Rahmadhani gadis yang menikah setelah ia lama berpacaran dengan kakak kelas saat mereka SMA bernama Vino Subagyo Dua bulan pernikahan mereka Rahma tidak menemukan kebahagiaan dalam pernikahannya, mertuanya yang suka ikut ikutan dengan urusan pernikahan mereka berdua. Dan suami yang mulai berubah dari perangai dan sikapnya. Hingga akhirnya Rahma sering bertengkar dengan ibu mertuanya yang selalu memojokkan dirinya karena sang suami tidak pernah betah di rumah.
Rahma pun akhirnya memutuskan untuk mengambil peputusan dalam menyikapi polemik dalam rumah tangganya, sampai akhirnya Rahma menemukan kejangalan pada snag suami.
Lalu bagaimanakah kisah rumah tangga Rahma dan Fino? apakah Rahma akan mempertahankan rumah tangga nya atau ia akan menyerah dengan apa yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fazry Fazriyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hujan
Di kantor.
Rahma sedang merapihkan barang barang yang ia miliki, karena bu Mariska memecatnya hari ini. Dengan berat hati dan kecewa Rahma membereskan barang barang miliknya.
Boy salah satu teman dekat Rahma di kantor hanya bisa memandang Rahma penuh iba, karena Rahma harus menanggung hal yang tidak ia lakukan. Boy tidak bisa membantunya karena tidak memilik banyak bukti untuk membela Rahma.
"Ma, maafin gue ya... gue gak bisa bantuin lo disaat seperti ini." Ucap Boy yang merasa sedih karena ia sudah merasa dekat dengan Rahma dua tahun belakangan ini.
"Gak apa apa, Boy... semua ini sudah jalan takdir ku untuk mengalami semua ini. Sudah kamu lanjutin pekerjaanmu sana!" Cegah Rahma saat Boy akan membantu Rahma mengemas barang yang berada di atas meja kerja Rahma.
"Silahkan saja kalian membantu atau membela orang yang sudah mengkhianati kita... kalau kalian mau dipecat juga seperti dia." Ucap Bu Mariska dengan marah.
Pak Ricko yang merupakan bawahan dari bu Mariska hanya bisa menghibur Rahma, dia pun tidak bisa berbuat apa apa dengan bukti yang sudah bu Mariska temukan di file komputer meja kerja Rahma.
.
.
Saat seminggu lalu Rahma tidak bekerja, tugasnya di gantikan oleh Boy, karena banyak tugas yang pernah bu Mariska berikan kepada Rahma mengenai surat menyurat tentang kerja sama perusahan PT. Alam Makmur dengan perusahaan lain.
Entah siapa yang sudah membocorkan tentang kerja perusahaan dengan PT. Paripurna, dimana perusahan itu adalah salah satu perusahaan yang akan memberikan investasi kepada PT. Alam Makmur, untuk sebuah proyek pembuatan jembatan antar kota. Rahma yang terkejut akan pemecatan dirinya saat pertama kali ia baru masuk kerja.
Dirinya ya tak tau apa apa harus menerima kesalahan yang orang lain perbuat. Rahma berpamitan kepada semua orang di ruangan, dimana ia sudah bekerja kurang lebih tiga tahun lamanya si perusahaan tersebut. Hal itu membuat Rahma tidak melihat pesan atau panggilan telepon dari keluarga besarnya.
.
.
Tepat pukul dua siang Rahma sudah meninggalkan kantor yang sudah memberikannya banyak kenangan bersama teman kerjanya. Saat kakinya melangkah yang Rahma ingat hanyalah kenangan kenangan dirinya saat berada di kantor, bersama teman teman kantornya. Apalagi saat ia mengingat perpisahan dirinya dengan pak Kumis alisa pak Ricko. Yang sudah ia anggap seperti ayah kedua baginya saat di kantor.
Rahma menghapus air matanya dengan punggung tangan, saat ia bertemu dengan security yang sudah sangat mengenal Rahma.
"Loh, kok mba Rahma bawa bawa kardus gini... mau kemana mba?" Tanya pak security bernama Yarmin.
"Rahma mohon maaf ya, pak Yarmin. Bila selama Rahma kerja di sini. Ada sikap dan ucapan Rahma yang tidak baik." Ucap Rahma dengan senyum tipisnya.
