakan itu. Semua nasihat bagi dirinya tidak ada gunanya. Setelah seorang wanita menikah dan menjadi janda. Kehidupan yang ia miliki akan penuh kehampaan. Tiga tahun menjalani masa berkabung. Sekalipun ingin menikah lagi juga sangat sulit. Dimasa seperti ini disaat derajat wanita lebih rendah dari laki-laki. Apa yang bisa di lakukan seorang wanita yang harus kehilangan suaminya jika bukan kesendirian.
Li Anhe tersenyum tulus melihat kearah kakak pertamanya. "Adik ini mengerti. Terima kasih kakak pertama, kakak kedua sudah memberikan hadiah. Anhe menerimanya."
Nona kedua Li Rui juga sedikit merasakan simpati kepada adik kelimanya. "Dengar. Jika suami mu mati. Jika kamu butuh sesuatu bilang saja. Aku usahakan untuk membantu." Dia bangkit berjalan pergi.
"Baik," saut Li Anhe menatap kakak keduanya yang pergi begitu saja.
Nona pertama Li Wen bangkit dari tempat duduknya. "Kamu juga bisa berbicara dengan ku." Dia melirik adiknya sebentar setelahnya berlalu pergi.
Pelayan Bi er mendekat. "Sepertinya mereka juga masih memiliki rasa persaudaraan."
"Dulu mungkin mereka selalu ingin menjadi yang terbaik diantara Nona muda kediaman. Setelah menghadapi rumitnya pernikahan. Sebagai seorang wanita perasaan simpati mereka bangkit perlahan." Meminum teh hangat di dalam cangkir yang ada di meja. "Bi er, semua yang aku minta sudah siap?"
"Sudah saya siapkan." Pelayan Bi er menatap binggung sekaligus heran. "Apa Nona muda ingin?"
"Iisssttt..." Li Anhe memberikan isyarat menutup bibirnya dengan jari kepada pelayannya. Senyuman tipis di wajahnya cukup dingin. "Nanti kamu pasti akan tahu apa mau ku."
Waktu berlalu begitu cepat tidak terasa sudah hari pernikahan yang telah di tetapkan.
Gadis di balik balutan gaun pengantin berjalan perlahan menuju keluar kediaman. Nyonya tua Chao mengantarkannya sendiri dengan menahan perasaan bersalahnya. Tidak bisa memberikan pernikahan yang terbaik untuk cucu kesayangannya. "Jika kamu butuh sesuatu bicara dengan Nenek. Sekalipun dia seorang Raja kecil. Nenek juga masih dapat melawannya."
Li Anhe hanya tersenyum di balik tudung pengantinnya. Dia diarahkan naik ke atas kereta pengantin. Arak-arakan juga sudah siap menemani Nona bungsu kediaman Perdana menteri Li.
"Berangkat."
Kereta melaju menembus keramaian kota yang penuh sesak. Menyaksikan pernikahan Raja kecil Ying memperistri seorang anak selir dari keluarga perdana menteri.
Hanya butuh satu jam saja untuk dapat sampai di kediaman Raja kecil Ying. Disana juga telah berdesakan para tamu undangan yang hadir. Prosesi pernikahan berlangsung cukup cepat tanpa adanya hambatan.
Di ruangan kamar pengantin Li Anhe sudah duduk santai menikmati buah apel di meja. Beberapa tusuk konde yang ada di rambutnya juga sudah di lepas. Baju luar juga sudah ada di lantai. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi, "Ini terasa lebih ringan. Prosesi pernikahan lebih melelahkan dari pada latihan bela diri."
Krekk...
Pintu kamar di buka,
Li Anhe duduk tegap berusaha menjaga sikap. Meskipun gaun juga perhiasannya sudah berantakan di lantai.
Pria muda melangkah mendekat perlahan. Wajahnya sangat pucat bahkan ada bau samar obat di tubuhnya. Dia duduk di depan istri yang baru dia nikahi. "Dengan tubuh ku seperti ini. Aku tidak bisa melakukan malam pengantin bersama mu. Apa kamu menyalahkan ku?"
"Tidak masalah. Aku juga tidak ingin melakukannya," saut Li Anhe dengan santai. Saat kedua pandangan mata diarahkan ke wajah suaminya. Dia terdiam sejenak lalu berkata, "Kamu suami ku?"
Pria muda itu tertawa pelan mendengar jawaban dari istrinya. "Jika bukan aku siapa lagi?"
"Maksudku. Ternyata kamu Raja kecil Ying?"
Creesss...
Memakan buah apel yang belum sempat dia habiskan dimeja. Dia menatap pria yang pernah menyelamatkannya dua kali. Saat ditengah hutan dan dilaut.
"Kamu kecewa?" Raja kecil Ying menatap tenang.
Li Anhe menggelengkan kepalanya. "Cepat atau lambat aku tetap akan dinikahkan. Entah itu dengan kamu atau orang lain. Setidaknya aku tahu kamu orang yang baik." Dia menatap orang yang pernah membunuhnya. Namun gadis itu juga tahu jika kehidupan pria di depannya lumayan sulit. Semua data rahasia yang ia terima saat masih menjadi pembunuh di kehidupan sebelumnya. Menjadi bukti yang kuat begitu banyak orang berharap dia mati.
Raja kecil Ying tersenyum hangat. Dia tidak menyangka akan menikah dengan wanita berbeda dari informasi yang dia dapatkan. Kabarnya Nona bungsu kediaman Li sangat pendiam juga cukup penyendiri. Tapi sepertinya tidak begitu.
Li Anhe mengambil dua buah apel lalu melemparkan yang satunya ke arah Raja kecil Ying. Suaminya menangkapnya dengan baik. "Kamu juga pasti lapar. Lebih baik mengisi perut sebelum tidur."
"Baik."
Malam itu tidak ada yang terjadi. Hanya perbincangan santai antara suami istri hingga memasuki pertengahan malam.
semangat dan sehat selalu
semangat terus dan bisa menciptakan banyak karya terbaik kedepan nya
lanjut