Pengorbanan seorang perempuan bernama Alina Bagasditya kepada lelaki yang dicintainya meski hati dan cinta lelaki itu untuk wanita lain.
Dia perempuan bodoh? Memang!
Namun demi kebahagiaan lelaki yang akhirnya menjadi suaminya, dia rela menjadi perempuan bodoh dengan membiarkan suaminya mencintai wanita lain. Baginya, ketulusan cintanya yang dianggap bodoh oleh orang lain adalah cinta sejati.
Mencintai dari balik layar, itu lah Alina.
Alina tetap bertahan meski sakit, apakah suatu hari dia dapat pergi meski itu keputusan sulit?
Kepoin aja....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Bersikap Profesional.
Dalam dinginnya udara pagi, kedua insan yang semalam sudah mereguk manisnya hubungan suami istri tanpa paksaan atau pun tanpa rasa sakit masih saling berpelukan di atas ranjang.
Jarum jam masih menunjukkan pukul 4 pagi, bisanya Alina akan terbangun pukul 04.15 untuk bersiap melaksanakan dua rakaat subuh.
Kali ini pun sama, limas belas menit pun berlalu dan akhirnya kelopak mata Alina dengan perlahan mengerjap terbuka.
"Emm..." Alina mulai mengumpulkan ingatan yang terjadi semalam.
Jadi kami semalam benar-benar tidur bersama? Ah! Aku yang mulai dan ini memang rencana ku...
Alina melihat tangan Adrian memeluk pinggang nya, tubuh bagian belakang nya menempel pada tubuh bagian depan suaminya itu.
Ya ampun! Apa itu yang keras menempel diantara pahaku?
Alina berusaha menggeser tubuhnya, mulai melepaskan tangan Adrian dari pinggang nya. Namun sayangnya pergerakan wanita itu malah membangunkan Adrian dari tidur nyenyak dan mimpi indahnya.
"Lin... kamu udah bangun..." suara serak Adrian membuat kulit Alina meremang, nafasnya di tengkuk Alina mampu membuat wanita itu menahan nafas.
"Sayang... lagi ya... punyaku udah bangun ini..." bisik Adrian di telinga Alina, lelaki itu menggesek-gesek senjatanya yang sudah mengeras ke tubuh Alina.
Wanita itu membulatkan mata, bukan maksudnya ingin terus bermesraan dan berc1nta. Cukup satu kali dia menggoda suaminya itu semalam dan berharap benih-benih milik Adrian langsung menyirami rahimnya.
Namun, Adrian malah meminta lagi?
"Lin, yahhhh...." dengan suara manja lelaki itu kini malah menggigiti telinga Alina dan mampu membuat gairaah Alina mulai terpancing.
Aku merasa menjadi wanita gampangan, tidur dengan suamiku berniat hanya ingin punya anak... tapi sekarang malah terangsaaang. Ya ampun.....
Alina menutup mata berusaha memadamkan api dalam tubuhnya yang mulai terpatrik, namun...
"Arrghttt..."
Alina berteriak kaget saat Adrian membalikkan tubuhnya, hingga kini tubuh wanita itu berada di bawah tubuh Adrian.
"M-massss...." lirih Alina dengan wajah sudah memerah malu.
"Cantik..." Adrian mengecup kening Alina, bibir lelaki itu turun semakin ke bawah dan mencumbu bibir Alina.
Anehnya, Alina membalas pagut4an suaminya dan tangan nya meremasss rambut Adrian dan menikmati kegiatan mereka pagi itu. Tak lama keduanya semakin terbuai dan olahraga panas semalam pun terjadi kembali pagi itu.
.
.
Di Perusahaan Agra.
Alina masih tersipu malu bertatapan dengan Adrian, dia tak menyangka tanpa ada rencana apapun dia kembali terlena dalam permainan ranjang sang suami tadi pagi.
Wanita itu menggeleng-gelengkan kepala, dia merasa tidak bersalah berc1nta dengan Adrian karena bagaimana pun mereka berdua memang halal melakukan nya.
"Sayang, kenapa melamun? Hari ini kita harus ke perusahaan Saddam untuk meeting."