"Mba Rahma udah gak kerja lagi di sini? kenapa, mba?... mau pindah toh, apa sudah gak boleh kerja lagi sama suaminya?" Tanya Pak Yarmin penasaran.
"Iya Rahma sudah gak kerja lagi di sini, pak... Rahma pamit ya, Pak... pak Yarmin jaga kesehatan dan tetap semangat." Sahut Rahma dengan memberikan hormat kepada pak Yarmin.
Pak Yarmin pun membalas hormatnya kepada Rahma, dimana Rahma meletakan kardus yang berisi barang barang miliknya di bawah, lalu mereka berdua saling memberi hormat layaknya anggota polisi yang sedang upacara.
Kebiasaan itu memang sering Rahma lakukan ketika bertemu dengan pak Yarmin. Pak Yarmin merasa sedih dengan keperigihan Rahma, karena tidak ada lagi orang yang akan menggoda nya seperti yang Rahma lakukan. Hal itu sudah melekat pada diri Rahma dan pak Yarmi setiap harinya.
.
.
Rahma menunggu bis yang datang di halte yang tak jauh dari kantor, hanya cukup melewati tangga penyebrangan untuk dirinya sampai ke halte tersebut. Bus yang Rahma tunggu telah tiba, Rahma duduk di kurai paling belakang yang kebetulan hanya ada beberapa orang yang menempati.
Seorang ibu paruh baya duduk di sampingnya dengan anak yang kurang lebih usianya seluluh tahun. Anak gadis itu baru pulang berbelanja dengan ibunya, karena Rahma melihat dua kantong belanjaan yang anak itu pegang di pangkuannya.
"Mah, baju ini nanti biar aku yang kasih ke kakak ya.. kakak pasti seneng kan, mah? apalagi ini baju gambar beruang kesukaan kakak." celoteh anak gadis kepada ibunya, yang membuat Rahma ikut tersenyum dengan kebahagiaan yang terpancar dari wajah anak gadis di samping Rahma.
Hal itu mengingat kan Rahma akan sosok ibu dan kakaknya yang beberapa hari ini ia rindukan. "Aku jadi kangen sama ibu dan kak Kia, semoga besok pagi aku bisa main ke rumah ibu dan menelpon kakak untuk datang juga bersama Kaba!" Ucap Rahma dalam hati lalu ia merogoh ponsel yang ada di dalam tas yang sedari pagi belum ia lihat.
Rahma melihat banyak pesan pada ponselnya dan ada beberapa panggilan tak terjawab. Pesan yang pertama kali Rahma lihat adalah pesan dari Vino yang memintanya untuk pulang lebih awal, karena dalam pesan tersebut Vino mengancam Rahma akan memberi tahu kepada orangtuanya mengenai dirinya yang dekat dengan laki laki lain.
Dimana Vino mengirimkan sebuah foto saat Rahma dan Yazid di rumah sakit.
Tak sampai membaca pesan sampai bawah Rahma langsung menaruh ponselnya di salam tas, saat bus sudah akan melewati perumahan kediaman Nugraha.
"Kiri, pak!" Teriak Rahma.
Bis pun terhenti saat mendengar suara teriakan Rahma. Rahma turun sambil membawa kardus yang berisi barang barang miliknya dari kantor. Kakinya melangkah di bawah rintik hujan yang baru saja turun. Rahma sedikit berlari sambil menahan rasa sakit dibagian perut bekas operasi nya tiga lima hari lalu. Rahma mengigit bibirnya, seraya menahan barang yang ia bawa. Bajunya sudah cukup basah karena hujan semakin deras.
Rahma tiba di rumah kediaman Nugraha dengan baju yang basah kuyup, wajahnya yang masih pucat terlihat jelas. Rasa dingin sudah menyapa kulitnya. Bi Sarni yang melihat Rahma langsung menghampirinya dan hendak membawa barang yang ada di tangan Rahma.
"Yaa Allah, non Rahma sampe basah kuyup gini... sini biar bibi yang bawain." Bi Sarni meraih kardus yang sudah basah dari tangan Rahma.
Rahma memberikan senyum tipis kepada Bi Sarni, rasa dingin ditubuhnya mulai begitu terasa saat ia sudah masuk ke ruang tamu, dimana AC semakin memberikan sensasi dingin yang bertambah.
Saat ia masuk ke dalam, Rahma melihat koper miliknya sudah ada di bawah tangga. Yang entah siapa yang sudah menurunkannya dari kamar. Dengan tubuh yang menggigil Rahma menatap seorang sudah berdiri di atas tangga dengan dua tangan di lipat.
"Bagus ya... setelah apa yang kamu lakukan kepada anak saya lima hari lalu. Kamu masih berani pulang ke rumah, dan mengambil hati anak dan suami saya dengan mulut manismu itu."
Dengan suara lantang Amara meluapkan kemarahannya kepada Rahma yang baru pulang dengan kondisi baju yang masih basah.
"A... a... Apa... maksud, mamah!?" Tanya Rahma dengan tubuh yang menggigil karena kedinginan. Perutnya masih terasa sakit akibat jahitannya yang belum kerung akibat operasi usus buntutnya.
Prak
Amara menendang koper yang ada di bawah tangga, hingga membuat Rahma kaget karena terkejut.
"Jangan sok belaga gak tahu ya, kamu. Sejak awal saya sudah mengira kalau kamu menikah dengan anak saya itu cuma karena kamu menginginkan hartanya Vino, kan. Hah?... sekarang juga kamu bawa koper kamu! dan pergi dari rumah ini... saya tidak pernah mengakui kalau kamu istri Vino sampai kapan pun... dan INGAT, jangan harap kamu mendapatkan hartanya Vino."
Amara menarik tangan Rahma yang terasa dingin, dan membawanya dengan paksa sehingga bi Sarni yang melihatnya tak tega.
"Mah, apa maksud, mamah... Rahma gak ngerti... Rahma kembali ke rumah ini karena permintaan kak Vino, mah!" Rahma mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Amara pada pergelangan tangannya.
Bukanya melepaskan Amara justru membuat tamparan di wajah Rahma dengan begitu keras.
Plak
"Dasar wanita ja la ng... setelah kamu menyelingkuhi anak saya dan sekarang dengan beraninya kamu bilang, kalau anak saya yang meminta kamu kembali ke rumah ini... saya sebagai mamahnya tidak terima anak saya kamu perlakukan seperti ini... kamu liat... ini adalah perbuatan kotor kamu yang membuat saya tambah membenci kamu. Hah!"
Kini amara menarik kerudung Rahma hingga Rahma kesakitan. Bi Sarni yang ada di dekat terasa menyaksikan bagai mana majikannya menyiksa sang menantu dengan begitu kejinya.
Amara mendorong Rahma sampai ke luar hingga Rahma tersungkur di teras, lalu Amara pun menendang koper milik Rahma sampai ke luar teras, dimana kondisi di luar masih hujan deras.
Tak ada yang bisa menolong Rahma dengan kemarahan Amara, Bi Sarni yang kebetulan ada di. luar teras hanya bisa melihat Rahma dengan air mata yang tak terbendung lagi. Rahma terus memegangi perutnya yang kini bertambah sakit akibat dorongan Amara yang begitu kuat hingga ia terjatuh ke lantai depan teras rumah.
"Sekarang juga kamu pergi dari rumah ini, jangan pernah kembali,... dan tunggu surat cerai dari Vino, setelah itu kamu bisa bebas berhubungan dengan laki laki itu." Imbuh Amara masih dengan nada yang sangat marah, lalu ia menutup dan mengunci pintu rumahnya dengan kemarahan.
Rahma mencoba untuk bangkit dan berdiri, saat melihat pintu itu tertutup rapat. Rahma tidak mengerti mengapa mamah mertuanya semarah itu padanya. Apa yang mamah mertuanya sampaikan Rahma sama sekali tak mengerti, maksud dari laki laki yang Amara katakan kepada Rahma, siapa sebenarnya nya? Saat Rahma sudah berdiri, pintu rumah itu terbuka kembali, dan Amara melemparkan beberapa lembar foto yang memperlihatkan Rahma yang sedang berpelukan dengan laki laki lain. Yang juga semua itu adalah hasil rekayasa yang Vino buat.
Rahma terkejut melihat foto dirinya bersama Yazid yang sebenarnya tidak seperti itu pada kenyataannya. Ia lupa kalau dirinya sedang berurusan dengan Vino Subagyo, yang baru beberapa bulan ini terungkap kelicikannya oleh Rahma.
aku butuh dukungan kalian... tebarkan mawar indah kalian... terima kasih😘💕
lanjut thor 🙏💪😘
lanjut thor 🙏💪😘
lanjut thor 🙏💪😘
semangat terus thor /Determined/