"Enggak apa-apa," Alina tersenyum.
"Lin, kamu sedang memikirkan Saddam?"
"Hah?"
"Aku tau kamu mempunyai perasaan pada Saddam, tapi tolong jangan memperlihatkan nya di depan ku. Aku cemburu," ujar Adrian dengan wajah mengiba, dia tidak mau marah pada wanita yang dicintainya sebab dia masih tahu diri. Perasaan Alina berubah disebabkan oleh kelakuannya sendiri.
Dih Mas Adrian, aku kan lagi mikirin kegiatan kami semalam dan tadi pagi. Pikirannya malah jauh kemana-mana...
"Aku nggak lagi mikirin Saddam, Mas."
"Aku tahu kamu bohong kan, agar perasaan Mas baik-baik aja, Lin. Makasih ya, udah mau sedikit mikirin hatinya Mas... sekarang kita berangkat, takutnya telat."
"Mas, aku jujur loh ini!" decak Alina melihat Adrian menatapnya tidak percaya. "Bodo ah!"
Kini malah Alina yang berubah kesal, Adrian melongo melihat perubahan sikap Alina yang tiba-tiba. Adrian melihat Istrinya itu menyentak kakinya kesal seraya berjalan lebih dulu untuk keluar dari ruangan.
"Kenapa sih dia? Aku kan cuman nggak mau dia terlalu mikirin Saddam, salah ya... aku ngomong gitu?" Adrian menghela nafas berat.
.
.
Di Perusahan milik Saddam, ketiganya saling berhadapan di ruangan meeting ditemani asisten dan sekertaris Saddam.
"Mel, kamu periksa rincian dan kualitas dari commodity yang diajukan oleh Pak Adrian." Titah Saddam pada asisten nya setelah Adrian menjelaskan tentang produk terbaru yang akan dikeluarkan dari Perusahaan nya.
"Baik, Pak."
Keheningan menyelimuti ketiga orang yang pernah terlibat perbincangan akrab, namun kini suasana terasa canggung. Apalagi Alina dan Saddam, keduanya nampak tidak nyaman.
"Semua good, Pak. Disini detail dan keuntungan dari produk sangat bagus, kita bisa mempercayakan dana investasi pada produk ini." Ujar asisten Saddam.
"Aku percaya padamu, Mel. Karena kamu adalah orang kepercayaan Daddy ku di negara ini." Saddam menoleh pada Adrian, "Oke, kita bisa lanjut menandatangani kerjasama ini Pak Adrian." Ujar Saddam.
"Baik." Adrian pun bersiap menandatangani berkas-berkas kerjasama. "Saya harap, kita semua bisa bersikap profesional dan saling mempercayai."
Dahi Saddam melipat mendengar ucapan dari Adrian, dia menoleh pada Alina dan wanita itu tidak menatap ke arahnya dan sibuk menunduk melihat dokumen di atas meja.
"Saya harap juga begitu, Pak Adrian. Tetapi sepertinya Assisten Anda lah yang tidak profesional, dia terlihat tidak bisa fokus pada rapat ini." Sindir Saddam pada Alina, lelaki itu berusaha membuat Alina menjauhi sekaligus membenci nya.
Akhirnya Alina yang sejak tadi memang banyak diam, mendongakkan wajahnya lantas menatap tajam ke arah Saddam.
"Maafkan saya, Pak Elwizan. Ini kesalahan saya, ke depannya saya akan selalu bersikap profesional."
Jantung Saddam terasa sakit mendengar Alina berbicara begitu formal dan kaku padanya, bahkan terdengar kekesalan dalam suara Alina. Tapi... bukankah itu yang dia inginkan?
Saddam menghela nafas gusar, ternyata rasanya sulit harus bersikap dingin pada Alina.
Semangat berkarya thoorr💪🏻💪🏻💪🏻
blum halal udah di unboxing dluan
Sherin kamu amaziiiiing
Pupuklah cintamu lagi ke Adrian jgn mlah memikirkan Sadam di saat Adrian brjuang mmprthankan rmhtga kalian...
lanjuuuuttttt